Seseorang memakai jaket hitam bertopi menatap nanar ke arah ruang ICU."Tunggulah pembalasanku."Tak lama, orang tersebut pergi dari sana. Berganti kemunculan Zaki yang mencari keberadaan Cinta. Sejak pertengkaran di Squid Hotel tadi, nomor ponselnya tidak bisa dihubungi."Sudah kuduga. Dia pasti kemari."Zaki terpaku mendapati sepasang ibu dan anak itu sedang terlelap dalam keadaan saling berpelukan. Wanita renta yang masih dibantu dengan alat pernapasan pada hidungnya, tampak sangat nyenyak dipelukan sang putri."Pemandangan langka," pikirnya dalam hati.Zaki melirik arloji di tangan dan memastikan kalau waktu telah menunjukkan dinihari. Dia memutuskan untuk menunggu hingga pagi menjelang. Pria itu mengambil posisi bersandar di kursi sambil menghela napas berat. "Akh!" Sulit dipercaya. Beberapa jam lalu, dia berada di rumah orang yang menjadi penyebab kekacauan hidupnya seharian tadi. Farhan. "Rupanya kau masih saja membuat kekacauan!" seru Zaki lantang memaksa pemilik rumah yang
Bab 28Kedua tangan naik menyapu rambutnya yang rapi, lalu turun menelusuri wajah yang entah sudah berapa lama tidak tercukur dan semakin berewok saja."Lagi-lagi karena wanita. Bahkan berhasil tidak sebuah bisnis, wanitalah yang menjadi pemicunya." Farhan menaruh dendam pada Zaki karena lahan wasiat sang kakek Arsyandi di daerah pemukiman Edelweis. Di mana lahan tersebut diwariskan kepada sang ibu yang nota bene saudari tuan Efendy Arsyad, ayah kandung Zaki. Lalu apa yang membuat pria tertutup itu bersikeras mendirikan proyek besar dengan melibatkan investor luar negeri di tanah tersebut?"Karena kesalahan fatalnya, maka hari ini kuwariskan lahan Edelweis kepadamu wahai cucuku Zaki Arsya. Jaga amanah ini dengan baik agar bermanfaat bagi orang banyak." Kalimat itu masih terngiang jelas di telinga Zaki. Almarhum kakek Arsyandi dengan penuh kesadaran mengalihkan hak waris kepemilikan Edelweis kepadanya seminggu sebelum dia meninggal. Akan tetapi, Zaki tidak pernah menyangka bakal mend
"Hentikan!" pekik Diana."Kenapa harus berdebat? Semuanya bisa diselesaikan dengan kepala dingin, oke." Wanita cantik itu melerai perdebatan antara Efendy dan putranya.Jika Efendy keras kepala dan tidak terkalahkan, maka sifat Zaki pun menurun dari pria itu. Superior dan tidak terbantahkan. Kecuali dengan sang ibu, pria 38 tahun ini mau tak mau harus mengalah."Aku permisi ke kamar dulu, Ma."Zaki hendak melenggang cepat. Sekali lagi langkahnya terhenti di undakan tangga pertama saat melihat Cinta muncul bersama Abimanyu. Istri kecilnya ini tampak tertawa ceria di depan mertua. Padahal di rumah sakit tadi, dia terlihat sangat marah tanpa kompromi."Apa mood wanita memang semudah itu berubah?" pikirnya bingung. Zaki sendiri ingin sekali menganggap pertanyaan tersebut menjadi retoris, tetapi seketika dia berubah pikiran."Tunggu. Apa-apaan ini?" Ada lelaki sok tampan di samping istrinya? Zaki mendengkus kasar. Asap amarah yang menumpuk di kepala tiba-tiba mengepul."Jadi kunyuk itu s
"Keluar dari sini."Zaki mengusir Cinta dengan tegas. Ada raut frustrasi di wajahnya yang berewok."Dengan senang hati!" balas Cinta tak kalah tegas.Wanita itu sigap meraih perlengkapan kopernya dan langsung pergi tanpa ada keinginan untuk menoleh."Sial!" Lagi, Zaki mengumpat kasar.Perdebatan ini tidak membuahkan hasil sebab Cinta terlanjur mempertahankan pendirian. Sementara Zaki sendiri seolah tidak berdaya melawan sorot mata yang selama ini menurutnya naif. Namun, siapa sangka memiliki firasat yang tidak terjangkau olehnya."Pergilah! Dan aku tidak akan membiarkanmu begitu saja!" sentaknya keras.Detik berikut, Zaki pergi ke ruang kerja dan memutuskan untuk bekerja dari rumah. Katakan, dia cukup lelah menghadapi masalah yang menggunung. Beberapa email masuk dari sumber berbeda dan salah satunya dari Sekretaris Alfian. Zaki membuka dan saat akan membacanya, tiba-tiba sang ibu muncul dari balik pintu. Zaki mendongak sejenak, lalu kembali fokus ke layar laptop."Tumben anak Mama h
Tiba-tiba, dia teringat akan email yang dikirim Alfian tadi. Hingga membawa Zaki kembali fokus ke laptop demi menelaah isi pesan rahasia yang diberikan sang pengirim. [Paradise Murder.][Nama-nama tertera. Barangkali sebagai saksi kunci peristiwa naas di tebing Paradise Hotel, atau bisa menjadi tersangka.]Begitu bunyi email yang masuk. Keningnya mengerut memerhati deretan nama yang tercatat di sana. "Seperti kenal." Zaki bergumam.Ingatannya kembali ke lima tahun lalu saat dirinya bertemu klien di Paradise Hotel. Sore harinya, Zaki sengaja ke taman belakang hotel sekadar mencari angin segar setelah beberapa hari melewati aktivitas padat."Ah, lelah," celetuknya sambil merentangkan kedua tangannya seperti melakukan pergerakan aerobik. Namun, seketika fokusnya teralihkan.Tampak dari jauh, seorang youtuber cantik bersama rekan satu tim sedang melakukan siaran langsung di channel kesayangan mereka. Salah satu konten menariknya, dengan memamerkan posisi dia berada di ketinggian lahan
Niatnya kini telah mencapai satu titik aman. Cinta berhasil naik daun. Namun, satu hal yang tidak dia sadari bahwa niat awal kehadiran Abimanyu ke kota Mahardika diam-diam siap mengubah rencananya.Sementara di tempat yang berbeda, seseorang dengan penampilan jaket hitam bertopi ikut memerhatikan berita terbaru soal model muda yang lagi naik daun. Di balik layar televisi yang ditonton, sosok itu bergumam kecil."Bersiaplah menjemput bola." Seringai jahat mengukir di sudut bibir kering miliknya.Tiga bulan berlalu, nama dan wajah Cinta mulai ramah menghiasi pemberitaan media tanah air. Kesempatan kerja kian berdatangan."Luar biasa, Cinta! Minggu ini kita mendapat tawaran job mengisi acara pekan mode dunia di Dubai. Mereka sangat terkesan dengan penampilanmu di Tokyo kemarin." Abimanyu berucap saat sedang menyantap sarapan pagi bersama di kantin. "Ini kesempatan bagus," tambahnya dengan seringai paling menawan.Cinta tampak tertegun, matanya sedikit membola saat mendongak ke arah Abim
"A-aku —"Cinta tertunduk. Netra basah yang tadi belum sepenuhnya mengering kini kembali tumpah ruah. Lidah tidak mampu berkata-kata dan perasaannya seakan diaduk oleh pusaran angin hingga semuanya menjadi serpihan tak berbentuk."Semudah itu seorang model profesional diperdaya?" sindir Zaki kedengaran sinis, memaksa kepala Cinta yang tadi menunduk dalam kembali ditegakkan.Meski suasana cukup mencekam, Cinta tetap berupaya menjaga kondisi hati agar tidak terpancing. Sedang Zaki kembali memasang wajah sinis."Jika pertahananmu seujung kuku, maka pikirkan saja berapa banyak pria hidung belang yang bakal leluasa memerdaya dengan brutal," tambahnya lagi dengan datar dan menekan, membawa aura dingin ikut menguar di sekitarnya.Mata sembab Cinta mendadak membola. Bulir bening yang tadinya setia membasahi mendadak berganti dengan luapan emosi yang tidak tertahan. "Jadi kau menyentuhku baru saja untuk menguji seberapa besar aku bisa bertahan?" tanyanya dengan tatapan menusuk.Zaki menyering
"Kalau apa? Ibu kenapa, Bu?" Cinta bertanya lirih. Rasa panik menjalar saat melihat wanita nomor satu di hatinya tampak kesulitan bernapas. Perlahan jemarinya naik meraba dahi sambil terus memberi dukungan."Jangan terlalu dipaksa bergerak, Bu," tambahnya dengan membelai, menggenggam lembut tangan mengeriput yang digerogoti penyakit menahun."S-sebenarnya, Ibu yang bertanggung jawab atas kematian kakakmu Gita." Lagi, wanita itu berbicara gagap. Susah payah dia mengatur napas hingga wajahnya ikut menegang.Cinta menggeleng pelan, matanya menatap wanita yang juga sedang menyorotinya dengan pandangan sayu."Ibu bicara apa? Tenang dan istirahat, ya. Jangan pikir macam-macam dulu," bujuknya agar resah hati sang ibu bisa mereda."Cinta, Sayang. Semua harus dibahas karena setelah ini, ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan tenang," keluh Melly berat. Dia perlu menjelaskan sesuatu kepada Cinta tanpa harus menunggu rasa sakit mengunci jalur suara dan otaknya. "Ibu ingin ngobrol apa? Na