Share

128. Kinan menuju ke rumah Mama Ratih

Setelah kematian Pak Rudi, Kinan sering merasa bersalah pada dirinya sendiri. Dia merasa belum bisa jadi anak yang membahagiakan orang tuanya.

“Sayang, kamu menangis?” Tanya Arsen pada Kinan.

“Aku hanya ingat sama Ayah dan Bunda, aku kangen sama mereka,” ucap Kinan yang meneteskan air mata.

“Sebaiknya kamu kirim doa untuk Ayah dan Bunda.” Arsen memberikan saran pada Kinan.

“Iya bang, setiap sujudku selalu ku panjatkan doa untuk Ayah dan Bunda,” jelas Kinan pada Arsen.

“Iya sayang, apapun yang kamu lakukan, aku akan selalu mendukungmu,” ujar Arsen pada Kinan.

“Sudah jangan menangis lagi sayang,” ucapnya pada Kinan.

“Iya bang.”

Arsen memeluk sang Istri, Kinan yang di peluk pun merasakan kehangatan dari pelukan sang Suami. Kinan bersyukur di saat dirinya terpuruk masih ada sang suami yang memperhatikan dirinya.

“Sayang, Abang mau ke kantor dulu ya. Kamu di rumah, jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak melamun ya sayang,” pesan Arsen pada sang Istri.

“Iya bang, hati-hati di jalan ya. A
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status