Share

Bab 6

Penulis: Mama Nau
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-11 08:54:56

Alina dan Aeron saat sadar berada di sebuah taman yang indah. Mereka berdua sangat kagum, dengan keindahan bunga yang beraneka warna dan memiliki banyak jenisnya yang berbeda.

Alina menggandeng Aeron yang masih bingung dengan keadaan mereka. Alina melihat seorang wanita yang sangat cantik dengan rambut pirang kecoklatan yang panjang bergelombang mirip dengannya, duduk di kursi taman menghadap kolam ikan.

Alina mengajak Aeron mendekati wanita itu. Saat semakin dekat Alina melihat wajah wanita itu sangat mirip dengannya.

"Kalian sudah bangun? Maaf disini tidak ada kasur empuk jadi ibu tidak memindahkan kalian berdua, " ucap wanita itu dengan suara lembut menenangkan hati Alina yang takut.

"Kau sangat mirip denganku, Apa kau Ibuku? " tanya Alina Ragu.

"Benar! Aku ibu kalian, "

Aeron menatap wanita itu dengan mata membelalak, antara bingung dan kagum. Ia memegang tangan Alina lebih erat, seolah memastikan semua ini bukan mimpi.

“Ibu kami?” gumam Aeron pelan. “Tapi… bagaimana bisa? Bukankah ibu… sudah tidak ada?”

Wanita itu tersenyum lembut, matanya hangat namun menyimpan kedalaman misteri. “Aku memang telah lama pergi dari dunia kalian. Tapi bukan berarti aku benar-benar hilang.” Ia mengarahkan pandangan ke kolam ikan yang tenang, riak airnya memantulkan cahaya matahari pagi yang hangat. “Tempat ini… adalah jembatan antara dunia. Hanya mereka yang dipilih yang bisa datang ke sini.”

Alina melangkah maju, matanya berkaca-kaca. “Kenapa baru sekarang, Bu? Kenapa bukan saat kami sangat membutuhk—” suaranya tercekat, emosinya membuncah.

Wanita itu berdiri dari kursi taman, lalu memeluk Alina dan Aeron bersamaan. “Karena ibu ingin kalian bisa terputus dengan takdir kalian berdua sebagai penjaga gerbang dunia. Tugas kemarin adalah tugas terakhir kalian.”

Aeron mengangkat kepala, menatap ibunya. “Takdir? Maksud Ibu… apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kami bisa sampai di sini?”

Sang ibu menatap mereka dengan serius. “Karena kalian adalah penjaga gerbang dunia. Kekuatan kalian telah tersegel sejak kecil, dan

saat segel kalian terbuka belum waktunya tubuh kalian tidak mampu menanggung kekuatan itu, jadi raga kalian berdua sudah mati, saat ini kalian hanya roh saja.”

Angin lembut berhembus, membawa aroma bunga dan suara gemericik air. Tapi suasana hati Alina dan Aeron berubah. Mereka saling bertatapan terkejut, takut, tapi juga perlahan-lahan menerima takdir mereka berdua. Alina hanya merasa sedih karena harus meninggalkan neneknya seorang diri.

“Kami… sudah mati?" bisik Alina pelan.

Ibunya mengangguk. “Dan waktunya hampir tiba. Kalian harus memilih… tetap di sini, atau reinkarnasi di dunia lainnya. ingatlah ibu selalu menyayangi kalian berdua,”

Sebuah cahaya perlahan muncul di antara pepohonan taman, membentuk jalur yang tampak seperti portal bercahaya.

“Pilihlah dengan hati,” ujar sang ibu. “Apa pun yang kalian putuskan, Ibu akan tetap mencintai kalian.”

"Apa kami akan tetap bersama-sama, bu?" tanya Alina melihat Aeron yang menggenggam tangannya erat.

"Ibu, tidak tahu, tapi seandainya terpisah kalian akan tetap memiliki kekuatan untuk bisa bertahan di dunia kalian nantinya. jadi jangan takut, ibu akan berusaha tetap melindungi kalian dari atas sini," sahutnya lembut menatap kedua anaknya yang terpisah darinya sejak lahir.

Alina dan Aeron saling menatap, dan menganggukkan kepala mereka.

"Baiklah Bu, kami akan reinkarnasi saja,"

"Pilihan yang bagus sayang, pejamkan mata kalian berdua," sirene meletakkan ujung jarinya pada kening putra dan putrinya, sebuah cahaya masuk ke dalam nya. setelah itu Sirene menyuruh keduanya untuk membuka matanya.

"Sekarang pergilah, ke cahaya itu," tunjuk Sirene ke arah portal cahaya. Setelah memeluk dan mencium kedua anaknya sirene membimbing mereka hingga ke pintu portal.

"Pergilah sayang, jalani hidup kalian yang baru, teruslah berbuat kebaikan dengan kekuatan yang ibu berikan!" Alina dan Aeron menganggukkan kepalanya mengerti.

mereka membuka pintu dan masuk bergantian, mereka yakin akan bisa saling menemukan jika seandainya terpisah. yang tidak mereka tahu adalah bahwa semua ingatan masa lalu mereka sudah dihapuskan dan mereka tidak akan pernah mengingat masa lalu mereka berdua yang menyedihkan. Mereka akan hidup dengan orang tua mereka masing-masing dan membuat cerita mereka sendiri tanpa masa lalu yang mengiringi mereka.

***

Di sebuah kerajaan, lahirlah seorang bayi cantik yang selalu mereka tunggu-tunggu kelahirannya. Ratu aeris dan Raja Simon menunggu kehadiran bayi ini sangat lama, setelah hampir sepuluh tahun menanti akhirnya bayi yang mereka nantikan hadir.

Kelahiran seorang putri yang sangat cantik membuat rakyat bersuka cita, mereka merayakan dan memberi hadiah untuk putri kerajaan mereka, dengan harta yang mereka miliiiki. putri kerajaan ini di ramal akan melindungi dan membuat sejahtera kerajaan mereka yang selalu menjadi target penyerangan kerajaan lain karena kerajaan mereka yang subur dan sumber daya yang melimpah. namun karena seringnya mereka mendapat serangan musuh, membuat kehidupan kerajaan mereka menjadi sedikit sulit.

Raja Simon, melihat hadiah yang diberikan rakyatnya merasa terharu, dia tidak menyangka kalau kelahiran putri mereka membuat rakyat sangat senang, hingga rela memberikan hadiah di saat mereka juga sedang hidup sulit.

Raja Simon akhirnya menolak semua pemberian rakyatnya , dia tidak ingin rakyatnya semakin menderita karena memberikan harta mereka yang tersisa sebagai kado untuk putri mereka yang baru lahir.

Sesuai ramalan kelahiran putri mereka di tandai dengan hujan deras yang selama ini mereka nantikan, karena saat ini juga sedang musim kemarau hingga kekeringan melanda kerajaan mereka. Tidak hanya itu yang membuat ramalan mengenai putri kerajaan mereka menjadi kenyataan, Sawah yang kering, perlahan kembali menjadi hijau, sementara orang-orang yang sakit merasa penyakitnya langsung sembuh saat mereka terkena air hujan. Melihat keajaiban itu semua, rakyat semakin percaya kalau kelahiran Ratu Aeris membawa berkah bagi kerajaan yang saat ini sedang dalam krisis. Mereka yakin Kerajaan nantinya akan maju melebihi kerajaan lainnya.

***

"Uh, dimana ini? kenapa ramai sekali?" Roh Alina yang masuk ke dalam bayi yang baru lahir namun langsung meninggal, dan jiwanya langsung menempati tubuh kosong itu merasa bingung dengan keadaannya.

"Aku reinkarnasi menjadi bayi?? ah kenapa tidak langsung dewasa saja sih. bosan menjadi anak kecil terus!" ucap Alina namun yang terdengar hanya ah eh suara bayi.

"Oh astaga aku juga tidak bisa ngomong, bagaimana ini kalau aku menginginkan sesuatu?" keluh Alina dalam hatinya. Alina hanya bisa pasrah menerima nasibnya yang kembali menjadi bayi.

"Aku haus...haus....ingin minum, tolong berikan aku minum orang-orang dewasa!" panggil Alina namun yang terdengar suara rengekan bayi yang lama-lama menangis karena kesal tidak ada yang mengerti bahasanya.

Ratu Aeris yang tengah menggendong bayi kecilnya langsung panik saat mendengar tangisan yang keras itu. Wajah cantiknya memucat, takut kalau ada sesuatu yang salah. Dengan lembut, ia menggoyangkan tubuh kecil itu dan membisikkan kata-kata lembut.

“Tenang, Sayang… Ibu di sini. Ibu tahu kamu lapar, ya?” ucap Ratu Aeris sambil tersenyum, lalu memanggil pelayan istana untuk segera membawakan susu hangat.

Alina yang masih kesal karena tidak bisa berkomunikasi hanya bisa memandang sekeliling dengan tatapan bingung. "Oke, oke... tenang, ini bukan salah siapa-siapa. Aku cuma harus sabar. Sabar, Alina. Kamu pasti bisa jadi dewasa lagi… satu hari nanti," gumamnya dalam hati.

Saat susu diberikan padanya, tangisan Alina pun perlahan mereda. Ia menatap Ratu Aeris yang menimangnya penuh kasih sayang. Dalam hatinya, entah mengapa ada kehangatan yang tak bisa dijelaskan. "Apa ini... perasaan dicintai? Tapi… kenapa terasa berbeda? Rasanya seperti... aku benar-benar anak mereka."

**

Sementara itu, di tempat yang jauh dari kerajaan itu sebuah desa kecil yang dikelilingi pegunungan dan hutan rimba lahir seorang bayi laki-laki dari keluarga pemburu. Sang ayah, Goran, adalah pria kuat dengan luka-luka di seluruh tubuh, dan sang ibu, Risa, adalah wanita lembut dengan kekuatan penyembuhan alami.

Bayi itu lahir saat badai petir yang hebat mengguncang langit malam, seolah mengumumkan kedatangannya. Para tetua desa melihatnya sebagai pertanda bahwa anak itu membawa kekuatan besar yang kelak akan menentukan masa depan dunia.

**

Di balik tatapan bingung dan tangisan kecilnya, Aeron perlahan mulai sadar. Jiwanya kini berada dalam tubuh bayi laki-laki itu. Ia tidak langsung menangis seperti Alina, hanya mengerjapkan matanya dan mengamati keadaan sekitar.

"Ini... dimana?" pikirnya dengan perasaan bingung. Ia mencoba menggerakkan tangan kecilnya namun hanya bisa mengepalkan jemari mungilnya.

Risa, sang ibu, mengelus lembut kepala bayinya. “Dia tidak menangis… anak ini pintar sekali,” bisiknya pelan, menatap mata bayi itu yang tajam dan dalam seolah mengerti segalanya.

Goran, yang biasanya kaku, tampak terdiam memandangi anaknya yang tampan “Kau akan tumbuh jadi lelaki hebat putraku. Aku yakin itu.”

**

Waktu pun berlalu…

Alina tumbuh sebagai Putri Kerajaan dengan nama Putri Elaria, anak yang dikagumi semua orang. Meskipun tubuhnya masih kecil, ia sering kali menunjukkan kedewasaan dalam bertindak dan bicara. Banyak penasihat kerajaan yang tercengang melihat betapa bijaksananya sang putri sejak usia dini.

Sedangkan Aeron, yang kini bernama Rion, tumbuh sebagai anak pemburu tangguh. Ia jarang menangis, cepat belajar, dan tanpa sadar menunjukkan kekuatan fisik serta intuisi luar biasa yang tak lazim untuk anak seusianya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 7

    Waktu terus berlalu, dan perubahan mulai terasa di dunia baru tempat Alina dan Aeron dilahirkan. Di dalam istana kerajaan, Putri Elaria yang masih berusia lima tahun sedang duduk di balkon sambil membaca buku mengenai kerajaan. Ratu Aeris duduk di sampingnya, membaca pembukuan istana dengan tenang. Meski usianya baru seumur jagung, Elaria sudah bisa membaca dan memahami hal-hal yang bahkan sulit dicerna oleh bangsawan dewasa. Kejernihan mata dan sikapnya yang dewasa sering membuat penasihat kerajaan berkata bahwa sang putri “mewarisi jiwa leluhur agung”. Suatu hari, ketika sedang bermain di taman istana, Elaria melihat bunga yang layu di taman membuatnya sangat sedih. Sebenarnya sejak berumur saru tahun dia bisa mengerti bahasa tumbuhan dan bahasa binatang, entah bagaimana caranya tiba-tiba saja dia bisa memahami semua yang ada di sekitarnya. Mendengar bunga itu yang menangis membutuhkan air dan pupuk, Dia tanpa sadar mengangkat tangan kecilnya ke arah bunga yang layu. Dalam sekej

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-14
  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 8

    Beberapa tahun pun berlalu… Putri Elaria kini telah berusia sembilan tahun. Ia tumbuh menjadi gadis kecil yang anggun dan bijaksana, dengan aura yang menenangkan siapa pun di sekitarnya. Di bawah bimbingan guru spiritual kerajaan, Elaria mulai memahami bahwa kekuatan penyembuhannya bukan berasal dari dunia biasa. Ia belajar mengendalikan aliran energi penyembuhan, memahami perasaan makhluk hidup di sekitarnya, bahkan membaca bisikan alam. Banyak bangsawan mulai mendengar keajaiban sang putri dan datang dari berbagai kerajaan untuk melihatnya secara langsung. Namun Elaria tidak sombong. Ia tetap sering bermain di taman, berbicara dengan bunga-bunga, membantu pelayan, dan mengunjungi kandang kudanya yang kini sudah dinamai Kai. Kai kini menjadi sahabatnya, dan hanya mau ditunggangi oleh Elaria. "Kai ayo kita pergi ke hutan!" ajak Putri Elaria. "Mau apa kita ke hutan Putri? Disana tidak enak, lebih baik kita tidur saja!" balas Kai si kuda hitam. "Dasar pemalas, ayo cepetan Kai!

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 1

    Langit kota malam itu berwarna kelabu, menyimpan cahaya bulan di balik kabut dan polusi yang menggantung berat. Di sebuah apartemen sederhana di lantai delapan, cahaya hangat dari sebuah lampu baca menerangi kamar kecil berisi rak buku lusuh, boneka usang, dan seorang gadis kecil yang tengah menulis di buku hariannya. Namanya Alina. Rambutnya yang berwarna pirang kecoklatan dikepang dua, wajahnya cantik, bersih dan polos, tapi ada sesuatu di matanya kedalaman yang tak biasa bagi anak seusianya. Malam itu, ia menulis tentang seorang anak laki-laki di sekolahnya yang kakinya terkilir saat bermain bola. Alina saat itu duduk di sebelahnya, menyentuh lutut anak itu dengan ragu-ragu, dan entah bagaimana, rasa sakit anak itu mereda. Ia tersenyum dan berdiri, seolah tak pernah jatuh. "Alina kau hebat sekali, pijatanmu membuat kakiku tidak sakit lagi," ucap Kenzo teman baik di kelasnya. "Benarkah? aku hanya memijat biasa saja, apa sudah tidak sakit lagi?" tanya Alina heran. "Hmm sudah tida

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 2

    Jauh di bawah tanah, di reruntuhan kuil kuno yang terkubur oleh waktu dan dilupakan oleh sejarah, sesuatu mulai bergerak. Cahaya biru kehijauan menari di sela-sela ukiran dinding batu yang retak, menggambarkan kisah lama tentang dewa-dewi, perang, dan pengkhianatan. Di tengah ruangan batu raksasa itu, sebuah kolam air bening memantulkan gambar Alina yang sedang tertidur, wajahnya tenang, namun cahaya samar di dahinya mulai muncul berdenyut pelan seperti bintang yang baru menyala. Sebuah suara berat bergema dari lorong-lorong batu. “Penerus Darah Sirene telah terbangun...” Sosok berjubah hitam yang tadi mengintai di mal, kini berlutut di hadapan kolam. Wajahnya tidak terlihat, namun tubuhnya bergetar karena kekuatan yang terpancar dari bayangan Alina. “Apa perintahmu, Penjaga Mata Air Cahaya?” Dari dalam kolam, cahaya melonjak, membentuk siluet seorang perempuan anggun dengan rambut panjang berkilauan. Wajahnya teduh, namun tatapannya tajam. Ia bukan manusia. Ia adalah Aurellia,

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 3

    Malam itu, setelah Kael dan Lyra pergi, Alina sulit tidur. Ia meringkuk di bawah selimut, memeluk boneka kelincinya yang sudah mulai usang, dan menatap kalung daun perak di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Cahaya lembutnya masih berdenyut... seperti bernafas. Pikirannya melayang-layang. Tentang ibunya Alenia Sirene yang tak pernah ia kenal, selain dari foto dan cerita Nenek. Tapi kini... semuanya terasa dekat. Seolah ibunya belum pernah benar-benar pergi. ** Keesokan paginya, saat sekolah usai, Kael sudah menunggu di luar pagar sekolah, menyamar seperti guru dengan jas panjang dan map di tangannya. Kenzo bahkan menyapanya dengan penasaran."Eh...om Kael, kau menjemputku?Apa di suruh Nenek?" tanya Alina merasa tidak enak."Tidak Alina, ini keinginan om sendiri yang ingin menjemputmu pulang sekolah," sahut Kael dengan wajah datar."Terima kasih om, sudah mau menjemputku," sahut Alina tersenyum manis. kenzo yang bersama Alina penasaran dengan pria yang menjemput Alina, kare

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-06
  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 4

    Hari-hari di kuil Cahaya berlalu dengan pelatihan yang intens. Alina, meski masih kecil, menunjukkan perkembangan luar biasa. Setiap gerakan tangannya mulai selaras dengan cahaya di sekitarnya. Ia belajar mengarahkan energi penyembuh, membentuk pelindung cahaya, hingga memanggil cahaya kecil yang bisa menuntunnya di tengah gelap. Lyra dan Kael melatihnya dengan sabar. Kael mengajarkan teknik bertarung dan pertahanan, sedangkan Lyra fokus pada pengendalian energi dan meditasi. Alina setiap hari berlatih setelah pulang sekolah dan akan pulang ke rumah saat sore hari. Meskipun hari-harinya menjadi sangat sibuk, Alina melakukannya dengan hati senang. Alina merasa jika dia memiliki kemampuan dan bisa ikut membantu kenapa tidak dia lakukan, hitung-hitung sebagai amalnya nanti, karena dia tidak tahu masa depan seperti apa yang akan dia jalani dengan kemampuan seperti ini, yang pasti akan sangat berbahaya bagi dirinya. Namun di suatu sore, ketika Alina sedang duduk di taman kuil memanda

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-07
  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 5

    Aeron dan Alina berdiri saling berhadapan di bawah langit yang kini retak oleh celah antara dua dunia. Angin berdesir kencang, membawa serpihan bayangan dan percikan cahaya ke sekeliling mereka. Semua penjaga kuil menahan napas, tak satu pun berani mendekat, takut menyentuh keseimbangan rapuh antara terang dan gelap yang kini berada dalam tubuh dua anak kecil itu. "Aeron…" suara Alina pelan, namun jelas, "aku tahu kau bisa mendengarku. Aku tahu kau bukan milik kegelapan itu." "Aeron, dengarkan aku! kau adalah saudara kembarku, kalau kau tidak percaya, lihatlah bahu kananmu apakah memiliki tanda lahir berbentuk matahari atau tidak? karena aku juga memiliki tanda lahir itu,"sambung Alina berusaha menyadarkan Aeron. Aeron tidak menjawab. Matanya gelap dan dalam, tapi untuk sesaat, pupilnya tampak bergetar. Seberkas cahaya seperti hendak muncul… tapi lenyap kembali. Di atas mereka, Morvak muncul dari pusaran langit dengan jubah panjang yang menjuntai seperti kabut hitam. Suaranya

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08

Bab terbaru

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 8

    Beberapa tahun pun berlalu… Putri Elaria kini telah berusia sembilan tahun. Ia tumbuh menjadi gadis kecil yang anggun dan bijaksana, dengan aura yang menenangkan siapa pun di sekitarnya. Di bawah bimbingan guru spiritual kerajaan, Elaria mulai memahami bahwa kekuatan penyembuhannya bukan berasal dari dunia biasa. Ia belajar mengendalikan aliran energi penyembuhan, memahami perasaan makhluk hidup di sekitarnya, bahkan membaca bisikan alam. Banyak bangsawan mulai mendengar keajaiban sang putri dan datang dari berbagai kerajaan untuk melihatnya secara langsung. Namun Elaria tidak sombong. Ia tetap sering bermain di taman, berbicara dengan bunga-bunga, membantu pelayan, dan mengunjungi kandang kudanya yang kini sudah dinamai Kai. Kai kini menjadi sahabatnya, dan hanya mau ditunggangi oleh Elaria. "Kai ayo kita pergi ke hutan!" ajak Putri Elaria. "Mau apa kita ke hutan Putri? Disana tidak enak, lebih baik kita tidur saja!" balas Kai si kuda hitam. "Dasar pemalas, ayo cepetan Kai!

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 7

    Waktu terus berlalu, dan perubahan mulai terasa di dunia baru tempat Alina dan Aeron dilahirkan. Di dalam istana kerajaan, Putri Elaria yang masih berusia lima tahun sedang duduk di balkon sambil membaca buku mengenai kerajaan. Ratu Aeris duduk di sampingnya, membaca pembukuan istana dengan tenang. Meski usianya baru seumur jagung, Elaria sudah bisa membaca dan memahami hal-hal yang bahkan sulit dicerna oleh bangsawan dewasa. Kejernihan mata dan sikapnya yang dewasa sering membuat penasihat kerajaan berkata bahwa sang putri “mewarisi jiwa leluhur agung”. Suatu hari, ketika sedang bermain di taman istana, Elaria melihat bunga yang layu di taman membuatnya sangat sedih. Sebenarnya sejak berumur saru tahun dia bisa mengerti bahasa tumbuhan dan bahasa binatang, entah bagaimana caranya tiba-tiba saja dia bisa memahami semua yang ada di sekitarnya. Mendengar bunga itu yang menangis membutuhkan air dan pupuk, Dia tanpa sadar mengangkat tangan kecilnya ke arah bunga yang layu. Dalam sekej

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 6

    Alina dan Aeron saat sadar berada di sebuah taman yang indah. Mereka berdua sangat kagum, dengan keindahan bunga yang beraneka warna dan memiliki banyak jenisnya yang berbeda. Alina menggandeng Aeron yang masih bingung dengan keadaan mereka. Alina melihat seorang wanita yang sangat cantik dengan rambut pirang kecoklatan yang panjang bergelombang mirip dengannya, duduk di kursi taman menghadap kolam ikan. Alina mengajak Aeron mendekati wanita itu. Saat semakin dekat Alina melihat wajah wanita itu sangat mirip dengannya. "Kalian sudah bangun? Maaf disini tidak ada kasur empuk jadi ibu tidak memindahkan kalian berdua, " ucap wanita itu dengan suara lembut menenangkan hati Alina yang takut. "Kau sangat mirip denganku, Apa kau Ibuku? " tanya Alina Ragu. "Benar! Aku ibu kalian, " Aeron menatap wanita itu dengan mata membelalak, antara bingung dan kagum. Ia memegang tangan Alina lebih erat, seolah memastikan semua ini bukan mimpi. “Ibu kami?” gumam Aeron pelan. “Tapi… baga

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 5

    Aeron dan Alina berdiri saling berhadapan di bawah langit yang kini retak oleh celah antara dua dunia. Angin berdesir kencang, membawa serpihan bayangan dan percikan cahaya ke sekeliling mereka. Semua penjaga kuil menahan napas, tak satu pun berani mendekat, takut menyentuh keseimbangan rapuh antara terang dan gelap yang kini berada dalam tubuh dua anak kecil itu. "Aeron…" suara Alina pelan, namun jelas, "aku tahu kau bisa mendengarku. Aku tahu kau bukan milik kegelapan itu." "Aeron, dengarkan aku! kau adalah saudara kembarku, kalau kau tidak percaya, lihatlah bahu kananmu apakah memiliki tanda lahir berbentuk matahari atau tidak? karena aku juga memiliki tanda lahir itu,"sambung Alina berusaha menyadarkan Aeron. Aeron tidak menjawab. Matanya gelap dan dalam, tapi untuk sesaat, pupilnya tampak bergetar. Seberkas cahaya seperti hendak muncul… tapi lenyap kembali. Di atas mereka, Morvak muncul dari pusaran langit dengan jubah panjang yang menjuntai seperti kabut hitam. Suaranya

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 4

    Hari-hari di kuil Cahaya berlalu dengan pelatihan yang intens. Alina, meski masih kecil, menunjukkan perkembangan luar biasa. Setiap gerakan tangannya mulai selaras dengan cahaya di sekitarnya. Ia belajar mengarahkan energi penyembuh, membentuk pelindung cahaya, hingga memanggil cahaya kecil yang bisa menuntunnya di tengah gelap. Lyra dan Kael melatihnya dengan sabar. Kael mengajarkan teknik bertarung dan pertahanan, sedangkan Lyra fokus pada pengendalian energi dan meditasi. Alina setiap hari berlatih setelah pulang sekolah dan akan pulang ke rumah saat sore hari. Meskipun hari-harinya menjadi sangat sibuk, Alina melakukannya dengan hati senang. Alina merasa jika dia memiliki kemampuan dan bisa ikut membantu kenapa tidak dia lakukan, hitung-hitung sebagai amalnya nanti, karena dia tidak tahu masa depan seperti apa yang akan dia jalani dengan kemampuan seperti ini, yang pasti akan sangat berbahaya bagi dirinya. Namun di suatu sore, ketika Alina sedang duduk di taman kuil memanda

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 3

    Malam itu, setelah Kael dan Lyra pergi, Alina sulit tidur. Ia meringkuk di bawah selimut, memeluk boneka kelincinya yang sudah mulai usang, dan menatap kalung daun perak di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Cahaya lembutnya masih berdenyut... seperti bernafas. Pikirannya melayang-layang. Tentang ibunya Alenia Sirene yang tak pernah ia kenal, selain dari foto dan cerita Nenek. Tapi kini... semuanya terasa dekat. Seolah ibunya belum pernah benar-benar pergi. ** Keesokan paginya, saat sekolah usai, Kael sudah menunggu di luar pagar sekolah, menyamar seperti guru dengan jas panjang dan map di tangannya. Kenzo bahkan menyapanya dengan penasaran."Eh...om Kael, kau menjemputku?Apa di suruh Nenek?" tanya Alina merasa tidak enak."Tidak Alina, ini keinginan om sendiri yang ingin menjemputmu pulang sekolah," sahut Kael dengan wajah datar."Terima kasih om, sudah mau menjemputku," sahut Alina tersenyum manis. kenzo yang bersama Alina penasaran dengan pria yang menjemput Alina, kare

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 2

    Jauh di bawah tanah, di reruntuhan kuil kuno yang terkubur oleh waktu dan dilupakan oleh sejarah, sesuatu mulai bergerak. Cahaya biru kehijauan menari di sela-sela ukiran dinding batu yang retak, menggambarkan kisah lama tentang dewa-dewi, perang, dan pengkhianatan. Di tengah ruangan batu raksasa itu, sebuah kolam air bening memantulkan gambar Alina yang sedang tertidur, wajahnya tenang, namun cahaya samar di dahinya mulai muncul berdenyut pelan seperti bintang yang baru menyala. Sebuah suara berat bergema dari lorong-lorong batu. “Penerus Darah Sirene telah terbangun...” Sosok berjubah hitam yang tadi mengintai di mal, kini berlutut di hadapan kolam. Wajahnya tidak terlihat, namun tubuhnya bergetar karena kekuatan yang terpancar dari bayangan Alina. “Apa perintahmu, Penjaga Mata Air Cahaya?” Dari dalam kolam, cahaya melonjak, membentuk siluet seorang perempuan anggun dengan rambut panjang berkilauan. Wajahnya teduh, namun tatapannya tajam. Ia bukan manusia. Ia adalah Aurellia,

  • Gadis Kecil Sang Penyelamat   Bab 1

    Langit kota malam itu berwarna kelabu, menyimpan cahaya bulan di balik kabut dan polusi yang menggantung berat. Di sebuah apartemen sederhana di lantai delapan, cahaya hangat dari sebuah lampu baca menerangi kamar kecil berisi rak buku lusuh, boneka usang, dan seorang gadis kecil yang tengah menulis di buku hariannya. Namanya Alina. Rambutnya yang berwarna pirang kecoklatan dikepang dua, wajahnya cantik, bersih dan polos, tapi ada sesuatu di matanya kedalaman yang tak biasa bagi anak seusianya. Malam itu, ia menulis tentang seorang anak laki-laki di sekolahnya yang kakinya terkilir saat bermain bola. Alina saat itu duduk di sebelahnya, menyentuh lutut anak itu dengan ragu-ragu, dan entah bagaimana, rasa sakit anak itu mereda. Ia tersenyum dan berdiri, seolah tak pernah jatuh. "Alina kau hebat sekali, pijatanmu membuat kakiku tidak sakit lagi," ucap Kenzo teman baik di kelasnya. "Benarkah? aku hanya memijat biasa saja, apa sudah tidak sakit lagi?" tanya Alina heran. "Hmm sudah tida

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status