Malam itu Mark terlihat gelisah, karena memikirkan Maria dan James yang mulai dekat semenjak pertemuan tadi.Beberapa kali lelaki itu tampak menggit-gigit ujung kuku. Seolah memikirkan suatu ide untuk memisahkan dua orang tersebut."Sial!" umpat Mark pada diri sendiri.Mark merasa, bahwa sebagai pria dia telah gagal mempertahankan wanitanya. Terlebih lagi ia terlalu gengsi mengakui Maria sebagai wanita yang dikasihinya.Mark tidak bisa bersikap selayaknya pria pemberani . Sehingga memberi peluang bagi orang baru untuk memasuki hati Maria."Bisa-bisanya dia tertawa pada anak ingusan itu. Padahal aku sudah memberinya petunjuk agar tidak tebar pesona pada sembarang orang yang baru dikenal. Benar-benar keterlaluan!" Mark berbicara seorang diri di dalam kamar. Menyayangkan sikap Maria yang menurutnya terlalu welcome terhadap pemuda yang baru dikenalnya.Sementara itu, di kamar Maria. Tampak gadis tersebut tersenyum saat mendapat satu pesan baru dari James.Ya, akhirnya dua anak manusia yan
Pagi itu Maria bangun pukul delapan pagi dan mendapati Mark telah berbaring di belakangnya serta memeluk ia seperti biasa, sehingga membuat remaja itu terkejut.Betapa tidak, sepanjang malam ia tidak merasakan pergerakan apapun yang mengganggu tidur. Bahkan tak ada suara dentuman pintu terbuka."Mengapa bisa Tuan Mark ada di sini? Apakah dia masuk secara diam-diam? Dasar pria tidak sopan!" umpat Maria di dalam hati.Lantas gadis itu memindahkan tangan Mark dari pinggangnya. Namun, pria tersebut semakin mengeratkan pelukan."Kau mau kemana? Aku masih ingin tidur." Suara serak Mark menggema memecah keheningan, tak pelak Maria terkesiap. Betapa tidak, lelaki itu membawa Maria jatuh dalam pelukannya yang membuat mereka saling berhadapan.Tanpa sadar Maria menelan salivanya dengan susah payah. Sepertinya kali ini Mark berhasil membuat luluh hati Maria setelah semalaman marah padanya."Apakah dia sudah sadar?" bisik Maria di dalam hati.Kemudian Mark semakin mengeratkan pelukan. Seolah tak
Ketukan pintu itu membuat Mark mengurungkan niat untuk mencium Maria.Semula dia tidak perduli, tetapi konsentrasinya telah terganggu. Hingga memutuskan untuk menjeda beberapa saat."Tunggu aku, em?" Mark hanya mengecup kening Maria sebagai tanda sayang terhadap remaja tersebut. Dan Maria pun dibuat terenyuh untuk itu.Maria tidak ingin munafik, bahwa dia juga merasakan sensasi yang luar biasa dari Mark. Ia pun bisa merasakan adanya kasih sayang yang tulus dari pria tersebut.Usia Maria memang masih sangat belia. Namun, dia masih bisa membedakan cara pandang seseorang terhadap dirinya. Sayang kah atau justru membenci."Ada apa?" Mark membuka pintu kamar Maria. Dan mendapati Rebeca tengah berdiri di depan kamar gadis tersebut."Mohon maaf, Tuan. Sarapan sudah siap," kata Rebeca yang membuat Mark sedikit kesal. Betapa tidak, wanita itu telah mengganggu momen kebersamaannya dengan Maria pagi itu."Baiklah, terimakasih," balas Mark.Lantas Rebeca meninggalkan kamar Maria. Sedangkan Mark k
Pagi itu Maria benar-benar kecewa terhadap sikap Mark yang terkesan tak bertanggung jawab. Sedangkan beberapa menit lalu pria itu memperlakukannya dengan sangat istimewa. Seolah terlihat seperti sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara.Namun, sesaat kemudian pria itu justru menghancurkan segalanya. Kini Maria memutuskan untuk tidak mempercayai dia lagi walau bagaimanapun sikap dan cara pria itu memperlakukan dirinya."Hari ini Casandra membuat sarapan untukmu." Mely menunjukkan sarapan buatan Casandra kepada Mark untuk dimakan bersama-sama."Tidak, terimakasih." Namun, lelaki itu menolak. Walau bagaimanapun juga dia masih ingin merasakan sarapan buatan Maria yang dinilainya menggugah selera."Lalu, apa kau ingin makan masakan gadis kampung itu?" sarkas Mely emosional."Ma, sebenarnya apa tujuan kalian kemari? Apakah kalian ingin merusak suasana hatiku?" balas Mark sudah tak tahan lagi.Satu jam lamanya mereka berdebat di ruang keluarga. Tak ada satu pun kesimpulan yang diambil. Me
Seminggu pasca kejadian hari itu, Maria terus mendiami Mark. Walau tetap tidur bersama seperti biasa.Maria memang sempat goyah, karena jatuh cinta. Namun, kali ini ia berusaha untuk bekerja secara profesional. Tidak melibatkan perasaan lagi.Jauh di lubuk hati terdalam, bahwa gadis berparas cantik tersebut masih menaruh rasa cinta untuk Mark. Akan tetapi, ia tidak ingin menunjukkannya secara terang-terangan.Bahkan ketika Mark berusaha menunjukkan ketertarikannya, Maria selalu menghindar. Tidak ingin terlalu percaya diri seperti dulu lagi.Alhasil Mark dibuat merasa bersalah. Meski demikian, lelaki yang sebentar lagi berusia tiga puluh tujuh tahun tersebut masih tak ingin mengungkap cinta secara terbuka terhadap Maria."Kau benar-benar payah. Bagaimana bisa kau tak membela Maria saat Nyonya besar menamparnya? Wajar bila dia menghindarimu. Supaya kau sadar diri." Beberapa saat lalu Mark meminta pendapat Leo ihwal insiden kala itu.Karena merasa sudah tak tahan lagi, serta butuh solusi
Ada segumpal harap lewat mata Casandra. Harapan itu seolah memenuhi hasrat. Ada rasa ingin mencumbu. Ada pula rasa ingin memeluk.Dua bola mata bulat nan indah itu menatap penuh harap. Maka dipasangnya wajah iba serta kasih sayang. Tentu saja dengan harapan penuh untuk kembali bersama."Kau terlalu percaya diri, Casandra. Aku tidak menginginkanmu lagi!" Sialnya, cinta itu tidak terbalaskan. Mark menolak mentah-mentah perasaan Casandra. Hingga wanita itu merasa sedih sekaligus marah. Namun, tak ada yang bisa diperbuat. Kesalahannya lima tahun lalu tak akan pernah dibenahi, meski ia berusaha mencucinya dengan air garam sekalipun.Luka serta kecewa yang dirasa Mark masih sangat membekas di dalam sana. Seolah mencekiknya setiap saat tiap kali melihat Casandra."Mengapa? Apa karena gadis itu?" lirih Casandra.Casandra memang masih mencintai Mark. Ia` berharap pria itu bersedia menerimanya kembali. Namun, tujuan utamanya menginginkan pria tersebut adalah karena harta, tahta dan nama.Jika m
Hari itu menjadi kesempatan bagi James untuk menyatakan cinta kepada Maria.Katakan saja terlalu cepat. Hanya butuh waktu satu minggu pria itu sudah memutuskan untuk menjadikan Maria sebagai kekasihnya.Namun, James tidak ingin menunda terlalu lama. Ia benar-benar yakin, bahwa yang dirasakan saat ini adalah cinta, bukan sekedar penasaran semata.Pun Willy, Ayahnya. Pria berkacamata tersebut sangat mendukung hubungan Sang putra bersama Maria. Tak peduli latar belakang gadis itu seperti apa. Asal mereka bahagia, maka segalanya bukan jadi masalah."Bagaimana aktifitasmu di rumah Paman Mark? Apakah semuanya lancar?" tanya James basa-basi.Sejujurnya pemuda itu bukan tipikal orang yang pandai membual. Hanya saja ia tidak ingin membuat Maria terkejut dengan pernyataan cintanya yang terkesan mendadak."Lancar," sahut Maria setelah menelan stik pesanannya."Baguslah... Oh iya, apakah hidup di sana menyenangkan? Maaf maksud aku, apakah Paman Mark memperlakukanmu dengan baik?"Mendengar pertany
Baik Maria maupun Mark, keduanya sama-sama terkesiap begitu mendengar pertanyaan cinta James yang begitu berani.Pria itu seolah mengalahkan Mark yang diketahui usianya jauh lebih matang darinya. James seakan tak takut pada konsekuensi yang kelak dihadapi. Baginya Maria tetap harga mati yang patut diperjuangkan."Apa yang kau lihat darinya, sehingga membuatmu jatuh cinta?" Dalam hati Mark tengah menahan gejolak amarah yang telah membakar hati.Dada lelaki itu seolah bergemuruh hingga menghasilkan hawa panas di dalam sana. Emosi yang masih bisa ditahan telah membuatnya kelimpungan. Mark nyaris kehilangan kendali. Alhasil ia hanya mampu mengajukan pertanyaan basa-basi kepada James.James tersenyum manis saat membayangkan wajah cantik nan imut Maria. Serta senyumannya yang begitu menggoda.Dari postur tubuh serta mimik mukanya yang mempesona, seakan membawa aura positif bagi pemuda dua puluh tahun tersebut."Banyak. Salah satunya adalah auranya yang positif," jawab James bersungguh-sungg