Pagi itu Maria bangun pukul delapan pagi dan mendapati Mark telah berbaring di belakangnya serta memeluk ia seperti biasa, sehingga membuat remaja itu terkejut.Betapa tidak, sepanjang malam ia tidak merasakan pergerakan apapun yang mengganggu tidur. Bahkan tak ada suara dentuman pintu terbuka."Mengapa bisa Tuan Mark ada di sini? Apakah dia masuk secara diam-diam? Dasar pria tidak sopan!" umpat Maria di dalam hati.Lantas gadis itu memindahkan tangan Mark dari pinggangnya. Namun, pria tersebut semakin mengeratkan pelukan."Kau mau kemana? Aku masih ingin tidur." Suara serak Mark menggema memecah keheningan, tak pelak Maria terkesiap. Betapa tidak, lelaki itu membawa Maria jatuh dalam pelukannya yang membuat mereka saling berhadapan.Tanpa sadar Maria menelan salivanya dengan susah payah. Sepertinya kali ini Mark berhasil membuat luluh hati Maria setelah semalaman marah padanya."Apakah dia sudah sadar?" bisik Maria di dalam hati.Kemudian Mark semakin mengeratkan pelukan. Seolah tak
Ketukan pintu itu membuat Mark mengurungkan niat untuk mencium Maria.Semula dia tidak perduli, tetapi konsentrasinya telah terganggu. Hingga memutuskan untuk menjeda beberapa saat."Tunggu aku, em?" Mark hanya mengecup kening Maria sebagai tanda sayang terhadap remaja tersebut. Dan Maria pun dibuat terenyuh untuk itu.Maria tidak ingin munafik, bahwa dia juga merasakan sensasi yang luar biasa dari Mark. Ia pun bisa merasakan adanya kasih sayang yang tulus dari pria tersebut.Usia Maria memang masih sangat belia. Namun, dia masih bisa membedakan cara pandang seseorang terhadap dirinya. Sayang kah atau justru membenci."Ada apa?" Mark membuka pintu kamar Maria. Dan mendapati Rebeca tengah berdiri di depan kamar gadis tersebut."Mohon maaf, Tuan. Sarapan sudah siap," kata Rebeca yang membuat Mark sedikit kesal. Betapa tidak, wanita itu telah mengganggu momen kebersamaannya dengan Maria pagi itu."Baiklah, terimakasih," balas Mark.Lantas Rebeca meninggalkan kamar Maria. Sedangkan Mark k
Pagi itu Maria benar-benar kecewa terhadap sikap Mark yang terkesan tak bertanggung jawab. Sedangkan beberapa menit lalu pria itu memperlakukannya dengan sangat istimewa. Seolah terlihat seperti sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara.Namun, sesaat kemudian pria itu justru menghancurkan segalanya. Kini Maria memutuskan untuk tidak mempercayai dia lagi walau bagaimanapun sikap dan cara pria itu memperlakukan dirinya."Hari ini Casandra membuat sarapan untukmu." Mely menunjukkan sarapan buatan Casandra kepada Mark untuk dimakan bersama-sama."Tidak, terimakasih." Namun, lelaki itu menolak. Walau bagaimanapun juga dia masih ingin merasakan sarapan buatan Maria yang dinilainya menggugah selera."Lalu, apa kau ingin makan masakan gadis kampung itu?" sarkas Mely emosional."Ma, sebenarnya apa tujuan kalian kemari? Apakah kalian ingin merusak suasana hatiku?" balas Mark sudah tak tahan lagi.Satu jam lamanya mereka berdebat di ruang keluarga. Tak ada satu pun kesimpulan yang diambil. Me
Seminggu pasca kejadian hari itu, Maria terus mendiami Mark. Walau tetap tidur bersama seperti biasa.Maria memang sempat goyah, karena jatuh cinta. Namun, kali ini ia berusaha untuk bekerja secara profesional. Tidak melibatkan perasaan lagi.Jauh di lubuk hati terdalam, bahwa gadis berparas cantik tersebut masih menaruh rasa cinta untuk Mark. Akan tetapi, ia tidak ingin menunjukkannya secara terang-terangan.Bahkan ketika Mark berusaha menunjukkan ketertarikannya, Maria selalu menghindar. Tidak ingin terlalu percaya diri seperti dulu lagi.Alhasil Mark dibuat merasa bersalah. Meski demikian, lelaki yang sebentar lagi berusia tiga puluh tujuh tahun tersebut masih tak ingin mengungkap cinta secara terbuka terhadap Maria."Kau benar-benar payah. Bagaimana bisa kau tak membela Maria saat Nyonya besar menamparnya? Wajar bila dia menghindarimu. Supaya kau sadar diri." Beberapa saat lalu Mark meminta pendapat Leo ihwal insiden kala itu.Karena merasa sudah tak tahan lagi, serta butuh solusi
Ada segumpal harap lewat mata Casandra. Harapan itu seolah memenuhi hasrat. Ada rasa ingin mencumbu. Ada pula rasa ingin memeluk.Dua bola mata bulat nan indah itu menatap penuh harap. Maka dipasangnya wajah iba serta kasih sayang. Tentu saja dengan harapan penuh untuk kembali bersama."Kau terlalu percaya diri, Casandra. Aku tidak menginginkanmu lagi!" Sialnya, cinta itu tidak terbalaskan. Mark menolak mentah-mentah perasaan Casandra. Hingga wanita itu merasa sedih sekaligus marah. Namun, tak ada yang bisa diperbuat. Kesalahannya lima tahun lalu tak akan pernah dibenahi, meski ia berusaha mencucinya dengan air garam sekalipun.Luka serta kecewa yang dirasa Mark masih sangat membekas di dalam sana. Seolah mencekiknya setiap saat tiap kali melihat Casandra."Mengapa? Apa karena gadis itu?" lirih Casandra.Casandra memang masih mencintai Mark. Ia` berharap pria itu bersedia menerimanya kembali. Namun, tujuan utamanya menginginkan pria tersebut adalah karena harta, tahta dan nama.Jika m
Hari itu menjadi kesempatan bagi James untuk menyatakan cinta kepada Maria.Katakan saja terlalu cepat. Hanya butuh waktu satu minggu pria itu sudah memutuskan untuk menjadikan Maria sebagai kekasihnya.Namun, James tidak ingin menunda terlalu lama. Ia benar-benar yakin, bahwa yang dirasakan saat ini adalah cinta, bukan sekedar penasaran semata.Pun Willy, Ayahnya. Pria berkacamata tersebut sangat mendukung hubungan Sang putra bersama Maria. Tak peduli latar belakang gadis itu seperti apa. Asal mereka bahagia, maka segalanya bukan jadi masalah."Bagaimana aktifitasmu di rumah Paman Mark? Apakah semuanya lancar?" tanya James basa-basi.Sejujurnya pemuda itu bukan tipikal orang yang pandai membual. Hanya saja ia tidak ingin membuat Maria terkejut dengan pernyataan cintanya yang terkesan mendadak."Lancar," sahut Maria setelah menelan stik pesanannya."Baguslah... Oh iya, apakah hidup di sana menyenangkan? Maaf maksud aku, apakah Paman Mark memperlakukanmu dengan baik?"Mendengar pertany
Baik Maria maupun Mark, keduanya sama-sama terkesiap begitu mendengar pertanyaan cinta James yang begitu berani.Pria itu seolah mengalahkan Mark yang diketahui usianya jauh lebih matang darinya. James seakan tak takut pada konsekuensi yang kelak dihadapi. Baginya Maria tetap harga mati yang patut diperjuangkan."Apa yang kau lihat darinya, sehingga membuatmu jatuh cinta?" Dalam hati Mark tengah menahan gejolak amarah yang telah membakar hati.Dada lelaki itu seolah bergemuruh hingga menghasilkan hawa panas di dalam sana. Emosi yang masih bisa ditahan telah membuatnya kelimpungan. Mark nyaris kehilangan kendali. Alhasil ia hanya mampu mengajukan pertanyaan basa-basi kepada James.James tersenyum manis saat membayangkan wajah cantik nan imut Maria. Serta senyumannya yang begitu menggoda.Dari postur tubuh serta mimik mukanya yang mempesona, seakan membawa aura positif bagi pemuda dua puluh tahun tersebut."Banyak. Salah satunya adalah auranya yang positif," jawab James bersungguh-sungg
Cinta sangat identik dengan perasaan, kasih sayang, suka, dan sebagainya.Semua orang pastinya juga pernah merasakan cinta. Mulai dari bayi, remaja, dan juga dewasa. Cinta tentunya ada pada masing-masing individu.Namun, cara mengungkapkan sebuah cinta juga akan berbeda-beda. Cinta tidak hanya membahas persoalan pasangan, tetapi di dalam sahabat dan keluarga juga terdapat cinta.Setiap orang memiliki perbedaan pemahaman soal cinta. Hal ini tentunya akan membuat bingung bagi orang yang tidak mengetahui arti sebenarnya dari cinta. Jadi, apa itu cinta?Bila dijabarkan secara umum, cinta tidak memiliki arti yang konkret. Cinta tidak bisa dilihat secara nyata. Namun, hanya bisa dirasakan pada setiap orang.Ya, seperti itulah hakekatnya cinta. Keberadaannya begitu misterius, tetapi sukses membuat hidup manusia hancur berantakan bagi yang sedang patah hati, karena putus cinta. Dan bahagia bagi yang sedang merasakan jatuh cinta.Seperti Maria dan Mark contohnya. Dua anak manusia itu tengah d
Hari yang ku nantikan akhirnya datang juga. "Selamat siang, Tuan Mark. Apa benar kau yang memanggilku?" Akhirnya wanita licik itu masuk dalam perangkapku. Dia datang seorang diri. "Silahkan duduk, Nona Monika. Aku memang ingin bertemu denganmu." Ya, wanita itu adalah Monika. Wanita yang selama tiga bulan terakhir ku curigai kehadirannya. Setiap kali melangkah, wanita itu pasti ada dimana-mana. Bukankah ini sesuatu yang mencurigakan? Bahkan pertemuan kami pun seolah direncanakan dengan matang. "Ada apa, Tuan Mark? Apa kau merindukanku?" Kali ini Monika tak segan menunjukkan jati dirinya. Dia membelai pundak serta dahiku. Seakan hendak menggoda. Faktanya adalah aku tidak tertarik sama sekali. "Tentu saja aku merindukanmu. Kalau tidak, untuk apa aku capek-capek memintamu datang?" Aku sungguh muak terhadap diriku sendiri. Menyentuh paha wanita selain Maria, membuatku jijik dan ingin muntah. "Benarkah? Kalau begitu tunggu apa lagi? Silahkan jamah aku." Aku sudah duga, Monika past
Tiga bulan sudah istriku menjalani tahap pemulihan. Dan hari ini akhirnya kami diizinkan kembali ke rumah.Senang rasanya bisa melangkah bersama seperti ini. Menghirup udara serta aroma khas rumah yang telah lama dirindukan.Sewaktu berada di rumah sakit, Maria kerap menanyakan rumah ini. Maklum saja, dua tahun koma tentu membuatnya melupakan banyak hal. Selalu yang diingat hanyalah peristiwa enam tahun silam.Tapi tidak masalah, yang terpenting adalah dia telah kembali padaku. Sisanya biar takdir yang urus.Aku tidak ingin hal lain mengusik ketenangan kami. Sudah cukup aku melihat air mata di pipi Maria. Sekarang waktunya dia bahagia."Sayang, berapa lama aku koma? Mengapa semuanya tampak sama? Bukankah kau bilang, bahwa aku koma selama dua tahun? Tapi kau dan aku masih terlihat sama."Entah apa maksud dari pertanyaan ini. Maria duduk di depan cermin rias miliknya. Sedangkan aku meletakkan tas milik istriku itu."Apa menurutmu ada yang berbeda dari rumah ini? Atau cermin itu yang ber
Aku masih menunggu hasil pemeriksaan Maria. Tiba-tiba sosok wanita asing datang menghampiriku."Tuan Mark? Ah, benar itu Anda. Tadinya aku ragu untuk menyapa, takut salah orang. Tapi rupanya benar-benar Anda," ucap wanita yang nyaris membuatku lupa siapa dia."Ah ya, Nona...""Monika."Bahkan aku melupakan namanya saking tidak pentingnya dia. Entah wanita ini datang dari sudut mana, tiba-tiba berdiri di depanku dengan senyuman yang menurutku mencari perhatian."Ah, benar. Monika," gumamku acuh.Tuhan, Kau bisa tahu betapa aku tidak menyukai interaksi ini. Aku sungguh canggung dan merasa aneh."Mark, dia..."Leo menghampiri kami dengan tatapan penuh tanyanya."Bukan siapa-siapa. Hanya seseorang yang tak sengaja bertemu. Aku nyaris menabraknya sewaktu menjemput Leo tadi siang. Entah mengapa kami selalu bertemu dimana-mana," jelasku bernada sedikit kesal.Entah mengapa, semenjak Maria siuman. Aku lebih sensitif terhadap wanita lain... Maksduku adalah aku tidak suka ada perempuan lain di
Mark Pov.Setelah sekian lama menyaksikan istriku terbaring koma tak berdaya di rumah sakit yang ku bangun sendiri, kini akhirnya ia kembali pulih.Mungkin Tuhan telah bosan mendengar doa serta keluhanku. Atau mungkin Maria sakit hati setelah aku mengancamnya menikah lagi.Sungguh, aku tersenyum gemas ketika mengingat hari itu. Andai bukan di rumah sakit. Andai kondisinya telah membaik seperti dulu. Maka aku akan menciumnya secara bertubi-tubi. Lalu mengajaknya bercinta sepanjang hari.Maria, istriku itu sangat suka menggoda ketika usianya beranjak lebih dewasa. Bukan tanpa usaha, dia semakin bijaksana dan berwibawa.Sampai detik ini, aku masih belum percaya, bahwa Tuhan akhirnya mengabulkan segala hajat yang ku panjatkan.Pun Joe, Putra kami satu-satunya. Anak itu tak pernah berhenti mendoakan Ibunya yang sekarat. Walau sempat kecewa serta nyaris putus asa karena Maria tak kunjung sadar juga. Akan tetapi, Joe berhasil melalui itu semua.Harus aku akui, Anak itu sungguh luar biasa ber
Hari itu Mark dan Joe tengah merayakan ulang tahun Maria yang ketiga puluh satu. Walau wanita itu masih setia dengan tidur panjangnya.Selang infus dan oksigen menjadi saksi bisu mereka merayakan hari kelahiran Ibu satu Anak tersebut. Seolah hendak mengatakan kepada dunia, bahwa meski dalam situasi dan kondisi apapun, mereka tetap setia menanti kehadiran Maria di tengah-tengahnya.Walau entah kapan waktu itu akan segera datang. Yang pasti baik Mark maupun Joe, keduanya kompak tidak ingin putus asa."Happy birthday to you... Happy birthday too you... Happy birthday to you... Happy birthday... Happy birthday to you..."Mark dan Joe menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada Maria."Maaf, aku terlambat... Belum dimulaikan acara tiup lilinnya? Maaf, tadi aku mampir di butik teman untuk membeli gaun ini sebagai hadiah. Nanti kalau Mommy dari cucuku yang tampan ini sembuh, bisa langsung dikenakan."Sementara Mely datang terlambat, karena masih harus mencari hadiah ulang tahun untuk menantu
Entah dengan jurus doa apa lagi harus Mark dan Joe panjatkan kepada Tuhan agar Maria segera sadar dari komanya.Telah berbagai macam cara dilakukan. Akan tetapi, hasilnya masih tetap sama. Sampai akhirnya memasuki tahun kedua."Mark, apa kau tidak berencana untuk menikah lagi? Maaf sebelumnya, bukan aku tidak menghormati istrimu. Akan tetapi, bila melihat situasi dan kondisinya saat ini. Sangat sulit untuk selamat. Sebaiknya kau mengambil keputusan cepat. Apa kau tidak memikirkan Putramu? Dia juga menginginkan sosok Ibu," ucap Wilyam."Terimakasih atas nasehatmu, Bro. Aku tahu kau peduli padaku, tapi maaf. Aku tidak bisa. Berbicara mengenai Putraku, tentu saja aku memikirkan masa depannya. Namun, bukankah sangat egois bila aku meminta restunya untuk menikah lagi demi memberi Ibu baru? Sementara Ibu kandungnya masih terbaring tak berdaya di rumah sakit... Maaf, aku tidak bisa," jawab Mark, menolak tegas usulan Wilyam."Baiklah, aku tidak keberatan. Aku hanya ingin menyampaikan gagasank
Waktu terus berputar. Akhirnya hubungan antara Mark dan Ibunya kembali membaik. Keduanya telah berdamai dengan keadaan yang selama bertahun-tahun mencekik mereka.Pun Joe, Bocah itu sangat bahagia sekaligus antusias menyambut hubungan barunya bersama Sang Nenek.Namun sayangnya, kebahagiaan itu tak dapat disaksikan oleh Maria yang belum juga sadar dari komanya.Sudah berbagai macam cara telah Mark lakukan demi kesembuhan wanita itu. Bahkan Mark rela membawa Dokter terkenal asal Amerika, Singapoor, Jerman, Turkey, dan Rusia. Akan tetapi, hasilnya masih tetap sama. Maria seolah enggan untuk bangkit kembali.Tampaknya luka yang disebabkan oleh Casandra sangat parah sehingga menyebabkan Maria mengalami koma berkepanjangan.Luka benturan pada bagian kepawa wanita itu menjadi penyebab utama ia masih belum sadarkan diri hingga satu tahun terakhir.Berbagai macam cara dan doa dipanjatkan oleh Mark demi kesembuhan Sang istri tercinta. Namun, lagi-lagi tak ada perubahan sama sekali. Bahkan jema
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, hingga bulan berganti bulan. Akhirnya Mely memberanikan diri untuk menemui Maria di rumah sakit. Walau wanita itu masih setia dengan koma panjangnya.Selama ini Mely hanya bisa menatap dari kejauhan tiga orang kesayangannya itu sembari mengenakan kacamata hitam agar tidak dikenali orang-orang.Melalui tembok kokoh, Mely berdiri rapuh menatap jauh cucu tercinta sembari merasa iba. Tak ada yang bisa dilakukan oleh wanita tua itu. Sebab, Mark tidak mengizinkan dirinya untuk mendekati Joe, pun Maria.Mely yang sangat hafal betul karakter Putranya itu, hanya bisa pasrah menerima kenyataan, bahwa ia telah terbuang dari anggota keluarga Mark.Sejujurnya Mark tidak sepenuhnya membenci Maly. Hanya saja Mark ingin melihat ketulusan yang luas dari hati wanita yang telah melahirkannya itu."Maria, hari ini dengan segenap rasa hormat dan penyesalan yang mendalam. Saya meminta maaf padamu, Nak. Karena aku lah kau berakhir seperti ini. Aku terlalu mencinta
Hidup itu tidak seindah berada dalam negeri dongeng, yang ketika sedang mendambakan sesuatu. Maka tinggal minta kepada Ibu peri.Hidup itu tidak sesimple pemikiran membalikkan telapak tangan. Hidup itu tidak semudah memetik bunga di taman.Melainkan hidup itu butuh perjuangan yang besar. Jika ingin hasil maksimal, maka lakukan yang terbaik dalam hidup ini.Tuhan telah memberi berkah-Nya kepada setiap manusia. Akan tetapi, bila seluruh pintu syukur ditutup, maka dunia dan seisinya tak akan membuat kita kenyang.Jangan pernah memandang kenikmatan orang lain hanya untuk membandingkan dengan diri sendiri, agar hati tetap damai dan tak ada kesukaran.Rejeki tidak selalu tentang materi. Melainkan persahabatan, keluarga, serta pendidikan adalah nikmat tiada tara.Akan tetapi, tidak segelintir orang yang berpikir sebaliknya. Masih banyak penghuni bumi ini yang tak pandai bersukur dan lebih memilih mengejar ambisi. Padahal yang diberi sudah lebih dari cukup.Seperti yang telah dialami oleh Cas