Hari itu merupakan hari yang membahagiakan bagi Casandra. Sebab, berhasil mengakrabkan diri kepada Mark. Sehingga kepercayaan pria tersebut pelan-pelan mulai kembali padanya.Memang tidak sepenuhnya percaya, tetapi setidaknya ada peluang untuk memenangkan hati lelaki itu.Mereka pun menemui wartawan sewaan Casandra. Dan membereskan segala kericuhan sekaligus menghapus cuitan tangan orang itu di media cetak.Mereka membuat kesepakatan dan mengakhirinya dengan tebusan tak sedikit.Sejujurnya Mark merupakan pihak yang dirugikan dalam hal ini, karena harus menggelontorkan uang untuk membayar wartawan tersebut.Sedangkan nama baiknya tercemar. Rumah tangga menjadi taruhannya. Padahal seharusnya dia lah yang menuntut wartawan gadungan tersebut.Dalam kesepakatan itu pula, wartawan berjenis kelamin laki-laki itu berjanji tak akan memuat berita palsu lagi terkait Mark dan Casandra, pun Maria.Bila ia melanggar, maka nasib pria tersebut akan berakhir tragis."Syukurlah masalah ini terselesaika
Waktu terus berlalu. Hingga tak terasa usia pernikahan Mark dan Maria telah memasuki enam bulan.Hubungan bersama Casandra pun kian membaik. Maria dan wanita itu semakin akrab.Pun Mark yang telah berbesar hati memaafkan segala kesalahan Casandra di masa lalu.Kini mereka membuka lembaran baru dengan kehidupan masing-masing.Namun, obsesi Casandra akan mantan kekasihnya itu masih terpatri di dalam hati. Tak ada yang berubah dari keinginannya.Casandra tetap memimpikan sosok Mark untuk dijadikan pendamping hidup.Itulah sebabnya ia rela menjadi wanita bermuka dua di depan Maria dan Mark. Sembari menunggu waktu yang tepat untuk membidik sasaran."Besok produk baru kita akan segera diluncurkan. Semua persiapan telah matang. Investor, jumlah produksi, dana, serta sarana dan prasarana sudah teratasi dengan baik. Namun, ada satu kendala yang bisa berefek besar pada peluncuran produk kita," papar Leo kepada Mark saat mempresentasekan hasil kerjanya."Apa itu? Bukankah baru saja kau katakan,
Leo tidak menemukan solusi ketika menyambangi perusahaan tempat Monica meniti karir. Wanita itu seolah hilang ditelan bumi.Anehnya, para agensi tidak ada yang tahu persis dimana keberadaan Monica. Dua hari lalu wanita itu hanya menitip pesan, bahwa sebulan kedepan ia akan menemui kerabatnya di Jerman.Kini Leo hanya bisa pasrah menerima keputusan Mark serta para Investor lain yang menghendaki Casandra sebagai brand ambassador mereka."Casandra, lihatlah. Kita berhasil mendapat kontrak kerja dari perusahaan Mark selama dua tahun kedepan. Artinya kau berpeluang besar untuk merebutnya kembali." Richard menghampri Casandra yang baru saja melakukan fotoshot di studio miliknya."Aku tahu," jawab wanita itu datar sembari tersenyum penuh maksud."Kau sudah tahu? Tunggu dulu, jangan-jangan kau..." Richard menatap penuh selidik wanita siluman rubah itu."Aku jauh lebih cerdas dari orang-orang itu. Aku sudah tahu, bahwa hal ini pasti akan terjadi." Casandra menggampangkan situasi Mark. Dengan m
Matahari siang menjadi saksi bisu panasnya percintaan antara Maria dan Mark. Keduanya bermandikan peluh di badan.Selimut putih menutupi tubuh insan tersebut. Berhadapan saling pandang-pandangan sembari melempar senyuman penuh cinta.Tatapan kasih sayang memenuhi hati keduanya. Seakan dunia hanya milik mereka. Ah... betapa syahdunya bercinta hingga petang.Tangan kecil nan mungil Maria menyeka dahi Mark. Lalu turun kebagian pipi berbulu lebat."Apa kau begitu menyukai cambang panjang?" tanya Maria seraya menarik pelan bulu rambut di wajah Mark."Mengapa? Apa kau merasa risi ketika bercumbu denganku?" balas Mark, sengaja menggoda istrinya."Aku hanya merasa ada sesuatu yang tajam menusuk kulit," sahut Maria masih mengusap cambang tersebut."Bukankah kau menikmatinya? Yang di bawah justru lebih leb..."Sontak Maria menutup mulut Mark ketika pria itu hendak berkata sensual padanya. Wajah wanita itu pun memerah karena merasa malu.Mark melepas tangan Maria. Lantas mendekatkan diri memeluk
Seminggu belakangan, Mark dan Casandra terus terlibat interaksi aktif. Dimana mereka sedang melaksanakan pemotretan bersama setiap hari untuk keperluan produk dan promosi.Karena penjualan serta permintaan pasar yang kian meningkat, maka Mark memperluas jaringan serta menambah jumlah produk. Dari yang hanya tujuh puluh persen pemasaran, menjadi seratus persen. Jumlah yang fantastis bukan? Sempurnah.Tak tanggung-tanggung, hasil dari penjualan produk tersebut mencapai ribuan dolar perminggunya.Belum lagi kemunculan Investor baru yang tiba-tiba menanam saham ke produk tersebut karena melihat sistem pemasaran yang produktif hingga meraup keuntungan tak sedikit.Semua modal yang digelontorkan Mark telah kembali hanya dalam hitungan menit. Sungguh luar biasa pencapaian Mark kali ini."Semua tak lari dari peran dan kerja keras serta dukungan Nona Casandra. Karena dialah produk kita laku terjual di pasaran. Belum lagi setiap hari kita mengalami peningkatan permintaan. Aku nyaris kewalahan m
Hari ini merupakan hari yang cukup menyakitkan bagi Maria. Dimana ia harus menyaksikan suaminya bersenda gurau mengingat masa lalu bersama sang mantan kekasih.Canda tawa menggelegar menghiasai tiap sudut ruangan. Tanpa mereka sadari ada hati yang tersakiti.Ya, Maria merasa sakit hati pada suaminya. Sebab, ia merasa terabaikan. Namun, apalah daya. Maria tak dapat mengubah masa lalu suaminya itu."Maria beritahu suamimu ini, agar lebih ikhlas menerima kekalahan. Hahaha." Entah apa yang sedang dibahas Casandra, tetapi hal itu sukses mencubit hati Maria."Iya, nanti aku beri tahu." Maria pun memaksakan senyuman untuk sekedar membalas ucapan Casandra."Enak saja, saat itu aku tidak kalah taruhan. Melainkan Joe yang curang. Apa iya aku harus memakai lipstik sebagai hukuman? Enak saja. Mau ditaruh di mana harga diriku?" balas Mark."Benar kata orang, bahwa Mark dan Casandra terlihat sangat serasi. Mereka lebih pantas menjadi pasangan suami istri. Sedangkan aku? Aku hanyalah seseorang yang
Tidak ada sesuatu yang kebetulan. Melainkan telah dirancang oleh Tuhan. Terkadang manusia menganggap suatu peristiwa adalah bagian dari kemustahilan. Namun, bagi Tuhan tak ada yang tidak mungkin di dunia ini bila Dia sudah berkehendak.Seperti yang terjadi hari ini. Dimana Maria dan Leo harus berakhir di ranjang pengantin Mark. Sehingga menyebabkan kekacauan yang tak terelakan.Sebagai suami, tentu saja Mark marah sekaligus terluka ketika menyaksikan istrinya berbaring di sisi pria lain."Biadab!"Bug! Bug!Tanpa berkata-kata lagi, Mark menarik Leo dari pembaringan. Lantas melayangkan pukulan keras di wajahnya hingga menyisakan memar pada bagian sudut bibir.Leo yang kesadarannya masih belum stabil, merasa terkejut luar biasa. Sebab, masih tak tahu alasan mengapa Mark memukulnya."Mark, apa yang terjadi? Mengapa kau memukulku?" tanya Leo dengan polosnya. Sementara Maria masih belum sadarkan diri."Kau masih bertanya ada apa? Apa kau tidak bisa melihat dirimu sendiri? Kau benar-benar m
Hari itu Maria dan Leo akhirnya keluar dari kediaman megah Mark. Mereka tidak membawa apapun, kecuali pakaian di badan.Terutama Maria, seluruh harta benda yang diberi Mark sewaktu dulu, tak satupun ia bawa pergi. Hanya cinta serta kesetiaan yang masih berdiri kokoh di dalam hati.Sayangnya perasaan itu tak ada yang tahu, kecuali Leo dan Maria sendiri.Seluruh pelayan yang menyaksikan kepergian Maria, merasa terpukul sekaligus sedih. Betapa tidak, selama menjadi Nyonya di rumah itu, tak sekalipun Maria meninggikan suara kepada mereka. Sebaliknya, Maria justru mengakrabkan diri kepada orang-orang itu tanpa batas. Maria merangkul para pelayan selayaknya keluarga sendiri. Maria sangat paham, karena ia berasal dari kalangan yang sama dengan para pelayan itu. Tak ayal ia pun bisa merasakan apa dirasa oleh mereka.Kini Maria berjalan seorang diri. Menyusuri jalan raya yang basah, karena hujan mendadak turun. Seolah alam pun turut sedih menyaksikan nasib malang wanita tersebut.Maria menang
Hari yang ku nantikan akhirnya datang juga. "Selamat siang, Tuan Mark. Apa benar kau yang memanggilku?" Akhirnya wanita licik itu masuk dalam perangkapku. Dia datang seorang diri. "Silahkan duduk, Nona Monika. Aku memang ingin bertemu denganmu." Ya, wanita itu adalah Monika. Wanita yang selama tiga bulan terakhir ku curigai kehadirannya. Setiap kali melangkah, wanita itu pasti ada dimana-mana. Bukankah ini sesuatu yang mencurigakan? Bahkan pertemuan kami pun seolah direncanakan dengan matang. "Ada apa, Tuan Mark? Apa kau merindukanku?" Kali ini Monika tak segan menunjukkan jati dirinya. Dia membelai pundak serta dahiku. Seakan hendak menggoda. Faktanya adalah aku tidak tertarik sama sekali. "Tentu saja aku merindukanmu. Kalau tidak, untuk apa aku capek-capek memintamu datang?" Aku sungguh muak terhadap diriku sendiri. Menyentuh paha wanita selain Maria, membuatku jijik dan ingin muntah. "Benarkah? Kalau begitu tunggu apa lagi? Silahkan jamah aku." Aku sudah duga, Monika past
Tiga bulan sudah istriku menjalani tahap pemulihan. Dan hari ini akhirnya kami diizinkan kembali ke rumah.Senang rasanya bisa melangkah bersama seperti ini. Menghirup udara serta aroma khas rumah yang telah lama dirindukan.Sewaktu berada di rumah sakit, Maria kerap menanyakan rumah ini. Maklum saja, dua tahun koma tentu membuatnya melupakan banyak hal. Selalu yang diingat hanyalah peristiwa enam tahun silam.Tapi tidak masalah, yang terpenting adalah dia telah kembali padaku. Sisanya biar takdir yang urus.Aku tidak ingin hal lain mengusik ketenangan kami. Sudah cukup aku melihat air mata di pipi Maria. Sekarang waktunya dia bahagia."Sayang, berapa lama aku koma? Mengapa semuanya tampak sama? Bukankah kau bilang, bahwa aku koma selama dua tahun? Tapi kau dan aku masih terlihat sama."Entah apa maksud dari pertanyaan ini. Maria duduk di depan cermin rias miliknya. Sedangkan aku meletakkan tas milik istriku itu."Apa menurutmu ada yang berbeda dari rumah ini? Atau cermin itu yang ber
Aku masih menunggu hasil pemeriksaan Maria. Tiba-tiba sosok wanita asing datang menghampiriku."Tuan Mark? Ah, benar itu Anda. Tadinya aku ragu untuk menyapa, takut salah orang. Tapi rupanya benar-benar Anda," ucap wanita yang nyaris membuatku lupa siapa dia."Ah ya, Nona...""Monika."Bahkan aku melupakan namanya saking tidak pentingnya dia. Entah wanita ini datang dari sudut mana, tiba-tiba berdiri di depanku dengan senyuman yang menurutku mencari perhatian."Ah, benar. Monika," gumamku acuh.Tuhan, Kau bisa tahu betapa aku tidak menyukai interaksi ini. Aku sungguh canggung dan merasa aneh."Mark, dia..."Leo menghampiri kami dengan tatapan penuh tanyanya."Bukan siapa-siapa. Hanya seseorang yang tak sengaja bertemu. Aku nyaris menabraknya sewaktu menjemput Leo tadi siang. Entah mengapa kami selalu bertemu dimana-mana," jelasku bernada sedikit kesal.Entah mengapa, semenjak Maria siuman. Aku lebih sensitif terhadap wanita lain... Maksduku adalah aku tidak suka ada perempuan lain di
Mark Pov.Setelah sekian lama menyaksikan istriku terbaring koma tak berdaya di rumah sakit yang ku bangun sendiri, kini akhirnya ia kembali pulih.Mungkin Tuhan telah bosan mendengar doa serta keluhanku. Atau mungkin Maria sakit hati setelah aku mengancamnya menikah lagi.Sungguh, aku tersenyum gemas ketika mengingat hari itu. Andai bukan di rumah sakit. Andai kondisinya telah membaik seperti dulu. Maka aku akan menciumnya secara bertubi-tubi. Lalu mengajaknya bercinta sepanjang hari.Maria, istriku itu sangat suka menggoda ketika usianya beranjak lebih dewasa. Bukan tanpa usaha, dia semakin bijaksana dan berwibawa.Sampai detik ini, aku masih belum percaya, bahwa Tuhan akhirnya mengabulkan segala hajat yang ku panjatkan.Pun Joe, Putra kami satu-satunya. Anak itu tak pernah berhenti mendoakan Ibunya yang sekarat. Walau sempat kecewa serta nyaris putus asa karena Maria tak kunjung sadar juga. Akan tetapi, Joe berhasil melalui itu semua.Harus aku akui, Anak itu sungguh luar biasa ber
Hari itu Mark dan Joe tengah merayakan ulang tahun Maria yang ketiga puluh satu. Walau wanita itu masih setia dengan tidur panjangnya.Selang infus dan oksigen menjadi saksi bisu mereka merayakan hari kelahiran Ibu satu Anak tersebut. Seolah hendak mengatakan kepada dunia, bahwa meski dalam situasi dan kondisi apapun, mereka tetap setia menanti kehadiran Maria di tengah-tengahnya.Walau entah kapan waktu itu akan segera datang. Yang pasti baik Mark maupun Joe, keduanya kompak tidak ingin putus asa."Happy birthday to you... Happy birthday too you... Happy birthday to you... Happy birthday... Happy birthday to you..."Mark dan Joe menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada Maria."Maaf, aku terlambat... Belum dimulaikan acara tiup lilinnya? Maaf, tadi aku mampir di butik teman untuk membeli gaun ini sebagai hadiah. Nanti kalau Mommy dari cucuku yang tampan ini sembuh, bisa langsung dikenakan."Sementara Mely datang terlambat, karena masih harus mencari hadiah ulang tahun untuk menantu
Entah dengan jurus doa apa lagi harus Mark dan Joe panjatkan kepada Tuhan agar Maria segera sadar dari komanya.Telah berbagai macam cara dilakukan. Akan tetapi, hasilnya masih tetap sama. Sampai akhirnya memasuki tahun kedua."Mark, apa kau tidak berencana untuk menikah lagi? Maaf sebelumnya, bukan aku tidak menghormati istrimu. Akan tetapi, bila melihat situasi dan kondisinya saat ini. Sangat sulit untuk selamat. Sebaiknya kau mengambil keputusan cepat. Apa kau tidak memikirkan Putramu? Dia juga menginginkan sosok Ibu," ucap Wilyam."Terimakasih atas nasehatmu, Bro. Aku tahu kau peduli padaku, tapi maaf. Aku tidak bisa. Berbicara mengenai Putraku, tentu saja aku memikirkan masa depannya. Namun, bukankah sangat egois bila aku meminta restunya untuk menikah lagi demi memberi Ibu baru? Sementara Ibu kandungnya masih terbaring tak berdaya di rumah sakit... Maaf, aku tidak bisa," jawab Mark, menolak tegas usulan Wilyam."Baiklah, aku tidak keberatan. Aku hanya ingin menyampaikan gagasank
Waktu terus berputar. Akhirnya hubungan antara Mark dan Ibunya kembali membaik. Keduanya telah berdamai dengan keadaan yang selama bertahun-tahun mencekik mereka.Pun Joe, Bocah itu sangat bahagia sekaligus antusias menyambut hubungan barunya bersama Sang Nenek.Namun sayangnya, kebahagiaan itu tak dapat disaksikan oleh Maria yang belum juga sadar dari komanya.Sudah berbagai macam cara telah Mark lakukan demi kesembuhan wanita itu. Bahkan Mark rela membawa Dokter terkenal asal Amerika, Singapoor, Jerman, Turkey, dan Rusia. Akan tetapi, hasilnya masih tetap sama. Maria seolah enggan untuk bangkit kembali.Tampaknya luka yang disebabkan oleh Casandra sangat parah sehingga menyebabkan Maria mengalami koma berkepanjangan.Luka benturan pada bagian kepawa wanita itu menjadi penyebab utama ia masih belum sadarkan diri hingga satu tahun terakhir.Berbagai macam cara dan doa dipanjatkan oleh Mark demi kesembuhan Sang istri tercinta. Namun, lagi-lagi tak ada perubahan sama sekali. Bahkan jema
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, hingga bulan berganti bulan. Akhirnya Mely memberanikan diri untuk menemui Maria di rumah sakit. Walau wanita itu masih setia dengan koma panjangnya.Selama ini Mely hanya bisa menatap dari kejauhan tiga orang kesayangannya itu sembari mengenakan kacamata hitam agar tidak dikenali orang-orang.Melalui tembok kokoh, Mely berdiri rapuh menatap jauh cucu tercinta sembari merasa iba. Tak ada yang bisa dilakukan oleh wanita tua itu. Sebab, Mark tidak mengizinkan dirinya untuk mendekati Joe, pun Maria.Mely yang sangat hafal betul karakter Putranya itu, hanya bisa pasrah menerima kenyataan, bahwa ia telah terbuang dari anggota keluarga Mark.Sejujurnya Mark tidak sepenuhnya membenci Maly. Hanya saja Mark ingin melihat ketulusan yang luas dari hati wanita yang telah melahirkannya itu."Maria, hari ini dengan segenap rasa hormat dan penyesalan yang mendalam. Saya meminta maaf padamu, Nak. Karena aku lah kau berakhir seperti ini. Aku terlalu mencinta
Hidup itu tidak seindah berada dalam negeri dongeng, yang ketika sedang mendambakan sesuatu. Maka tinggal minta kepada Ibu peri.Hidup itu tidak sesimple pemikiran membalikkan telapak tangan. Hidup itu tidak semudah memetik bunga di taman.Melainkan hidup itu butuh perjuangan yang besar. Jika ingin hasil maksimal, maka lakukan yang terbaik dalam hidup ini.Tuhan telah memberi berkah-Nya kepada setiap manusia. Akan tetapi, bila seluruh pintu syukur ditutup, maka dunia dan seisinya tak akan membuat kita kenyang.Jangan pernah memandang kenikmatan orang lain hanya untuk membandingkan dengan diri sendiri, agar hati tetap damai dan tak ada kesukaran.Rejeki tidak selalu tentang materi. Melainkan persahabatan, keluarga, serta pendidikan adalah nikmat tiada tara.Akan tetapi, tidak segelintir orang yang berpikir sebaliknya. Masih banyak penghuni bumi ini yang tak pandai bersukur dan lebih memilih mengejar ambisi. Padahal yang diberi sudah lebih dari cukup.Seperti yang telah dialami oleh Cas