Waktu terus berlalu. Hingga tak terasa usia pernikahan Mark dan Maria telah memasuki enam bulan.Hubungan bersama Casandra pun kian membaik. Maria dan wanita itu semakin akrab.Pun Mark yang telah berbesar hati memaafkan segala kesalahan Casandra di masa lalu.Kini mereka membuka lembaran baru dengan kehidupan masing-masing.Namun, obsesi Casandra akan mantan kekasihnya itu masih terpatri di dalam hati. Tak ada yang berubah dari keinginannya.Casandra tetap memimpikan sosok Mark untuk dijadikan pendamping hidup.Itulah sebabnya ia rela menjadi wanita bermuka dua di depan Maria dan Mark. Sembari menunggu waktu yang tepat untuk membidik sasaran."Besok produk baru kita akan segera diluncurkan. Semua persiapan telah matang. Investor, jumlah produksi, dana, serta sarana dan prasarana sudah teratasi dengan baik. Namun, ada satu kendala yang bisa berefek besar pada peluncuran produk kita," papar Leo kepada Mark saat mempresentasekan hasil kerjanya."Apa itu? Bukankah baru saja kau katakan,
Leo tidak menemukan solusi ketika menyambangi perusahaan tempat Monica meniti karir. Wanita itu seolah hilang ditelan bumi.Anehnya, para agensi tidak ada yang tahu persis dimana keberadaan Monica. Dua hari lalu wanita itu hanya menitip pesan, bahwa sebulan kedepan ia akan menemui kerabatnya di Jerman.Kini Leo hanya bisa pasrah menerima keputusan Mark serta para Investor lain yang menghendaki Casandra sebagai brand ambassador mereka."Casandra, lihatlah. Kita berhasil mendapat kontrak kerja dari perusahaan Mark selama dua tahun kedepan. Artinya kau berpeluang besar untuk merebutnya kembali." Richard menghampri Casandra yang baru saja melakukan fotoshot di studio miliknya."Aku tahu," jawab wanita itu datar sembari tersenyum penuh maksud."Kau sudah tahu? Tunggu dulu, jangan-jangan kau..." Richard menatap penuh selidik wanita siluman rubah itu."Aku jauh lebih cerdas dari orang-orang itu. Aku sudah tahu, bahwa hal ini pasti akan terjadi." Casandra menggampangkan situasi Mark. Dengan m
Matahari siang menjadi saksi bisu panasnya percintaan antara Maria dan Mark. Keduanya bermandikan peluh di badan.Selimut putih menutupi tubuh insan tersebut. Berhadapan saling pandang-pandangan sembari melempar senyuman penuh cinta.Tatapan kasih sayang memenuhi hati keduanya. Seakan dunia hanya milik mereka. Ah... betapa syahdunya bercinta hingga petang.Tangan kecil nan mungil Maria menyeka dahi Mark. Lalu turun kebagian pipi berbulu lebat."Apa kau begitu menyukai cambang panjang?" tanya Maria seraya menarik pelan bulu rambut di wajah Mark."Mengapa? Apa kau merasa risi ketika bercumbu denganku?" balas Mark, sengaja menggoda istrinya."Aku hanya merasa ada sesuatu yang tajam menusuk kulit," sahut Maria masih mengusap cambang tersebut."Bukankah kau menikmatinya? Yang di bawah justru lebih leb..."Sontak Maria menutup mulut Mark ketika pria itu hendak berkata sensual padanya. Wajah wanita itu pun memerah karena merasa malu.Mark melepas tangan Maria. Lantas mendekatkan diri memeluk
Seminggu belakangan, Mark dan Casandra terus terlibat interaksi aktif. Dimana mereka sedang melaksanakan pemotretan bersama setiap hari untuk keperluan produk dan promosi.Karena penjualan serta permintaan pasar yang kian meningkat, maka Mark memperluas jaringan serta menambah jumlah produk. Dari yang hanya tujuh puluh persen pemasaran, menjadi seratus persen. Jumlah yang fantastis bukan? Sempurnah.Tak tanggung-tanggung, hasil dari penjualan produk tersebut mencapai ribuan dolar perminggunya.Belum lagi kemunculan Investor baru yang tiba-tiba menanam saham ke produk tersebut karena melihat sistem pemasaran yang produktif hingga meraup keuntungan tak sedikit.Semua modal yang digelontorkan Mark telah kembali hanya dalam hitungan menit. Sungguh luar biasa pencapaian Mark kali ini."Semua tak lari dari peran dan kerja keras serta dukungan Nona Casandra. Karena dialah produk kita laku terjual di pasaran. Belum lagi setiap hari kita mengalami peningkatan permintaan. Aku nyaris kewalahan m
Hari ini merupakan hari yang cukup menyakitkan bagi Maria. Dimana ia harus menyaksikan suaminya bersenda gurau mengingat masa lalu bersama sang mantan kekasih.Canda tawa menggelegar menghiasai tiap sudut ruangan. Tanpa mereka sadari ada hati yang tersakiti.Ya, Maria merasa sakit hati pada suaminya. Sebab, ia merasa terabaikan. Namun, apalah daya. Maria tak dapat mengubah masa lalu suaminya itu."Maria beritahu suamimu ini, agar lebih ikhlas menerima kekalahan. Hahaha." Entah apa yang sedang dibahas Casandra, tetapi hal itu sukses mencubit hati Maria."Iya, nanti aku beri tahu." Maria pun memaksakan senyuman untuk sekedar membalas ucapan Casandra."Enak saja, saat itu aku tidak kalah taruhan. Melainkan Joe yang curang. Apa iya aku harus memakai lipstik sebagai hukuman? Enak saja. Mau ditaruh di mana harga diriku?" balas Mark."Benar kata orang, bahwa Mark dan Casandra terlihat sangat serasi. Mereka lebih pantas menjadi pasangan suami istri. Sedangkan aku? Aku hanyalah seseorang yang
Tidak ada sesuatu yang kebetulan. Melainkan telah dirancang oleh Tuhan. Terkadang manusia menganggap suatu peristiwa adalah bagian dari kemustahilan. Namun, bagi Tuhan tak ada yang tidak mungkin di dunia ini bila Dia sudah berkehendak.Seperti yang terjadi hari ini. Dimana Maria dan Leo harus berakhir di ranjang pengantin Mark. Sehingga menyebabkan kekacauan yang tak terelakan.Sebagai suami, tentu saja Mark marah sekaligus terluka ketika menyaksikan istrinya berbaring di sisi pria lain."Biadab!"Bug! Bug!Tanpa berkata-kata lagi, Mark menarik Leo dari pembaringan. Lantas melayangkan pukulan keras di wajahnya hingga menyisakan memar pada bagian sudut bibir.Leo yang kesadarannya masih belum stabil, merasa terkejut luar biasa. Sebab, masih tak tahu alasan mengapa Mark memukulnya."Mark, apa yang terjadi? Mengapa kau memukulku?" tanya Leo dengan polosnya. Sementara Maria masih belum sadarkan diri."Kau masih bertanya ada apa? Apa kau tidak bisa melihat dirimu sendiri? Kau benar-benar m
Hari itu Maria dan Leo akhirnya keluar dari kediaman megah Mark. Mereka tidak membawa apapun, kecuali pakaian di badan.Terutama Maria, seluruh harta benda yang diberi Mark sewaktu dulu, tak satupun ia bawa pergi. Hanya cinta serta kesetiaan yang masih berdiri kokoh di dalam hati.Sayangnya perasaan itu tak ada yang tahu, kecuali Leo dan Maria sendiri.Seluruh pelayan yang menyaksikan kepergian Maria, merasa terpukul sekaligus sedih. Betapa tidak, selama menjadi Nyonya di rumah itu, tak sekalipun Maria meninggikan suara kepada mereka. Sebaliknya, Maria justru mengakrabkan diri kepada orang-orang itu tanpa batas. Maria merangkul para pelayan selayaknya keluarga sendiri. Maria sangat paham, karena ia berasal dari kalangan yang sama dengan para pelayan itu. Tak ayal ia pun bisa merasakan apa dirasa oleh mereka.Kini Maria berjalan seorang diri. Menyusuri jalan raya yang basah, karena hujan mendadak turun. Seolah alam pun turut sedih menyaksikan nasib malang wanita tersebut.Maria menang
Malam itu Leo menemui Mark di kediamannya setelah berpikir matang. Mark harus tahu fakta, bahwa ia akan segera menjadi seorang Ayah.Dengan begitu Maria akan kembali ke pelukan Mark. Dan mereka pun akan membesarkan anak itu secara bersama-sama.Membayangkan itu, Leo pun tersenyum girang. Akhirnya, setelah semua yang terjadi hari itu, Tuhan masih menyisahkan sedikit harapan untuk rumah tangga sahabatnya itu."Mark... Mark..." Leo berteriak memanggil nama Mark. Namun, rumah itu terlihat gelap gulita bagai tak berpenghuni.Bahkan suara para pelayan yang biasanya ramai, bagai ditelan bumi. Entah kemana semua perginya orang-orang itu."Mark..." Sekali lagi Leo memanggil Mark sembari mencari-cari saklar lampu."Mark!" Dan akhirnya ketemu.Namun, Leo harus dikejutkan dengan kondisi rumah yang berantakan bagai kapal pecah. Akan tetapi, yang tak kalah menarik dari semua itu adalah kondisi Mark yang sungguh memprihatinkan.Dimana pria itu tengah duduk di kursi mini bar rumahnya sembari meneguk