“Dia memang tampan dan kaya, tapi dia pemaksa. Selalu saja memaksakan kehendakannya demi keuntungan sendiri. Ish!” Amira memutuskan meninggalkan Erzhan, tetapi pria itu tidak membiarkannya pergi hingga tangan kanan Amira digenggamnya dengan lembut.“Jangan pulang sendiri. Aku akan mengatarmu.” Suara lembutnya selaras dengan tatapannya.“Tidak usah ...,” tolak Amira seiring membuang udara malas karena jika mereka kembali bersama mungkin Erzhan akan melanjutkan pembahasan tadi.“Aku tidak mau kamu sendirian. Aku akan mengantarmu sampai gedung.” Masih tatapan lembut Erzhan walau tatapan mata Amira berlainan, gadis itu hanya menatap lawan bicaranya dengan datar.Namun, akhirnya Erzhan kembali membawa Amira. Saat ini tidak ada pembahasan apapun hingga suasana sangat hening. Gadis ini barusaja melontarkan kata saat meminta berhenti di apotek, “Aku turun di sini. Ada obat yang harus aku beli.”Erzhan segera memokuskan perhatiannya. “Obat apa? Memangnya kamu kenapa? Aku bisa antar kamu ke dok
Hujan masih sangat lebat membuat Amira tidak dapat kemanapun selain tetap duduk di jok yang bersebelahan dengan Erzhan. “Kapan hujannya berhenti? Lapar ....” Perutnya diusap. Saat mengeluh, suaranya berhasil menarik Erzhan ke dunia nyata. Pria itu segera memutar kepalanya ke arah Amira.“Kamu sudah bangun ....” Salah satu matanya dikucek sekejap karena terlalu malu, kemudian mulai memposisikan duduknya. “Ternyata masih hujan. Lama sekali,” kekeh hangatnya padahal udara sedang sangat dingin.“Aku akan menerebos,” celetuk Amira.“Jangan, Sayang!” Erzhan segera melarang, “nanti kamu sakit. Kehujanan bisa membuat demam atau masuk angin, atau ingusan. Kamu mau potret kamu ada ingusnya,” kelakar si pria saat Amira sedang di mode serius, tetapi goyonannya berhasil membuat si gadis tertawa kecil.“Aku tidak mau fotoku jekek,” kekeh kegeliannya.“Makannya, tunggu saja sampai hujannya selesai.” Erzhan merasa puas karena kelakarnya ditanggapi Amira.“Tapi aku lapar ....” Perut Amira kembali dius
‘Erlangga belum memberikan transferan.’‘Sampai kapan ya aku hidup seperti ini? Lagian ... bagaimana caraku menikahi pria lain, apakah ada pria yang mau menikah denganku yang sudah tidak perawan? Atau ... zaman kan sudah modern, mungkin pilihan terakhirnya aku melakukan operasi supaya menjadi perawan lagi.’Kalimat sensitif Tasya sudah menyebar lewat jaringan internet. Maka satu gedung geger, hanya saja untuk orang-orang dewasa kalimat-kalimat itu tidak terlalu ditanggapi. Untuk apa, toh tidak ada gambar wajah atau apapun yang berhubungan dengan seseorang yang ada di sini walaupun nama Erlangga disebut.Namun jelas berbeda untuk para trainee, terutama geng pembully yang jumlahnya cukup banyak karena pembullyan bukan terjadi pada Amira saja yang menjadi trainee di bidang model, tetapi di bidang lainnya. Maka, bisa dikatakan pembullyan yang dialami Amira menjadi anugerah untuk korban lainnya, berkat Amira keamanan gedung diperketat sehingga semua orang tidak bisa bergerak dengan leluasa
Tasya tersenyum hambar dengan sedikit berkeringat dingin. “Biarkan saja orang seperti mereka, Kak.”“Kakak harap identitas perempuan itu segera terungkap karena orang-orang di sini segera mengaitkannya dengan Kakak karena perempuan itu menyebutkan nama Erlangga. Padahal ada banyak Erlangga di dunia ini. Ish!” Amira masih melanjutkan komat-kamitnya.Tasya semakin tersenyum hambar dan grogi. “Iya, Kak ....”Amira sudah menyelesaikan kegiatannya hari ini, kini dia merebahkan tubuhnya yang cukup lelah karena walaupun terdengar sederhana hanya latihan pemotretan tetapi kegiatan itu sama melelahkannya.Sementara, Tasya sedang menyeka keringat dingin yang terus membanjiri dahinya. ‘Sampai sekarang Erlangga belum memberikan kabar. Dia sudah mengurusnya atau belum! Kalau dibiarkan bisa-bisa orang-orang tahu kalau itu suaraku. Kamu juga kan yang kena batunya.’ Cemas menerjang secara brutal hingga Tasya tidak dapat memejamkan matanya.Saat tengah malam, diam-diam Erlangga mengirimkan chat pada k
Amira sudah bernapas lega, gadis ini bisa melangkah tanpa dibayang-bayangi oleh pergunjingan para pembully. “Syukurlah, namaku sudah bersih.” Senyuman mengembang.Namun, Tasya yang berjalan di sebelahnya tidak dapat menunjukan ekspresi yang sama dengan Amira. ‘Kakak sudah berhasil lolos dari tuduhan, otomatis Erlangga juga tidak akan dituduh apapun. Tapi bagaimana dengan aku? Suaraku bisa dikenali kapan saja. Seharusnya Erlangga juga melakukan sesuatu agar aku terbebas dari kecurigaan. Kalau mereka sampai tahu jika suara yang tersebar adalah suaraku, bukankah posisinya juga berbahaya. Aku menyebutkan nama Erlangga dengan sangat jelas. Kenapa dia tidak berpikiran kesana?’Tasya sedang diserang kekhawatiran bercampur kesal dan rasa tidak puas pada Erlangga karena seolah pria itu hanya menyelamatkan dirinya sendiri. Saat ini chat segera meluncur pada kekasih gelapnya. [Bagaimana dengan aku? Kenapa kamu mengabaikanku!]Erlangga memberikan jawaban dengan cepat. [Untuk sekarang tahan dulu s
Beberapa lama kemudian, Alisha muncul dengan balutan elegan tetapi aura kecantikannya tetap memancar hingga seakan menyilaukan siapapun yang melihat termasuk Cakrawala. ‘Menantu pilihanku.’ Hatinya nyeletuk tanpa sengaja karena dalam benaknya, Alisha tetap calon menantu sempurna walaupun saat ini dirinya memberikan kesempatan pada Erzhan untuk melanjutkan hubungan dengan Amira.Barusaja Alisha menampakan wajahnya di ruangan ini, sambutan untuknya seakan bergemuruh. Para pria lajang dengan karier cemerlang mengajaknya bersalaman dengan formal sekalian mengajak wanita itu duduk di samping mereka saat para pria ini berebut Alisha dengan cara sportif.Saat ini Alisha menolak semua ajakan para pria itu dengan elegan dan anggun. “Aku sudah berjanji dengan seorang rekan. Jadi aku akan duduk bersamanya. Mungkin lain kali, kita akan bertemu lagi dan duduk di meja yang sama.” Senyuman manis ditambahkan saat menebar kalimat ini pada semua pria yang mendekatinya silih berganti.Dari kejauhan, Erz
‘Aku masih mendengar kemiripan jika itu adalah suara Amira. Ataupun jika kalian tidak mendengar kemiripannya, itu karena pengaruh mixnya. Dengarkan saja berkali-kali.’Amira barusaja menemukan komentar dari akun tidak dikenal. “Astaga ... masih saja ada orang yang berusaha menyudutkanku, padahal semua sudah jelas. Bukti apalagi yang harus aku buat!” kesalnya, tetapi tidak diambil pusing toh ada banyak komentar yang justru menyudutkan si pemilik akun.Saat ini Tasya barusaja menghampiri kakaknya, seperti yang dikatakan Erlangga, dia tidak bisa banyak bicara. Maka, Tasya hanya melewati Amira begitu saja hingga kakaknya yang menyapa, “Bagaimana kabar kamu sekarang, sudah baikan?”Tasya mengangguk. “Lumayan, Kak.” Bagaimanapun juga suaranya harus tetap diperdengarkan, tetapi sebisa mungkin harus dimaximalkan.“Syukurlah.” Senyuman lega Amira, kemudian membahas video terbaru yang menyebar di sosial media. “Lihatlah akun ini, dia masih menyudutkan Kakak. Tapi Kakak tidak tahu siapa dia, sep
Hal tidak terduga terjadi karena saat ini Cindy hendak menuju ruangan suaminya, wanita ini sudah berdiri di hadapan satpam. “Saya Cindy, saya ingin bertemu Erlangga-suami saya.” Senyuman indah ditambahkan.Namun, satpam mengerutkan dahinya. “Erlangga yang mana ya maksud Nyonya?” Erlangga yang dikenalnya adalah seorang lajang. Begitulah pengakuan Erlangga pada semua orang di dalam gedung.“Pak Erlangga, penanggung jawab gedung ini,” jelas Cindy yang masih memasang senyuman indah. Saat ini satpam masih terpaku, mencoba menilai situasi serta mencoba menduga-duga.‘Apa pak Erlangga menikah diam-dian ya?’ Pemikiran positif ditanamkan.“Tunggu sebentar, Nyonya. Saya harus memastikan keberadaan pak Erlangga terlebih dahulu karena tidak setiap saat beliau ada di gedung ini,” tutur satpam yang tidak dapat percaya begitu saja. Apalagi pada wanita yang mengaku sebagai istirnya Erlangga karena bisa saja wanita ini adalah kawanan Alisha yang akan mengganggu salah satu trainee yaitu Amira. Walaupun
Beberapa hari berlalu, Tasya masih tinggal bersama Cakrawala tetapi dia juga rajin menemui ibunya hingga komunikasi tidak pernah terputus. Hari ini gadis cantik yang semakin bersinar meluncurkan sebuah album, album pertamanya yang akhirnya dapat dinikmati oleh banyak orang. Senyuman merekah hingga menambah aura cantik di wajah Tasya. “Selamat.” Erlangga mengulurkan tangannya seiring memberikan senyuman teduh. Saat ini Tasya tidak memiliki alasan menolak Erlangga karena mereka sedang berada di antara para staf. “Terimakasih.” Dengan berat hati tangannya menjabat tangan kanan Erlangga. “Setelah ini jadwal kamu akan semakin padat. Apa kamu siap?” Masih teduh Erlangga. Raut wajahnya ini adalah raut wajah yang biasa digunakannya saat memiliki hubungan spesial dengan Tasya. “Ya. Saya juga akan berusaha.” Senyuman kecil Tasya yang dibentuk dengan terpaksa. Erlangga melepaskan jabatan tangannya dengan Tasya, tetapi rupanya pria itu meninggalkan secarik kerta yang sengaja diberikannya pad
Maria menemui Amira dengan fashionnya yang anggun dan ayu. “Ami sudah siap dari tadi ..., maaf ya jadi menunggu Mama,” kekeh hangatnya.“Tidak kok, Ami baru turun.” Pun, Amira menunjukan senyuman hangat untuk mertuanya. Jadi, keduanya segera menuju kediaman sanak saudara terdekat yaitu yang hanya berjarak sekitar sepuluh rumah, tetapi Maria memilih menggunakan mobil hingga menantunya dibuat sangat tabu.‘Kalau Ami sih saat menemui teman satu daerah tinggal jalan saja. Kehidupan keluarga Erzhan emang beda sekali sama Ami.’ Udara ditiup dari mulutnya.“Nanti Ami bisa kumpul sama keponakannya Erzhan, ada kok yang usianya hampir sejajar sama Ami,” tutur lembut Maria.“Iya, Ma. Tapi yang mana ya? Saat pernikahan Ami melihat keponakan Erzhan cukup banyak.”Maria terkekeh kegelian dengan singkat. “Mama tahu kok Ami pasti bingung. Memang iya, keponakan Erzhan ada banyak, makannya Mama mengajak Ami ke rumah sanak saudara agar Ami mengenal keluarga kami perlahan.”“Iya, Ma.” Senyuman bahagia Am
Amira kembali ke kediaman mertuanya. Maria segera menyambut hangat nan lembut, “Kamu dari mana saja, Sayang ....” Belaian ditambahkan selayaknya seorang ibu yang merindukan anaknya.“Ami barusaja bertemu Tasya, Ma.” Senyuman santun nan hangat Amira. Namun, ternyata kalimatnya ini membuat perubahan ekspresi pada wajah Maria.“Kenapa harus menemui Tasya, memangnya adik kamu tidak sibuk?” Senyuman hangat Maria berkurang banyak.“Sibuk sih, cuma Tasya menyempatkan waktu untuk menemui Ami,” kekeh hangat Amira tanpa mengatakan pembahasan mereka.Maria mendesah kecil, kemudian berkata lembut walau isi kalimatnya sensitif, “Kalian memang adik dan kakak, tapi kalian berbeda ibu. Maaf ya, bukan maksud Mama membatasi hubungan kalian apalagi ingin memutus hubungan kalian, tapi lebih baik jaga jarak sedikit ....”Amira tersenyum kecil. “Mama Fatma memang pernah jahat sama Ami, tapi Tasya tidak begitu kok Ma, Tasya anak yang baik, Tasya juga sering membela Ami.” Kalimat ini diungkapkan dengan maksu
Hari ini Tasya mengunjungi Amira untuk menceritakan perintah Fatma kemarin. "Kak, mama menyuruh Tasya tinggal bersama papa selama beberapa hari. Mama bilang tunggu kabar dari papa karena papa harus meminta izin pada mamanya Erzhan.""Kamu mau?" tanya Amira untuk mencari tahu isi hati Tasya."Tasya tidak mau ..., Tasya tidak mau tinggal sama mama tiri!" tegasnya walaupun selama ini posisi Amira adalah posisi yang tidak diinginkannya sekarang."Iya sih, lagian kisah hidup kamu beda sama kisah hidup Kakak. Mungkin Kakak masih baik-baik saja karena kisah hidup Kakak masih terbilang lumrah, maka mama bisa menerimanya, sedangkan kamu ...." Amira tidak lantas melanjutkan karena asal-usul kelahiran Tasya bukan untuk dibahas secara panjang lebar. Namun, Tasya tidak keberatan dengan kalimat yang dilontarkan Amira. "Tasya mengerti, Kak. Itu juga yang Tasya pikirkan.""Lebih baik tidak usah sih. Kakak takut mamanya Erzhan memperlakukan kamu tidak baik," ceplos Amira yang sudah merasakan bagaiman
Amira baru saja menemukan Maria saat mencari mertuanya di dapur. “Ami sudah memakainya, tapi sepertinya Mama lebih cocok,” kekehnya saat merendah.“Kamu juga cocok memakainya, kamu sangat cantik,” pujian tulus Maria. Kemudian mengajak menantunya ke ruang keluarga, tempat Cakrawala bersantai.Saat ini senyuman Cakrawala segera mengarah pada Maria. “Mama dari mana saja? Papa menunggu Mama sejak tadi.” Ini bukan hanya senyuman pormalitas karena berkat Amira akhirnya Cakrawala menemukan kembali masalalu indahnya dengan Maria.“Mama di dapur membantu bibi,” jawab lembut Maria yang juga bukan sekedar pormalitas karena dirinya merasa puas saat hati dan pikiran suaminya kembali padanya.Saat ini Amira mengerti situasi karena dirinya juga sudah memiliki pasangan. “Eu-Ami mau menemani Erzhan, kasihan Erzhan sedang bekerja sendiri di kamar, mungkin Erzhan butuh air apapun itu,” pamitnya menggunakan alasan untuk memberikan waktu berdua pada Cakrawala dan Maria yang tampak kembali harmonis.“Iya,
Fatma berjalan cepat meninggalkan gedung entertaint karena terlalu cemas air matanya akan menetes. Tanpa diketahui oleh Erzhan dan Tasya jika wanita ini mendengar semua percakapan mereka walaupun tanpa sengaja. Niatnya adalah mengunjungi Tasya untuk memastikan putrinya tetap aman, tetapi pendengarannya harus disuguhi oleh hal di luar dugaan yang berhasil menyayat hatinya. “Jadi selama ini Tasya mengetahui hal-hal yang aku sembunyikan.” Suaranya terkecik karena rasa sakit, dadanya dipegangi kemudian dengan cepat mengunci diri di dalam rumah.“Sengaja mama menyembunyikannya karena belum saatnya kamu tahu, Sayang ...,” lirih Fatma yang terjatuh ke atas lantai. Cakrawala dihubungi, Fatma menyimpan nomor AB Gruf bukan nomor pria itu. “Saya ingin bicara dengan tuan Cakrawala, sambungkan telepon pada tuan Cakrawala,” ucapnya tidak berbasa-basi.“Maaf Nyonya, saat ini tuan Cakrawala sedang tidak dapat diganggu.”“Saya istrinya. Sambungkan saja!” tegas Fatma yang menambahkan wibawa dalam suara
Hari ini tepat hari ketiga setelah pernikahan, Erzhan sudah kembali memulai aktivitasnya setelah mengambil cuti dari perusahaan, tetapi hal pertama yang dilakukannya saat menginjak AB Gruf adalah mengancam Cakrawala, ayahnya sendiri, “Jika Papa masih berhubungan baik dengan Fatma, jangan harap Papa akan melihat Erzhan dan mama lagi. Kami akan pergi.” Pembawaannya sangat santai.“Apa maksud pembicaraan kamu ini, Nak?” heran Cakrawala karena ternyata bukan hanya Maria, tetapi Erzhan mulai tidak menghormatinya sebagai seorang ayah padahal biasanya putranya sangat patuh dan tidak banyak bicara.“Erzhan tidak ingin punya ibu tiri dan mama tidak ingin dimadu. Erzhan yakin Papa mengerti itu.” Lagi, pembawaannya masih sangat santai.“Jangan membicarakan hal di luar bisnis. Ini perusahaan, bukan tempat bergossip.” Cakrawala berusaha menunjukan wibawa serta kedudukannya dalam keluarga maupun dalam gedung ini karena tidak ingin kehilangan martabat di depan anak dan istrinya.Namun, rupanya kalim
Fatma sedang bersantai di dalam kediamannya. “Aku harus segera mendekatkan Tasya dengan mas Cakra karena Tasya juga ahli waris, Tasya berhak mendapatkan saham AB Gruf!” Niat jahatnya meletup-letup, tetapi Fatma terlalu bingung untuk menyampaikan hal ini pada putrinya, “Tasya sedang memulai kariernya, aku tidak boleh memberikan berita mengejutkan, tapi sampai kapan aku akan menunda?”Sifat serakahnya mengatakan Tasya harus segera mendapatkan harta milik Cakrawala karena Tasya juga darah daging pria itu, tetapi hati nuraninya tidak ingin mengganggu putrinya dengan kabar mengejutkan karena pasti berpengaruh pada kariernya yang barusaja dirintis.“Aku masih harus bersabar sedikit lagi, tapi aku juga tidak bisa hanya diam menunggu. Maria sangat berbahaya, dia bisa membatalkan hak Tasya untuk mendapatkan harta Cakrawala, aku harus mengawasinya sekalian mencegah hal itu terjadi!”Hari kembali berganti, pukul sembilan pagi Erzhan dan Amira sudah didandani selayaknya pengantin daerah. Resepsi
Amira terpaku dengan wajah datar saat isi kepalanya kebingungan, maka selama beberapa saat tidak ada kalimat apapun yang keluar dari mulutnya hingga akhirnya sebuah pertanyaan diutarakan, “Memangnya kamu mau melakukannya sekarang, apa tidak mau menunggu besok?”“Astaga.” Erzhan menepuk dahinya, kemudian menerangkan, berdiri dengan gagah walaupun hanya menggunakan kemeja berdasi, “semua pria akan menjawab iya!”“Oh,” sahut datar Amira seiring mengangguk kecil hingga membuat dahi Erzhan berkerut.“Jadi bagaimana, kamu sudah mengerti kan?” Erzhan masih tidak yakin jika Amira menangkap maksud perkataannya.Amira meninggalkan duduk manisnya, berdiri di hadapan Erzhan dengan jarak pemisah sekitar dua meter. “Ya sudah.” Pun, kalimat ini dikatakan sangat datar.Erzhan memandangi Amira, mencoba mencari kebenaran dalam diri si gadis, apakah sifat polosnya masih mendominasi atau tidak. “Kamu yakin? Jika melakukannya malam ini maka kamu harus membuka semua pakaian di depanku. Terbaring pasrah di