Share

Bab 94

Hujan masih sangat lebat membuat Amira tidak dapat kemanapun selain tetap duduk di jok yang bersebelahan dengan Erzhan. “Kapan hujannya berhenti? Lapar ....” Perutnya diusap. Saat mengeluh, suaranya berhasil menarik Erzhan ke dunia nyata. Pria itu segera memutar kepalanya ke arah Amira.

“Kamu sudah bangun ....” Salah satu matanya dikucek sekejap karena terlalu malu, kemudian mulai memposisikan duduknya. “Ternyata masih hujan. Lama sekali,” kekeh hangatnya padahal udara sedang sangat dingin.

“Aku akan menerebos,” celetuk Amira.

“Jangan, Sayang!” Erzhan segera melarang, “nanti kamu sakit. Kehujanan bisa membuat demam atau masuk angin, atau ingusan. Kamu mau potret kamu ada ingusnya,” kelakar si pria saat Amira sedang di mode serius, tetapi goyonannya berhasil membuat si gadis tertawa kecil.

“Aku tidak mau fotoku jekek,” kekeh kegeliannya.

“Makannya, tunggu saja sampai hujannya selesai.” Erzhan merasa puas karena kelakarnya ditanggapi Amira.

“Tapi aku lapar ....” Perut Amira kembali dius
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status