Share

GELORA RANJANG PANAS MANTAN SUAMI
GELORA RANJANG PANAS MANTAN SUAMI
Penulis: Lee Lizbet 88

BAB 1. Sudahi Saja Semuanya.

“Pergilah dari tempat ini, Jessica. Aku, sudah muak, dengan segala ulah dan tingkah lakumu yang selalu tidak jelas!”

“Selama ini, aku sudah cukup bersabar membiarkanmu menumpang di bawah atap rumahku! Tapi, hari ini cukup sudah!” desis Juan Myer menatap jengah pada istrinya.

Tubuh Jesicca menggigil, seluruh gaun pesta yang melekat pada tubuhnya tidak lagi berwarna putih. Semua sudah ternoda dengan campuran es buah yang sengaja disiram oleh kakak iparnya sendiri.

Jesicca malu, ia sangat malu saat melayangkan pandang ke seluruh tamu pesta yang sedang berbisik dan mencibir dirinya. “Ma-maafkan aku, Juan,” lirih Jessica, ia masih ingin menjelaskan pada Juan.

Kalau bukan dirinya yang bersalah, bukan dirinya yang membuat tumpukan sampange itu jatuh dan menimpa, wakil komisaris perusahaan.

“Tapi, bukan aku yang sudah-“

“DIAM! DIAM, Jessica! Sebelum kesabaranku habis, angkat kaki dari sini dan pulang! Aku tidak akan membiarkanmu mengacaukan pesta pengangkatanku sebagai CEO baru di Perusahaan ini. Pulang aku bilang!” usir Juan pada istrinya sendiri.

“Da-dalam keadaan seperti ini, kau menyuruhku pulang sendiri? Aku bahkan tidak memakai jaket, pakaianku terlalu terbuka, Juan,” bisik Jessica dengan suara yang sesenggukan menahan rasa sakit hati.

“Siapa yang menyuruhmu memakai pakaian minim bahan itu, hem?! Itu resikomu, pergilah sebelum aku suruh para penjaga untuk menyeretmu dari tempat ini!” Juan mencengkeran lengan Jessica sangat keras.

Telapak tangan pria tampan ini membuat Jessica kesakitan tapi ia hanya bisa menatap Juan dengan tatapan kecewa dan rasa sakit yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Pakaian yang dipakainya adalah pakaian milik kakak ipar.

Dirinya sudah menolak, tapi sayang. Bujuk rayu sang kakak ipar membuatnya percaya kalau Juan akan jatuh hati padanya, jika ia berpenampilan seksi dan glamour. “Bukan aku, kakakmu yang memintaku memakai pakaian ini,” lirih Jessica membuat Juan terpingkal.

“Kau gila?! Kakakku dididik dengan ajaran sopan santun yang sangat kolot! Lihatlah, dia saja berpenampilan tertutup. Bagaimana mungkin dia akan membiarkan adik iparnya berpenampilan seperti seorang jalang! Pulanglah, Jessica.”

“Jangan membuat aku muak dan justru akan mengusirmu dari rumahku.” Juan tampak lelah menghadapi banyak tatapan iba padanya.

Bisik-bisik beberapa pegawai dan teman-teman Jessica, justru membuat hati wanita cantik bertubuh kecil dengan tinggi semampai ini semakin teriris. Mereka memandang iba Juan Myer, suaminya dan menatap jijik pada wanita yang dianggap telah mencoreng nama baik sang CEO baru.

Dengan pakaian yang sangat terbuka, Jessicca melangkah tertatih dari ruangan pesta tersebut. Bukan dirinya yang membuat gelas-gelas itu yang berserakkan. Ia hanya berjalan dan kakinya dijegal oleh kakak iparnya.

Bukan hanya itu, saat dirinya jatuh, mertuanya justru sengaja menjatuhkan mangkuk besar yang berisikan es buah menimpa tubuhnya. Bukan sakit akibat tertimpa mangkuk kaca itu yang membuatnya terisak.

Tapi, rasa malu dan sebutan sebagai seorang jalang, membuat Jessica tidak habis pikir. Kenapa dunia bisa begitu kejam padanya. Dia tidak dibesarkan dengan kekerasan seperti yang selama ini dia alami, entah kenapa keluarga suaminya sangat membencinya.

Walau sudah berusaha menjadi istri yang baik dan menantu serta ipar yang baik, tak lantas semua itu menyentuh nurani Juan dan keluarganya. Tidak berbuat kesalahan pun, bagi mereka semuanya salah. Jessica takut harus pulang seorang diri menggunakan taksi.

Akhirnya ia berjalan menuju ke halte bis dan menghubungi seseorang untuk menjemputnya. “Tolong, jemput aku dan antarkan aku ke rumah suamiku,” titahnya pada seseorang.

Untuk pertama kali setelah sebulan menikah dengan Juan Myer, Jessica meminta tolong. Tampak sebuah mobil BMW berwarna silver menjemputnya. Seorang pria bahkan membukakannya pintu dan mempersilahkannya masuk.

Tanpa Jessica ketahui, apa yang barus terjadi semua disaksikan oleh Juan yang hendak menyusul Jessica. Kedua tangannya mengepal kuat dan mulutnya kembali berdesis serta mengeluarkan sebuah umpatan tak layak.

“Dasar, Jalang!” desis Juan yang langsung berbalik menuju kembali ke hall pesta pada gedung Perusahaan The Mhyron Capital.

Sebuah Perusahaan raksasa, yang memiliki cabang utama hampir di seluruh dunia. Karir Juan melesat pesat dan starta sosialnya saat ini bukan lagi dipandang sebagai orang kaya biasa. Tapi, ia lebih dikenal sebagai seorang CEO yang tidak main-main kalau sudah bekerja.

Juan pun kembali ke pesta tersebut dan mendatangi ibu juga kakaknya. Walau ia sangat membenci Jessica tapi ada sedikit rasa khawatir di hati kecilnya.

“Kunci rumah, di mana kakak meletakkannya?” tanya Juan.

“Di tempat biasa. Sudah nikmati saja pestamu ini. Jangan membuat mama kecewa dengan raut wajahmu itu. Kau tidak usah mengkhawatirkan pembawa sial itu, lihat banyak sekali orang penting di sini. Fokus saja di acaramu ini.” Juan pun menghela nafas dan menuruti saran kakaknya.

Tepat pukul dua belas malam, Juan dan keluarganya pun bergegas pulang. Saat mobilnya masuk ke pekarangan rumahnya, dilihatnya Jessica sedang duduk di depan teras depan rumahnya dengan kedua lutut yang dipeluknya.

Kakaknya sudah melihat tatapan khawatir di mata Juan. “Kau bantu mama untuk turun, istri sialanmu itu hanya mencari perhatian saja. Biarkan aku yang mengatasinya!” desis kakaknya Juan.

“Tapi, Kak-“ ucapan Juan terpotong saat kakaknya lebih dulu keluar dan menghampiri Jessica.

Ia masih sempat melempar kunci rumah di atas pot bunga tempat mereka biasanya menyembunyikan kunci rumah untuk siapapun yang akan pulang lebih dulu ke rumahnya.

“Buat apa kau di sini? Kenapa tidak masuk? Mau cari perhatian sama adikku?!” bentak kakak iparnya Jessica.

Wajah Jessica yang pucat dan kedinginan pun perlahan terangkat. “Ku-kuncinya tidak ada di pot, Kak,” jawab Jessica dengan suara parau. Bahkan sangat parau di telinganya sendiri.

Juan yang mendengar perkataan Jessica segera memeriksa pot bunga yang dimaksud. Ia merogoh di bagian tengah bunga tersebut dan mendapatkan kunci yang baru saja dilempar oleh kakaknya.

“Ini kuncinya ada, Jessica,” ucap Juan sambil mengangkat kunci tersebut dan memperlihatkannya pada sang istri yang langsung menangis.

“Ta-tadi tidak ada di sana. Aku sudah mencari ke seluruh pot bunga, tapi kuncinya tidak ada, Juan,” tangisnya.

“Kau mau menuduh kalau aku berbohong?! Aku yang terakhir mengunci rumah dan meletakkannya sendiri di sana. Kalau Juan saja bisa menemukannya, lantas kenapa kau tidak bisa menemukannya!” bentak kakak iparnya.

Juan semakin menatap muak wajah wanita yang tampak sembab dan sesekali menangis menarik ingusnya. “Masuklah!” titah Juan.

Wajah ipar dan mertuanya menyeringai puas, saat melihat Juan menarik kasar lengan Jessica dengan kasar. Ia banting pintu kamarnya dan menguncinya serta menghempaskan tubuh Jessica ke atas ranjang.

“Aku, tidak lagi bisa bertahan dengan pernikahan ini, Jessica! Segera tanda tangani surat cerai ini, kita sudahi saja semuanya!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status