Home / Romansa / GADIS YANG TERNODAI / Kehilangan Harta Paling Berharga

Share

GADIS YANG TERNODAI
GADIS YANG TERNODAI
Author: Nova Irene Saputra

Kehilangan Harta Paling Berharga

last update Last Updated: 2025-02-13 22:21:51

🏵️🏵️🏵️

“Jangan sentuh aku! Pergi dari hadapanku!”

“Tolong kontrol dirimu, Sayang. Dia orang baik yang akan membantumu.”

“Dara nggak mau, Bunda. Dara takut. Selamatkan Dara dari tangan kotornya. Kalau Bunda nggak mau bantu, Dara akan kembali melakukan hal yang sama, menyayat pergelangan tangan Dara. Bunda tahu sendiri, kan, kalau Dara selalu memegang silet ini untuk melindungi diri dari mereka yang ingin menyakiti Dara.”

“Bunda mohon, Sayang, jangan lakukan itu lagi. Bunda nggak kuat melihat kamu tersiksa seperti ini.”

“Usir dia, Bunda. Dara nggak mau lihat wajahnya. Dia sama saja dengan laki-laki jahat yang telah menyiksa dan menghancurkan masa depan Dara.”

“Bukan, Sayang. Dia tidak sama dengan laki-laki yang menyakitimu, dia orang baik. Dia seorang dokter.”

“Dara benci laki-laki! Dara tidak mau melihatnya ada di sini!”

“Dia Dokter Revan, Sayang.”

“Dara nggak peduli! Usir dia, Bunda!”

Ayah dan Bunda membawaku ke ruangan yang serba putih ini. Mereka mengaku supaya aku mendapatkan pelayanan terbaik atas apa yang telah menimpa hidupku.

Masih sangat jelas dalam ingatanku kejadian dua minggu yang lalu. Saat itu, laki-laki yang telah kupercaya, dengan tega menghancurkan impian dan masa depanku. Dia telah merenggut sesuatu yang amat berharga dalam hidupku. Dia Bimo, kekasihku.

🏵️🏵️🏵️

Tiga bulan lamanya, aku dan Bimo menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Dia mengutarakan perasaannya kepadaku saat kami berada di taman kampus.

“Setelah mengenalmu dalam beberapa bulan ini, aku memiliki perasaan lebih untukmu. Dara, maukah kamu menjadi orang yang sangat penting dalam hidupku?” Aku sangat terharu mendengar pengakuannya kala itu.

Aku menyadari perhatian dan rasa peduli yang dia tunjukkan dalam beberapa bulan sejak kami kenal. Dia sangat lembut memperlakukanku. Dia juga selalu ada untukku. 

Oleh karena aku juga memiliki perasaan yang sama dengannya, akhirnya tanpa menunggu lebih lama lagi, aku pun menerima cintanya.

“Iya, Bim ... aku mau,” jawabku malu-malu.

Tingkah Bimo seperti anak kecil saat aku menerima perasaannya. Dia mengangkat tubuhku sambil berputar-putar.

“Bimo, turunin aku! Gimana kalau yang lain lihat?” pintaku kepadai. Akhirnya, dia menurunkanku.

“Maaf, Ra.”

“Iya.”

“Makasih karena kamu membalas perasaanku. Ternyata kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku. Mulai sekarang, kamu kekasihku.” Dia mendekatkan wajahnya dan tampak ingin menciumku.

Tanpa pikir panjang, aku langsung menolaknya. “Maaf, Bim. Jangan!” Aku mendorongnya pelan.

“Kita udah pacaran. Bukannya wajar kalau aku menciummu?” Aku tidak menyangka kalau dia mengeluarkan kata-kata itu.

“Tapi aku nggak suka dan nggak mau, Bimo. Pacaran itu tidak harus melakukan sentuhan fisik.” Aku memberikan penjelasan dan pengertian kepadanya.

“Okeh, kalau itu yang terbaik, aku nggak akan menyentuhmu.” Akhirnya, dia pun mengerti.

🏵️🏵️🏵️

Semenjak aku dan Bimo menjalin hubungan, sudah beberapa kali dia mencoba menyentuhku. Namun pada akhirnya, dia meminta maaf lagi dan lagi.

Aku bingung dengan sikapnya. Dia selalu mengaku sangat mencintaiku. Namun, kenapa tingkahnya tidak menunjukkan rasa cinta itu?

Hampir setiap bertemu dan berbicara berdua, dia sering ingin mencoba menyentuhku, tetapi aku selalu berhasil menolak dan menghindar.

Sebulan setelah kami menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, Bimo kembali melakukan kesalahan. Saat malam Minggu kala itu, dia membawaku ke tempat yang sangat romantis menurutku, suasananya sangat hening dengan diiringi alunan lagu syahdu.

Di tempat itu, Bimo memegang pipiku lalu tangannya turun memegang kedua lenganku. Dia berusaha kembali menciumku, tetapi aku mendorong tubuhnya.

“Jangan, Bim!”

“Apa salahnya, sih, Ra? Kita udah pacaran sebulan, sedikit pun kamu belum pernah memberikan sesuatu yang berkesan padaku.”

“Aku udah bilang sebelumnya, cinta itu tidak harus dibuktikan dengan sentuhan fisik.”

“Hanya sebatas ciuman aja, kamu nggak bisa memberikan itu padaku sebagai pacar, juga laki-laki yang kamu cintai?”

“Aku tetap nggak bisa, Bim!”

“Ya, udah, terserah kamu aja.” Bimo tampak sangat kecewa malam itu. Akhirnya, dia mengajakku pulang.

Aku tidak tahu harus berbuat apa dan tidak mampu untuk berpaling karena aku sudah telanjur mencintainya. Harapanku kala itu hanya satu, semoga dia mengerti dengan jalan pikiranku.

🏵️🏵️🏵️

Pada bulan ketiga hubungan kami, Bimo kembali mengajakku ke suatu tempat. Ternyata dia membawaku ke vila milik keluarganya.

Dia menjelaskan bahwa dirinya ingin memberikan kejutan kepadaku. Aku dengan polosnya langsung memenuhi permintaannya.

Setelah tiba di vila, hatiku mulai gundah dan bercampur takut. Aku tidak tahu apa sebenarnya tujuan Bimo membawaku ke tempat itu. Aku berusaha bersikap biasa dan tidak ingin menunjukkan kegundahan yang ada.

“Masuk, yuk.” Dia mengajakku memasuki salah satu kamar di vila itu.

“Kenapa harus masuk kamar, Bim?” tanyaku heran.

“Ngobrol di dalam lebih enak.” Dia memberikan alasan.

“Tapi kita nggak harus ngobrol di kamar yang sama, Bim. Di luar lebih enak sambil menikmati pemandangan.”

“Nggak apa-apa, dong. Kamu, kan, pacarku. Udah, masuk aja.” Dia meraih tanganku dan membawaku memasuki kamar. Aku sangat terkejut karena dia menutup pintu lalu menguncinya.

“Kenapa pintunya dikunci, Bim?" tanyaku dengan perasaan tidak menentu.

“Ini saat yang kutunggu-tunggu, Dara.”

“Apa maksud kamu, Bim? Jangan mendekat!” Dia makin melangkah ke arahku.

“Tiga bulan kita pacaran, tapi belum pernah sekali pun aku mendapatkan ciuman darimu. Kamu memintaku untuk tetap diam. Terus terang aku nggak sanggup, Ra. Saat ini aku akan memberikan kenikmatan itu padamu. Kita akan terbang jauh bersama mencapai indahnya surga dunia.” Dia menarik tanganku.

“Jangan, Bim, aku mohon! Jangan lakukan ini. Aku mencintaimu.”

“Cinta tidak cukup hanya di mulut, harus ada bukti. Hari ini kita akan membuktikan cinta itu, yang kita lakukan hari ini adalah sebuah pembuktian cinta.”

“Jangan, Bim!” Dia memaksa merebahkan tubuhku ke tempat tidur.

Dia mulai melepaskan apa yang melekat pada tubuhku. Aku tetap berusaha meronta, tetapi apalah arti tenagaku dibanding tenaganya yang jauh lebih besar.

Dia telah berhasil merenggut sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku, sesuatu yang sepantasnya aku berikan kepada suami tercinta kelak. Noktah merah segar itu membuat hatiku makin hancur hingga aku merasa tidak berguna lagi.

“Mulai sekarang, lupakan aku! Anggap kita tidak pernah saling kenal. Terima kasih atas sesuatu yang kamu berikan padaku.” Aku tidak pernah menyangka akan mendengar kata-kata itu keluar dari mulutnya.

“Kamu jahat, Bimo! Kenapa kamu tega melakukan semua ini padaku?” Aku menangis sejadi-jadinya.

Dia hanya terdiam dan tidak menggubrisku sama sekali. Dia dengan kejam dan tega memilih pergi meninggalkanku di tempat itu.

Sekarang, hidupku telah hancur dan tidak berarti karena tidak memiliki masa depan lagi. Dia yang kucintai dengan tega merenggut segalanya. Aku merasa sudah tidak pantas lagi untuk hidup. Mungkin lebih baik aku pergi meninggalkan semuanya.

==========

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • GADIS YANG TERNODAI    Trauma Bertemu Laki-Laki

    🏵️🏵️🏵️Aku hampir putus asa dan ingin mengakhiri hidup di vila tersebut. Namun, tiba-tiba bayangan Ayah dan Bunda terlintas di benakku. Bagaimana mungkin aku tega meninggalkan kedua orang tua yang sangat menyayangi dan berharap banyak kepadaku? Aku anak tunggal yang harus membahagiakan mereka.Aku segera membenahi diri lalu memakai kembali pakaian yang Bimo lepaskan dari tubuh yang telah kotor ini. Aku masih tidak kuasa menyaksikan noktah merah di kasur yang telah Bimo lakukan untuk melampiaskan hasratnya. Aku merasakan sakit pada bagian yang telah Bimo hancurkan, tetapi rasa sakit itu tidak sebanding dengan kehancuran hatiku.Aku segera keluar dari tempat itu lalu melangkah perlahan karena masih merasakan keperihan pada bagian sensitif tubuhku. Penuh dengan susah payah, akhirnya aku berhasil pergi dari kamar itu. Taksi online yang kupesan telah menunggu. Setelah aku masuk dan duduk, kendaraan roda empat tersebut akhirnya meluncur meninggalkan tempat terkutuk itu. Sungguh, aku ti

    Last Updated : 2025-02-14
  • GADIS YANG TERNODAI    Terkejut

    🏵️🏵️🏵️Aku tersadar dan melihat dokter itu berada di sampingku. Sementara Ayah dan Bunda tidak ada di ruangan untuk menemaniku. Kenapa mereka meninggalkan aku bersama laki-laki asing? Aku segera duduk lalu menjauh darinya.“Jangan takut, Dek. Saya hanya ingin membantu kamu,” ucapnya. Mungkin dia berusaha menenangkanku.“Pergi! Kamu pasti ingin menyakitiku!” teriakku dengan penuh ketakutan.“Saya sama sekali tidak ada niat untuk menyakitimu. Kamu itu pasien saya yang harus saya rawat dan obatin.”“Aku tidak sakit!” “Tapi lihat tangan kamu, banyak luka sayatan. Itu namanya sakit, Dek.”“Aku yang melakukannya!”“Kenapa kamu melukai diri sendiri?”“Karena tubuhku sudah kotor dan ternoda. Aku ingin menyakiti tubuh hina ini.” Aku tidak mampu menahan tangis.“Nggak boleh ngomong seperti itu. Kita harus bersyukur dengan semua anugerah yang Allah berikan. Kamu seharusnya bangga dengan apa yang kamu miliki. Kamu cantik, manis, juga imut, terus ... orang tua kamu bilang kalau kamu juga berpr

    Last Updated : 2025-02-15
  • GADIS YANG TERNODAI    Tiba-Tiba Dilamar

    🏵️🏵️🏵️Aku tetap tidak menghiraukan senyuman Dokter Revan, walaupun beberapa kali dia masih tersenyum kepadaku. Aku dan Bunda langsung menyusul duduk di samping Ayah.“Ini Dara anak kami, Pak, Bu.” Ayah memperkenalkanku kepada orang tua Dokter Revan.“Apa kabar, Nak Dara? Maaf tidak memberitahukan kedatangan kami sebelumnya,” balas ayahnya.“Terus terang, saya sangat terkejut melihat kehadiran keluarga Bapak di rumah kami,” lanjut Ayah. Sementara itu, Dokter Revan selalu melirik ke arahku sambil tersenyum.“Sebenarnya maksud dan tujuan kami menemui keluarga Bapak adalah ingin melamar Nak Dara menjadi menantu di rumah kami.” Aku tidak percaya dengan kata-kata yang dikeluarkan ayahnya.“Tidak! Dia pasti ingin berbuat jahat pada Dara, Bun!” tegasku sambil menunjuk ke arah Dokter Revan.“Nak Dara, dengarkan dulu penjelasan Om dan Tante,” pinta ayahnya.“Iya, Nak. Niat Kami tulus untuk meminang kamu menjadi istri Revan, anak kami.” Ibunya turut membuka suara.“Itu tidak mungkin, dia pas

    Last Updated : 2025-02-15
  • GADIS YANG TERNODAI    Malam Pertama

    🏵️🏵️🏵️Malam pertama akhirnya berlalu seperti malam-malam sebelum aku menikah dengan Dokter Revan. Aku sangat bersyukur karena dia tidak memaksaku untuk melakukan kewajiban yang harus kami lakukan di malam itu.Keesokan harinya, aku terbangun dan sangat terkejut mendapati dirinya duduk di samping tempat tidur sambil memandangi wajahku.“Kamu ngapain?” tanyaku. Aku pun segera duduk lalu menggeser posisi.“Mandangin wajah istriku yang sedang tidur,” jawabnya dengan santai.“Untuk apa?”“Untuk melepas rindu.” Dia mendekatiku“Jangan mendekat!” Aku pun bergeser.“Kenapa, Dek? Aku udah bilang nggak ada niat untuk menyakitimu, aku mohon jangan takut. Aku berjanji akan melindungi dan menjagamu, juga membantumu membuang masa kelam yang membuatmu seperti ini.” Dia meraih tanganku. Aku mencoba untuk yakin kepadanya.“Apa aku harus percaya padamu?” tanyaku penuh harap.“Belajarlah mempercayai suamimu,” ucapnya lalu mencium jemariku.“Apa tujuanmu menikahiku? Siapa kamu sebenarnya?” Aku ingin

    Last Updated : 2025-02-15

Latest chapter

  • GADIS YANG TERNODAI    Malam Pertama

    🏵️🏵️🏵️Malam pertama akhirnya berlalu seperti malam-malam sebelum aku menikah dengan Dokter Revan. Aku sangat bersyukur karena dia tidak memaksaku untuk melakukan kewajiban yang harus kami lakukan di malam itu.Keesokan harinya, aku terbangun dan sangat terkejut mendapati dirinya duduk di samping tempat tidur sambil memandangi wajahku.“Kamu ngapain?” tanyaku. Aku pun segera duduk lalu menggeser posisi.“Mandangin wajah istriku yang sedang tidur,” jawabnya dengan santai.“Untuk apa?”“Untuk melepas rindu.” Dia mendekatiku“Jangan mendekat!” Aku pun bergeser.“Kenapa, Dek? Aku udah bilang nggak ada niat untuk menyakitimu, aku mohon jangan takut. Aku berjanji akan melindungi dan menjagamu, juga membantumu membuang masa kelam yang membuatmu seperti ini.” Dia meraih tanganku. Aku mencoba untuk yakin kepadanya.“Apa aku harus percaya padamu?” tanyaku penuh harap.“Belajarlah mempercayai suamimu,” ucapnya lalu mencium jemariku.“Apa tujuanmu menikahiku? Siapa kamu sebenarnya?” Aku ingin

  • GADIS YANG TERNODAI    Tiba-Tiba Dilamar

    🏵️🏵️🏵️Aku tetap tidak menghiraukan senyuman Dokter Revan, walaupun beberapa kali dia masih tersenyum kepadaku. Aku dan Bunda langsung menyusul duduk di samping Ayah.“Ini Dara anak kami, Pak, Bu.” Ayah memperkenalkanku kepada orang tua Dokter Revan.“Apa kabar, Nak Dara? Maaf tidak memberitahukan kedatangan kami sebelumnya,” balas ayahnya.“Terus terang, saya sangat terkejut melihat kehadiran keluarga Bapak di rumah kami,” lanjut Ayah. Sementara itu, Dokter Revan selalu melirik ke arahku sambil tersenyum.“Sebenarnya maksud dan tujuan kami menemui keluarga Bapak adalah ingin melamar Nak Dara menjadi menantu di rumah kami.” Aku tidak percaya dengan kata-kata yang dikeluarkan ayahnya.“Tidak! Dia pasti ingin berbuat jahat pada Dara, Bun!” tegasku sambil menunjuk ke arah Dokter Revan.“Nak Dara, dengarkan dulu penjelasan Om dan Tante,” pinta ayahnya.“Iya, Nak. Niat Kami tulus untuk meminang kamu menjadi istri Revan, anak kami.” Ibunya turut membuka suara.“Itu tidak mungkin, dia pas

  • GADIS YANG TERNODAI    Terkejut

    🏵️🏵️🏵️Aku tersadar dan melihat dokter itu berada di sampingku. Sementara Ayah dan Bunda tidak ada di ruangan untuk menemaniku. Kenapa mereka meninggalkan aku bersama laki-laki asing? Aku segera duduk lalu menjauh darinya.“Jangan takut, Dek. Saya hanya ingin membantu kamu,” ucapnya. Mungkin dia berusaha menenangkanku.“Pergi! Kamu pasti ingin menyakitiku!” teriakku dengan penuh ketakutan.“Saya sama sekali tidak ada niat untuk menyakitimu. Kamu itu pasien saya yang harus saya rawat dan obatin.”“Aku tidak sakit!” “Tapi lihat tangan kamu, banyak luka sayatan. Itu namanya sakit, Dek.”“Aku yang melakukannya!”“Kenapa kamu melukai diri sendiri?”“Karena tubuhku sudah kotor dan ternoda. Aku ingin menyakiti tubuh hina ini.” Aku tidak mampu menahan tangis.“Nggak boleh ngomong seperti itu. Kita harus bersyukur dengan semua anugerah yang Allah berikan. Kamu seharusnya bangga dengan apa yang kamu miliki. Kamu cantik, manis, juga imut, terus ... orang tua kamu bilang kalau kamu juga berpr

  • GADIS YANG TERNODAI    Trauma Bertemu Laki-Laki

    🏵️🏵️🏵️Aku hampir putus asa dan ingin mengakhiri hidup di vila tersebut. Namun, tiba-tiba bayangan Ayah dan Bunda terlintas di benakku. Bagaimana mungkin aku tega meninggalkan kedua orang tua yang sangat menyayangi dan berharap banyak kepadaku? Aku anak tunggal yang harus membahagiakan mereka.Aku segera membenahi diri lalu memakai kembali pakaian yang Bimo lepaskan dari tubuh yang telah kotor ini. Aku masih tidak kuasa menyaksikan noktah merah di kasur yang telah Bimo lakukan untuk melampiaskan hasratnya. Aku merasakan sakit pada bagian yang telah Bimo hancurkan, tetapi rasa sakit itu tidak sebanding dengan kehancuran hatiku.Aku segera keluar dari tempat itu lalu melangkah perlahan karena masih merasakan keperihan pada bagian sensitif tubuhku. Penuh dengan susah payah, akhirnya aku berhasil pergi dari kamar itu. Taksi online yang kupesan telah menunggu. Setelah aku masuk dan duduk, kendaraan roda empat tersebut akhirnya meluncur meninggalkan tempat terkutuk itu. Sungguh, aku ti

  • GADIS YANG TERNODAI    Kehilangan Harta Paling Berharga

    🏵️🏵️🏵️“Jangan sentuh aku! Pergi dari hadapanku!”“Tolong kontrol dirimu, Sayang. Dia orang baik yang akan membantumu.”“Dara nggak mau, Bunda. Dara takut. Selamatkan Dara dari tangan kotornya. Kalau Bunda nggak mau bantu, Dara akan kembali melakukan hal yang sama, menyayat pergelangan tangan Dara. Bunda tahu sendiri, kan, kalau Dara selalu memegang silet ini untuk melindungi diri dari mereka yang ingin menyakiti Dara.”“Bunda mohon, Sayang, jangan lakukan itu lagi. Bunda nggak kuat melihat kamu tersiksa seperti ini.”“Usir dia, Bunda. Dara nggak mau lihat wajahnya. Dia sama saja dengan laki-laki jahat yang telah menyiksa dan menghancurkan masa depan Dara.”“Bukan, Sayang. Dia tidak sama dengan laki-laki yang menyakitimu, dia orang baik. Dia seorang dokter.”“Dara benci laki-laki! Dara tidak mau melihatnya ada di sini!”“Dia Dokter Revan, Sayang.”“Dara nggak peduli! Usir dia, Bunda!”Ayah dan Bunda membawaku ke ruangan yang serba putih ini. Mereka mengaku supaya aku mendapatkan pe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status