Share

Malam Pertama

last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-15 19:17:49

🏵️🏵️🏵️

Malam pertama akhirnya berlalu seperti malam-malam sebelum aku menikah dengan Dokter Revan. Aku sangat bersyukur karena dia tidak memaksaku untuk melakukan kewajiban yang harus kami lakukan di malam itu.

Keesokan harinya, aku terbangun dan sangat terkejut mendapati dirinya duduk di samping tempat tidur sambil memandangi wajahku.

“Kamu ngapain?” tanyaku. Aku pun segera duduk lalu menggeser posisi.

“Mandangin wajah istriku yang sedang tidur,” jawabnya dengan santai.

“Untuk apa?”

“Untuk melepas rindu.” Dia mendekatiku

“Jangan mendekat!” Aku pun bergeser.

“Kenapa, Dek? Aku udah bilang nggak ada niat untuk menyakitimu, aku mohon jangan takut. Aku berjanji akan melindungi dan menjagamu, juga membantumu membuang masa kelam yang membuatmu seperti ini.” Dia meraih tanganku. Aku mencoba untuk yakin kepadanya.

“Apa aku harus percaya padamu?” tanyaku penuh harap.

“Belajarlah mempercayai suamimu,” ucapnya lalu mencium jemariku.

“Apa tujuanmu menikahiku? Siapa kamu sebenarnya?” Aku ingin tahu jawabannya.

“Untuk membahagiakanmu. Aku laki-laki yang mencintaimu.”

“Itu tidak mungkin. Kita kenal belum lama, tapi tiba-tiba kamu datang melamarku.” Aku masih tetap ragu.

“Baru kenal atau tidak, jangan kamu pikirkan, Dek. Cinta itu tumbuh dengan tiba-tiba dan itu yang aku rasakan padamu. Saat pertama kali melihatmu, jantungku berdetak lebih kencang, hatiku deg-degan, dan aku menyadari kalau perasaan itu sudah tumbuh, aku mencintaimu.” Aku berusaha mendengar pengakuannya.

“Aku nggak percaya karena itu tidak mungkin.”

“Kenapa kamu nggak percaya? Kamu harus lihat kenyaatan bahwa aku datang melamarmu. Aku ingin cintaku berlabuh dalam hubungan suci, yaitu pernikahan. Mulai sekarang, cobalah untuk menerima semua ini, kamu harus percaya dan yakin kalau aku suamimu, suami yang akan selalu mencintai dan menyayangimu.” Dia menggenggam tanganku.

“Aku sangat sulit percaya pada laki-laki setelah kejadian yang menimpa hidupku. Aku tidak yakin dengan kenyataan yang terjadi sekarang. Tidak mungkin seorang dokter sepertimu rela menikah dengan wanita kotor sepertiku. Apa yang kamu harapkan dariku? Aku sudah tidak suci lagi dan kamu sudah sangat tahu itu. Tubuhku sudah ternoda. Untuk apa kamu menikahiku?” Aku tidak mampu menahan air mataku agar tidak jatuh. Kenyataannya, bening-bening kristal itu telah membasahi pipiku.

“Jangan menangis, Dek. Aku nggak kuat melihat air matamu, sudah cukup penderitaan yang telah menyiksamu. Mulai sekarang, kamu harus bahagia dan menikmati indahnya dunia.” Dia mengusap air mataku lalu memelukku.

Aku tidak berusaha untuk mengelak dan menolak pelukannya karena hatiku merasa nyaman dan damai berada di dekatnya. Dia pun mendaratkan ciuman di dahiku.

“Jangan sedih lagi, yah, Dek. Aku akan selalu ada untukmu. Aku mencintaimu,” ucapnya lalu mempererat pelukannya.

Aku sangat bersyukur karena dia telah hadir untuk mengobati luka batin yang kurasakan. Dia anugerah dan keajaiban yang dikirimkan untukku.

🏵️🏵️🏵️

“Bagaimana perasaan kamu sekarang, Sayang?” tanya mama mertua saat kami sarapan di meja makan.

Beliau dan papa mertua juga sangat tahu kejadian yang menimpaku. Aku merasa bersalah ketika mereka datang melamar. Sikapku saat itu tidak terkontrol. Aku dengan mudahnya melampiaskan amarah kepada Dokter Revan.

“Dara baik-baik aja, Tante,” jawabku.

“Kenapa masih manggil tante? Sekarang kamu istri Revan, juga menantu di rumah ini. Kamu harus panggil mama dan papa,” jelas mama mertua. Aku melirik ke arah Dokter Revan, dia melemparkan senyumnya kepadaku.

“Iya, Mah, Dara minta maaf.” Aku pun memenuhi keinginan mama mertua.

“Iya, Sayang, nggak apa-apa. Mama ngerti.”

“Oh, yah ... Papa ada kejutan, nih, untuk kalian.” Papa mertua menyodorkan dua lembar kertas kepada Dokter Revan.

“Ini apa, Pah?” tanya Dokter Revan.

“Lihat sendiri, dong,” jawab papa mertua.

“Tiket ke Singapura, Pah?” Dokter Revan tampak terkejut lalu menunjukkan ekspresi bahagia.

“Iya, mumpung kamu masih cuti, pergilah berbulan madu. Berikan kebahagiaan pada istrimu.” Aku terharu melihat sikap papa mertua.

“Terima kasih, Pah.” Dokter Revan memeluk papanya.

“Kamu suka nggak, Sayang?” Tiba-tiba mamanya bertanya kepadaku.

“Su-ka, Mah,” jawabku terbata.

“Besok kita berangkat, Dek. Hari ini kita udah mulai siap-siap,” ucap Dokter Revan. Aku hanya memberikannya senyum simpul.

“Buang semua sakit yang kamu rasakan. Mulai sekarang, kamu harus bahagia bersama Revan.” Mamanya meraih tanganku lalu menggenggamnya.

“Terima kasih, Mah.” Aku pun memeluk wanita itu. Beliau mengusap kedua pipiku setelah kami melepas pelukan.

“Nak Dara jangan larut dalam kesedihan masa lalu. Pandanglah ke depan, ada kami yang sangat menyayangimu. Terimalah cinta dan ketulusan yang Revan berikan untukmu. Tetaplah bahagia.” Papanya kembali membuatku terharu.

“Terima kasih, Pah,” jawabku dengan isak tangis.

Dokter Revan pun memelukku, “Kenapa kamu nangis lagi, Dek? Aku udah bilang, jangan pernah menangisi sesuatu yang sudah berlalu.”

“Aku nangis karena sangat terharu dengan kebaikan dan ketulusan yang kalian berikan padaku. Kalian dengan ikhlas menerima segala kekurangan yang ada pada diriku,” jelasku.

Aku sangat bersyukur karena telah memiliki pasport sejak mengikuti olimpiade di Malaysia saat duduk di bangku SMA. Nikmat apa lagi yang kau dustakan? Aku telah diberikan banyak kebahagiaan. Dokter Revan dan keluarganya dengan tulus menerima wanita yang terkena musibah ini. Aku sangat bersyukur memiliki keluarga seperti mereka.

🏵️🏵️🏵️

Akhirnya, aku menginjakkan kaki di Singapura. Kebahagiaan yang kurasakan begitu nikmat. Aku tidak pernah menyangka kalau hidupku akan berubah seperti ini hingga kembali merasakan indahnya dunia.

“Bagaimana perasaan kamu setelah seharian mengelilingi tempat wisata di negara ini?” tanya Dokter Revan di kamar hotel tempat kami menginap.

“Aku suka tempatnya,” jawabku.

“Udah rada enakan nggak, Dek?”

“Apanya, Dok?”

“Apa? Coba ulang sekali lagi.” 

“Dok.” 

“Baru kali ini kamu memanggilku dengan sebutan itu. Mulai dari rumah sakit sampai di rumah setelah menikah, kamu nggak pernah memanggilku dengan sebutan. Kamu berbicara denganku tanpa sebutan apa pun. Kenapa malam ini kamu memanggilku dengan sebutan 'Dok'?” Ternyata Dokter Revan menyadari semuanya dari awal tentangku.

Aku merasa bersalah dan malu karena selama ini selalu kasar kepadanya. Namun, dia tetap sabar menghadapi sikap dan tingkahku.

Jika dia mendekatiku, dengan suara keras dan tidak sopan, aku mengusir dan memintanya menjauh. Aku tidak sadar bahwa tujuannya untuk merawatku.

“Aku minta maaf karena selama ini selalu berbuat kasar padamu,” ucapku dengan penuh penyesalan.

“Kamu tidak bersalah, aku mengerti keadaanmu. Mulai sekarang lupakan masa lalu yang menghantuimu, kita melangkah maju meraih masa depan.” Dia mendekatiku.

“Terima kasih, Dok,”

“Ha-ha-ha! Lucu banget kamu memanggilku dengan sebutan itu. Aku ini suamimu, Dek.” Dia mentertawakanku.

“Jadi, aku harus manggil apa?”

“Panggil aku 'Mas'," pintanya.

“Baik, Mas.” Aku sangat malu.

“Panggilan yang enak didengar. Tapi kenapa pipi kamu merah?” Aku makin salah tingkah.

“Nggak, kok.” Aku berusaha menutupi wajahku.

Dia meraih tanganku lalu mendekatkan wajahnya. “Dek, boleh aku menciummu?” tanya laki-laki itu hingga membuat jantungku bergetar lebih kencang.

“Bukannya kemarin kamu memeluk dan menciumku?” Aku mengingat apa yang dia lakukan kepadaku.

“Tapi itu ciuman di dahi. Yang aku minta sekarang bukan di situ.”

“Maksudnya di mana?” Aku mulai deg-degan.

“Di bibirmu, tapi aku nggak maksa, Dek. Kalau kamu belum bersedia, nggak apa-apa. Aku akan menunggu sampai kamu siap.” Aku terharu mendengar penuturannya.

Aku makin merasa bersalah. Kenapa seorang suami harus meminta izin untuk mendapatkan haknya dari istrinya? Aku tidak ingin larut dalam ketidakadilan ini. Dia suamiku yang sangat berhak atas diriku.

Sudah sepantasnya aku melayaninya dan melakukan kewajibanku sebagai istri. Ini bulan madu kami. Aku harus bersedia menenuhi haknya yang telah tertunda di malam pertama.

“Iya, Mas, aku bersedia,” ucapku dengan yakin.

Dia mendekatkan wajahnya lalu mengusap kedua pipiku, kemudian mencium bibirku. Awalnya aku hanya terdiam, tetapi pada akhirnya juga membalasnya. Dia menggeser tangannya ke bawah. 

“Mas,” ucapku lirih.

“Iya, Dek.” Dia menghentikan aksinya.

“Aku ....”

“Kenapa, Dek? Apa kamu belum siap? Jika iya, aku tidak akan memaksamu untuk melakukannya.”

“Tidak, Mas. Aku sudah siap dan yakin untuk melaksanakan kewajibanku sebagai istri.”

Akhirnya malam ini, dia telah mendapatkan haknya sebagai suami. Aku telah berhasil memenuhi hasratnya yang telah tertunda. Aku ikhlas memberikannya.

Hati dan perasaanku sangat lega karena telah menyerahkan diri kepada suamiku. Walaupun hati kecilku menjerit dan sangat sedih karena tidak berhasil mempertahankan sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku untuk kuberikan kepadanya.

Dia dengan ikhlas menerimaku yang telah kotor dan ternoda. Kesucian yang kumiliki bukan untuknya, tetapi telah direnggut oleh laki-laki yang dulu kucintai.

“Maafin aku, Mas.” Aku menangis setelah kami selesai memadu kasih.

“Maaf untuk apa, Dek? Kenapa kamu menangis?”

“Aku sudah ternoda untukmu. Aku tidak bisa memberikan sesuatu yang sangat berharga padamu.”

“Jangan pernah ngomong seperti itu, kamu tetap yang terbaik untukku.” Dia memelukku. Aku sangat nyaman berada dalam pelukannya.

Ternyata masih ada laki-laki dengan ikhlas menerima kekuranganku. Semoga sikapnya itu tidak berubah. Aku berjanji pada diri sendiri akan menjadi istri yang selalu setia melayaninya dan melakukan yang terbaik untuknya.

============

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • GADIS YANG TERNODAI    Kehilangan Harta Paling Berharga

    🏵️🏵️🏵️“Jangan sentuh aku! Pergi dari hadapanku!”“Tolong kontrol dirimu, Sayang. Dia orang baik yang akan membantumu.”“Dara nggak mau, Bunda. Dara takut. Selamatkan Dara dari tangan kotornya. Kalau Bunda nggak mau bantu, Dara akan kembali melakukan hal yang sama, menyayat pergelangan tangan Dara. Bunda tahu sendiri, kan, kalau Dara selalu memegang silet ini untuk melindungi diri dari mereka yang ingin menyakiti Dara.”“Bunda mohon, Sayang, jangan lakukan itu lagi. Bunda nggak kuat melihat kamu tersiksa seperti ini.”“Usir dia, Bunda. Dara nggak mau lihat wajahnya. Dia sama saja dengan laki-laki jahat yang telah menyiksa dan menghancurkan masa depan Dara.”“Bukan, Sayang. Dia tidak sama dengan laki-laki yang menyakitimu, dia orang baik. Dia seorang dokter.”“Dara benci laki-laki! Dara tidak mau melihatnya ada di sini!”“Dia Dokter Revan, Sayang.”“Dara nggak peduli! Usir dia, Bunda!”Ayah dan Bunda membawaku ke ruangan yang serba putih ini. Mereka mengaku supaya aku mendapatkan pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-13
  • GADIS YANG TERNODAI    Trauma Bertemu Laki-Laki

    🏵️🏵️🏵️Aku hampir putus asa dan ingin mengakhiri hidup di vila tersebut. Namun, tiba-tiba bayangan Ayah dan Bunda terlintas di benakku. Bagaimana mungkin aku tega meninggalkan kedua orang tua yang sangat menyayangi dan berharap banyak kepadaku? Aku anak tunggal yang harus membahagiakan mereka.Aku segera membenahi diri lalu memakai kembali pakaian yang Bimo lepaskan dari tubuh yang telah kotor ini. Aku masih tidak kuasa menyaksikan noktah merah di kasur yang telah Bimo lakukan untuk melampiaskan hasratnya. Aku merasakan sakit pada bagian yang telah Bimo hancurkan, tetapi rasa sakit itu tidak sebanding dengan kehancuran hatiku.Aku segera keluar dari tempat itu lalu melangkah perlahan karena masih merasakan keperihan pada bagian sensitif tubuhku. Penuh dengan susah payah, akhirnya aku berhasil pergi dari kamar itu. Taksi online yang kupesan telah menunggu. Setelah aku masuk dan duduk, kendaraan roda empat tersebut akhirnya meluncur meninggalkan tempat terkutuk itu. Sungguh, aku ti

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • GADIS YANG TERNODAI    Terkejut

    🏵️🏵️🏵️Aku tersadar dan melihat dokter itu berada di sampingku. Sementara Ayah dan Bunda tidak ada di ruangan untuk menemaniku. Kenapa mereka meninggalkan aku bersama laki-laki asing? Aku segera duduk lalu menjauh darinya.“Jangan takut, Dek. Saya hanya ingin membantu kamu,” ucapnya. Mungkin dia berusaha menenangkanku.“Pergi! Kamu pasti ingin menyakitiku!” teriakku dengan penuh ketakutan.“Saya sama sekali tidak ada niat untuk menyakitimu. Kamu itu pasien saya yang harus saya rawat dan obatin.”“Aku tidak sakit!” “Tapi lihat tangan kamu, banyak luka sayatan. Itu namanya sakit, Dek.”“Aku yang melakukannya!”“Kenapa kamu melukai diri sendiri?”“Karena tubuhku sudah kotor dan ternoda. Aku ingin menyakiti tubuh hina ini.” Aku tidak mampu menahan tangis.“Nggak boleh ngomong seperti itu. Kita harus bersyukur dengan semua anugerah yang Allah berikan. Kamu seharusnya bangga dengan apa yang kamu miliki. Kamu cantik, manis, juga imut, terus ... orang tua kamu bilang kalau kamu juga berpr

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • GADIS YANG TERNODAI    Tiba-Tiba Dilamar

    🏵️🏵️🏵️Aku tetap tidak menghiraukan senyuman Dokter Revan, walaupun beberapa kali dia masih tersenyum kepadaku. Aku dan Bunda langsung menyusul duduk di samping Ayah.“Ini Dara anak kami, Pak, Bu.” Ayah memperkenalkanku kepada orang tua Dokter Revan.“Apa kabar, Nak Dara? Maaf tidak memberitahukan kedatangan kami sebelumnya,” balas ayahnya.“Terus terang, saya sangat terkejut melihat kehadiran keluarga Bapak di rumah kami,” lanjut Ayah. Sementara itu, Dokter Revan selalu melirik ke arahku sambil tersenyum.“Sebenarnya maksud dan tujuan kami menemui keluarga Bapak adalah ingin melamar Nak Dara menjadi menantu di rumah kami.” Aku tidak percaya dengan kata-kata yang dikeluarkan ayahnya.“Tidak! Dia pasti ingin berbuat jahat pada Dara, Bun!” tegasku sambil menunjuk ke arah Dokter Revan.“Nak Dara, dengarkan dulu penjelasan Om dan Tante,” pinta ayahnya.“Iya, Nak. Niat Kami tulus untuk meminang kamu menjadi istri Revan, anak kami.” Ibunya turut membuka suara.“Itu tidak mungkin, dia pas

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15

Bab terbaru

  • GADIS YANG TERNODAI    Malam Pertama

    🏵️🏵️🏵️Malam pertama akhirnya berlalu seperti malam-malam sebelum aku menikah dengan Dokter Revan. Aku sangat bersyukur karena dia tidak memaksaku untuk melakukan kewajiban yang harus kami lakukan di malam itu.Keesokan harinya, aku terbangun dan sangat terkejut mendapati dirinya duduk di samping tempat tidur sambil memandangi wajahku.“Kamu ngapain?” tanyaku. Aku pun segera duduk lalu menggeser posisi.“Mandangin wajah istriku yang sedang tidur,” jawabnya dengan santai.“Untuk apa?”“Untuk melepas rindu.” Dia mendekatiku“Jangan mendekat!” Aku pun bergeser.“Kenapa, Dek? Aku udah bilang nggak ada niat untuk menyakitimu, aku mohon jangan takut. Aku berjanji akan melindungi dan menjagamu, juga membantumu membuang masa kelam yang membuatmu seperti ini.” Dia meraih tanganku. Aku mencoba untuk yakin kepadanya.“Apa aku harus percaya padamu?” tanyaku penuh harap.“Belajarlah mempercayai suamimu,” ucapnya lalu mencium jemariku.“Apa tujuanmu menikahiku? Siapa kamu sebenarnya?” Aku ingin

  • GADIS YANG TERNODAI    Tiba-Tiba Dilamar

    🏵️🏵️🏵️Aku tetap tidak menghiraukan senyuman Dokter Revan, walaupun beberapa kali dia masih tersenyum kepadaku. Aku dan Bunda langsung menyusul duduk di samping Ayah.“Ini Dara anak kami, Pak, Bu.” Ayah memperkenalkanku kepada orang tua Dokter Revan.“Apa kabar, Nak Dara? Maaf tidak memberitahukan kedatangan kami sebelumnya,” balas ayahnya.“Terus terang, saya sangat terkejut melihat kehadiran keluarga Bapak di rumah kami,” lanjut Ayah. Sementara itu, Dokter Revan selalu melirik ke arahku sambil tersenyum.“Sebenarnya maksud dan tujuan kami menemui keluarga Bapak adalah ingin melamar Nak Dara menjadi menantu di rumah kami.” Aku tidak percaya dengan kata-kata yang dikeluarkan ayahnya.“Tidak! Dia pasti ingin berbuat jahat pada Dara, Bun!” tegasku sambil menunjuk ke arah Dokter Revan.“Nak Dara, dengarkan dulu penjelasan Om dan Tante,” pinta ayahnya.“Iya, Nak. Niat Kami tulus untuk meminang kamu menjadi istri Revan, anak kami.” Ibunya turut membuka suara.“Itu tidak mungkin, dia pas

  • GADIS YANG TERNODAI    Terkejut

    🏵️🏵️🏵️Aku tersadar dan melihat dokter itu berada di sampingku. Sementara Ayah dan Bunda tidak ada di ruangan untuk menemaniku. Kenapa mereka meninggalkan aku bersama laki-laki asing? Aku segera duduk lalu menjauh darinya.“Jangan takut, Dek. Saya hanya ingin membantu kamu,” ucapnya. Mungkin dia berusaha menenangkanku.“Pergi! Kamu pasti ingin menyakitiku!” teriakku dengan penuh ketakutan.“Saya sama sekali tidak ada niat untuk menyakitimu. Kamu itu pasien saya yang harus saya rawat dan obatin.”“Aku tidak sakit!” “Tapi lihat tangan kamu, banyak luka sayatan. Itu namanya sakit, Dek.”“Aku yang melakukannya!”“Kenapa kamu melukai diri sendiri?”“Karena tubuhku sudah kotor dan ternoda. Aku ingin menyakiti tubuh hina ini.” Aku tidak mampu menahan tangis.“Nggak boleh ngomong seperti itu. Kita harus bersyukur dengan semua anugerah yang Allah berikan. Kamu seharusnya bangga dengan apa yang kamu miliki. Kamu cantik, manis, juga imut, terus ... orang tua kamu bilang kalau kamu juga berpr

  • GADIS YANG TERNODAI    Trauma Bertemu Laki-Laki

    🏵️🏵️🏵️Aku hampir putus asa dan ingin mengakhiri hidup di vila tersebut. Namun, tiba-tiba bayangan Ayah dan Bunda terlintas di benakku. Bagaimana mungkin aku tega meninggalkan kedua orang tua yang sangat menyayangi dan berharap banyak kepadaku? Aku anak tunggal yang harus membahagiakan mereka.Aku segera membenahi diri lalu memakai kembali pakaian yang Bimo lepaskan dari tubuh yang telah kotor ini. Aku masih tidak kuasa menyaksikan noktah merah di kasur yang telah Bimo lakukan untuk melampiaskan hasratnya. Aku merasakan sakit pada bagian yang telah Bimo hancurkan, tetapi rasa sakit itu tidak sebanding dengan kehancuran hatiku.Aku segera keluar dari tempat itu lalu melangkah perlahan karena masih merasakan keperihan pada bagian sensitif tubuhku. Penuh dengan susah payah, akhirnya aku berhasil pergi dari kamar itu. Taksi online yang kupesan telah menunggu. Setelah aku masuk dan duduk, kendaraan roda empat tersebut akhirnya meluncur meninggalkan tempat terkutuk itu. Sungguh, aku ti

  • GADIS YANG TERNODAI    Kehilangan Harta Paling Berharga

    🏵️🏵️🏵️“Jangan sentuh aku! Pergi dari hadapanku!”“Tolong kontrol dirimu, Sayang. Dia orang baik yang akan membantumu.”“Dara nggak mau, Bunda. Dara takut. Selamatkan Dara dari tangan kotornya. Kalau Bunda nggak mau bantu, Dara akan kembali melakukan hal yang sama, menyayat pergelangan tangan Dara. Bunda tahu sendiri, kan, kalau Dara selalu memegang silet ini untuk melindungi diri dari mereka yang ingin menyakiti Dara.”“Bunda mohon, Sayang, jangan lakukan itu lagi. Bunda nggak kuat melihat kamu tersiksa seperti ini.”“Usir dia, Bunda. Dara nggak mau lihat wajahnya. Dia sama saja dengan laki-laki jahat yang telah menyiksa dan menghancurkan masa depan Dara.”“Bukan, Sayang. Dia tidak sama dengan laki-laki yang menyakitimu, dia orang baik. Dia seorang dokter.”“Dara benci laki-laki! Dara tidak mau melihatnya ada di sini!”“Dia Dokter Revan, Sayang.”“Dara nggak peduli! Usir dia, Bunda!”Ayah dan Bunda membawaku ke ruangan yang serba putih ini. Mereka mengaku supaya aku mendapatkan pe

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status