"May, lo baik-baik saja?" tanya Cindy yang melihat Malika mematung dengan tatapan mata yang kosong."May," panggil Cindy.Semenit kemudian Malika sadar dari lamunannya. Namun tiba-tiba ia menangis. "May, ada apa?" Cindy kebingungan."Aku melihatnya, aku melihatnya, Cindy.""Siapa maksud lo? Hue nggak mengerti siapa yang lo maksud?""Gue melihat James.""Oh, lo melihat pacar lo. Lalu kenapa lo menangis? Di mana dia?" Cindy celingukan mencari keberadaan James."Dia sudah pergi.""Terus kenapa lo menangis? Telepon dia katakan lo ada di sini atau lo gue antar pulang. Mungkin dia membutuhkan lo setelah pulang dari luar negeri. Lo sudah hafal kan dengan kebiasaannya? Setelah pulang dari luar negeri, mungkin dia ingin dilayani.""Gue sudah tidak dibutuhkannya lagi, Cindy." Malika lalu menutup wajahnya dengan kedua belah tangannya."Apa maksud lo?""Gue baru saja melihat James bersama dengan seorang gadis.""Hufft," Cindy langsung mencebik. "Lo sudah tahu kalau pacar lo itu seorang playboy,
"Baiklah, atur pertemuan dengan Amanda." ucap James yang terpaksa harus mau menemui Amanda demi kelancaran hubungannya dengan Nami."Baik, Bos.""Itu saja atau ada yang lain?""Hanya itu saja yang mengganggu, Bos.""Lalu apakah dia menarik habis sahamnya?""Waktu itu ia sempat menarik lima puluh persen saham di perusahaan kita. Namun seminggu kemudian ia kembali menyuntikkan dana ke dalam perusahaan kita.""Dasar wanita plin-plan," gerutu James.""Lalu apa langkah selanjutnya, Bos.""Maksud lo?""Apa antisipasi Anda dalam menyingkirkan wanita-wanita simpanan Anda karena kini ada Nona Nami."Wajah James mendadak murung. "Gue belum tahu, masalah ini sangat rumit.""Gue tidak menyangka akan jatuh cinta kepada Nami. Gue pikir setelah pengkhianatan Malika, aku tidak akan bisa jatuh cinta lagi kepada wanita. Namun pertemuan gue dengan Nami kali ini membuat gue sadar bahwa gue telah jatuh cinta padanya. Jatuh cinta kepada tunangan gue sendiri yang telah meninggalkan gue dua tahun yang lalu."
"Jangan, Kak, Nami menepis tangan James yang ingin masuk ke dalam celana dalamnya."Nami, biarkan aku menyentuhmu.""Jangan, aku mohon.""Aku sudah lama tidak menyentuh perempuan, please…." James menatap Nami dengan tatapan memohon. "Untuk saat ini aku belum bisa, bukankah Kakak pernah bilang tidak akan memaksaku?"James terkesiap, ia lalu meremas rambutnya. "Maafkan aku, Nami."Nami mengangguk."Tapi kalau untuk yang ini, boleh kan?"Nami yang tidak tahu apa maksud perkataan James hanya terkesiap ketika James kembali mencium bibir Nami dengan lahap. Kedua tangan James meremas pantat Nami.Nami menjerit dalam batinnya ia menyukai sentuhan James di tubuhnya. Bahkan tadi saat James mencubit puncak dadanya hampir saja ia mengizinkan James untuk menyentuhnya lebih dalam.Nami membalas ciuman James dan ciuman kali ini lebih panas dari sebelumnya. Karena Nami sudah mulai terbiasa dengan ciuman James yang menuntut. Keduanya saling bertukar saliva dan lidah mereka saling bertaut. Bahkan kin
James tidak menjawab, ia hanya mendesah.Amanda membuka sabuk lalu menurunkan celana James. Posisi James yang sedang duduk di sofa dan Amanda yang bersimpuh di hadapannya. Sudah bersiap memberikan kenikmatan kepada laki-laki pujaannya.James terlena dengan permainan tangan Amanda. Sehingga ia lupa tujuan awalnya ke hotel itu untuk membicarakan hubungannya dengan Amanda. James ingin mengakhirinya karena ia ingin menjalin hubungan serius dengan Nami. Namun saat ini James yang sudah di bawah pengaruh nafsu kelelakiannya yang menginginkan dipuaskan."Aku merindukannya, James." Amanda menjilat bibir bawahnya lalu membuka mulutnya lebar. Ia langsung mengecup puncak kepala kejantanannya James."Shit!" James mengumpat ketika bibir basah Amanda mulai menjilat puncak kejantanannya. Bibir basah itu terasa hangat ketika mengelilingi kejantanannya dari atas ke bawah hingga menyentuh dua bulir buah zakar miliknya."Amanda, jangan mempermainkanku," desis James.Amanda terkekeh lalu mengedipkan mata
"Aku tidak takut karena Ayahku juga mempunyai koneksi yang banyak. Seberapa kaya suamimu ingin menghancurkanku? Aku bisa terlindungi ketika aku melakukan panggilan satu telepon kepada ibuku bahwa aku ingin kembali ke keluarga Hill." ucap James sambil tersenyum meremehkan Amanda."Kurang ajar kamu, James, kamu tidak ingat bagaimana aku menolongmu saat kau kamu berada di jalanan dan membutuhkan uang? Akulah yang membantumu untuk menjalankan perusahaanmu yang diambang kehancuran.""Aku hanya meminjam uang, Amanda. Aku tidak pernah mengambil uangmu secara cuma-cuma. Bahkan hasil royalti dari sahammu pun aku bayarkan kepadamu. Walaupun kamu tidak menerimanya. Doni akan mengirimkan rekening yang berisikan hasil royalti selama dua tahun. Aku sedikit pun tidak mengambil uang darimu, camkan itu! Aku bukan lelaki pengemis.""Dan untuk hubungan kita di atas ranjang. Aku lebih banyak memuaskanmu. Jadi akulah yang rugi selama dua tahun ini. Harus menahan kesal untuk menyenangkanmu.""James, James,
"Lupakan tentang pertanyaanku." Nami mendorong tubuh James lalu bangkit dari tempat tidurnya. Ternyata James adalah laki-laki egois yang hanya menganggap dirinya suci dan ingin menyentuhnya. Namun ketika mendengar jika ada laki-laki yang pernah menyentuhnya James terlihat meragukan apa yang sedang diinginkannya saat ini."Hei, tunggu!" Kenapa kamu marah? Kakak tidak mengatakan apapun.""Keraguan di wajah Kakak sudah menjawab semuanya, Kak.""Sayang, jangan marah. Aku tidak bermaksud seperti itu. Kakak bukan laki-laki yang bersih, Kakak akan egois jika mempermasalahkan itu. Maafkan Kakak, Kakak mencintaimu dan sangat menginginkanmu saat ini." James meraih tangan Nami lalu meletakkannya di atas kejantanannya.Nami terkesiap, ini pertama kalinya ia merasakan kerasnya kejantanan seorang laki-laki dengan telapak tangannya."Dia tidak akan sekeras ini jika aku tidak menginginkanmu, Sayang." James mengecup tengkuk Nami lalu tangannya meremas pantatnya."Kak Oliv," napas Nami mulai memburu."
Gerakan jarinya James bergerak semakin cepat dan itu membuat jantung Nami berdetak menggila. Gelenyar-gelenyar aneh itu semakin membuatnya ingin mendapatkan sesuatu."Kak Oliv," desah Nami saat dirinya mengalami klimaks. Tubuhnya menegang, napasnya memburu dan pori-pori di tubuhnya meremang. Ini pertama kalinya ia merasakan hal aneh yang membuatnya nikmat. Rasa yang begitu melenakan dan ini diberikan oleh laki-laki yang dicintainya. James tersenyum puas saat jarinya yang berada di kewanitaannya Nami seperti tersedot ke dalam. Terhimpit oleh hangatnya kewanitaan Nami dan cairan lembut membasahi jari-jarinya James."Kak Oliv," panggil Nami dengan terbata."Ya, Sayang," James menarik jarinya dari kewanitaannya Nami lalu menjilat sisa-sisa cairan yang berada di jarinya.Nami membuka matanya, menatap wajah tampan James yang sekarang sedang menatapnya. Rasa canggung dan malu yang tadi dirasakannya telah berganti dengan perasaan yang memuja. Nami ingin lebih diperlakukan layaknya sepasang k
Kamu adalah milik Kakak dan Kakak tidak akan membiarkan orang lain menikmati keindahan tubuhmu. Catat itu!" James mencubit bibir Nami lalu mencium bibirnyaNami mendorong tubuh James. "Sudah cepat pergi lah dan cepat kembali aku tidak ingin terkurung sendirian di sini.""Kakak akan segera kembali, tunggu Kakak, ya?"James mengelus rambut cokelat Nami. Setelah Kakak kembali, kita lanjutkan yang tertunda tadi." James mengedipkan sebelah matanya.Pipi Nami bersemu merah lalu memalingkan mukanya."Hei, reaksi apa itu? Bukankah tadi kita sudah melakukannya walaupun belum sempurna?""Sudah sana, selesaikan dulu urusan Kakak.""Oke, Sayang, setelah selesai. Kita lanjutkan yang tadi, deal?""Aku tidak janji kalau Kakak terlambat pulang.""Tidak mungkin, dalam satu jam Kakak pasti akan sudah kembali.""Sana pergi.""Oke," James menjauhkan dirinya dari Nami lalu mengambil celana jeans dan kaos polo untuk dikenakannya. Nami menatap dari kejauhan dengan penuh kekaguman karena James memakai outfit