"Lupakan tentang pertanyaanku." Nami mendorong tubuh James lalu bangkit dari tempat tidurnya. Ternyata James adalah laki-laki egois yang hanya menganggap dirinya suci dan ingin menyentuhnya. Namun ketika mendengar jika ada laki-laki yang pernah menyentuhnya James terlihat meragukan apa yang sedang diinginkannya saat ini."Hei, tunggu!" Kenapa kamu marah? Kakak tidak mengatakan apapun.""Keraguan di wajah Kakak sudah menjawab semuanya, Kak.""Sayang, jangan marah. Aku tidak bermaksud seperti itu. Kakak bukan laki-laki yang bersih, Kakak akan egois jika mempermasalahkan itu. Maafkan Kakak, Kakak mencintaimu dan sangat menginginkanmu saat ini." James meraih tangan Nami lalu meletakkannya di atas kejantanannya.Nami terkesiap, ini pertama kalinya ia merasakan kerasnya kejantanan seorang laki-laki dengan telapak tangannya."Dia tidak akan sekeras ini jika aku tidak menginginkanmu, Sayang." James mengecup tengkuk Nami lalu tangannya meremas pantatnya."Kak Oliv," napas Nami mulai memburu."
Gerakan jarinya James bergerak semakin cepat dan itu membuat jantung Nami berdetak menggila. Gelenyar-gelenyar aneh itu semakin membuatnya ingin mendapatkan sesuatu."Kak Oliv," desah Nami saat dirinya mengalami klimaks. Tubuhnya menegang, napasnya memburu dan pori-pori di tubuhnya meremang. Ini pertama kalinya ia merasakan hal aneh yang membuatnya nikmat. Rasa yang begitu melenakan dan ini diberikan oleh laki-laki yang dicintainya. James tersenyum puas saat jarinya yang berada di kewanitaannya Nami seperti tersedot ke dalam. Terhimpit oleh hangatnya kewanitaan Nami dan cairan lembut membasahi jari-jarinya James."Kak Oliv," panggil Nami dengan terbata."Ya, Sayang," James menarik jarinya dari kewanitaannya Nami lalu menjilat sisa-sisa cairan yang berada di jarinya.Nami membuka matanya, menatap wajah tampan James yang sekarang sedang menatapnya. Rasa canggung dan malu yang tadi dirasakannya telah berganti dengan perasaan yang memuja. Nami ingin lebih diperlakukan layaknya sepasang k
Kamu adalah milik Kakak dan Kakak tidak akan membiarkan orang lain menikmati keindahan tubuhmu. Catat itu!" James mencubit bibir Nami lalu mencium bibirnyaNami mendorong tubuh James. "Sudah cepat pergi lah dan cepat kembali aku tidak ingin terkurung sendirian di sini.""Kakak akan segera kembali, tunggu Kakak, ya?"James mengelus rambut cokelat Nami. Setelah Kakak kembali, kita lanjutkan yang tertunda tadi." James mengedipkan sebelah matanya.Pipi Nami bersemu merah lalu memalingkan mukanya."Hei, reaksi apa itu? Bukankah tadi kita sudah melakukannya walaupun belum sempurna?""Sudah sana, selesaikan dulu urusan Kakak.""Oke, Sayang, setelah selesai. Kita lanjutkan yang tadi, deal?""Aku tidak janji kalau Kakak terlambat pulang.""Tidak mungkin, dalam satu jam Kakak pasti akan sudah kembali.""Sana pergi.""Oke," James menjauhkan dirinya dari Nami lalu mengambil celana jeans dan kaos polo untuk dikenakannya. Nami menatap dari kejauhan dengan penuh kekaguman karena James memakai outfit
James mendesah lelah menatap Nami yang sudah tertidur lelap. Ia tidak menepati janjinya kepada Nami karena James pulang terlambat setengah jam kemudian. Malika yang menghalangi kepulangannya. Ingatan James melayang setengah jam yang lalu di ruang unit gawat darurat ketika Malika yang menangis histeris menghalangi James untuk meninggalkannya."James, aku mohon. Jangan tinggalkan aku. Sudah hampir dua bulan kita tidak bertemu. Saat ini aku sangat membutuhkanmu, please." James diam membeku, tidak mempedulikan tangisan Malika. Pikirannya saat ini memikirkan Nami yang ditinggalkan sendirian di apartemennya. "Doni akan mengurus biaya administrasi dan keperluan lo. Jika lo memerlukan sesuatu hubungi Doni, gue ada urusan.""Urusan apa? Sepenting apakah urusan itu sehingga kamu tidak ingin menemaniku sejenak saja di saat diriku terluka parah."James menghela napas, "bukan urusan lo. Sudah gue bilang lo tidak berhak mengatur hidup gue, "ucap James dingin."Aku tidak masalah jika harus berbagi
Rahang James mengeras ia sangat marah mendengar Malika menyebut nama Nami."Dengar May, gue peringatkan untuk tidak mengusik ketenangan gue. Lo tidak berhak apa-apa tentang hidup gue. Jangan sekali-kali lo membuat kerusuhan di hidup gue dengan mengusik Nami. Gue tidak akan segan untuk memberi lo pelajaran. Anggap ini adalah suatu ancaman dan ingat baik-baik dalam hati lo." Setelah selesai mengatakan ancaman kepada Malika. James segera meninggalkan ruang unit gawat darurat itu lalu ingin segera kembali ke apartemen menemui Nami.James menatap Nami yang sedang tertidur. Ia membuka selimut yang menutup tubuh Nami. Namun kemudian ia tersenyum melihat tubuh Nami yang kini sudah memakai piyama dengan motif kartun Disney. Nami memakai setelan piyama lucu yang berwarna pink dengan gambar kartun seperti anak usia remaja.James terkekeh mengingat pertemuannya dulu dengan Nami untuk yang pertama kalinya. "Dulu gue sangat kesal dengan lo. Menganggap lo gadis kecil yang tidak menarik. Tapi sepertin
Nami tidak bisa menolak. selain rasa cinta ia pun saat ini susah terangsang. James selalu bisa membuatnya menyerah dengan pertahanannya. Mungkin Nami yang telah tergila-gila dengan James sehingga janji di hatinya untuk tidak bercinta dengan James sebelum yakin dengan hatinya tidak sejalan dengan hatinya. Malah saat ini tubuhnya mendamba untuk disentuh lebih oleh James.Tidak hanya Nami, James pun tidak bisa untuk menjauhi gadis itu. Apalagi pagi adalah waktu di mana ia sering merasakan libidonya naik tiba-tiba. Sedangkan terakhir bercinta dengan wanita satu bulan yang lalu ketika ia marathon meniduri Dela, Amanda dan Malika bahkan ada beberapa wanita random yang ditemuinya di klub. Waktu itu James belum yakin dengan perasaannya kepada Nami. Namun saat ini ia sudah yakin dengan keinginan hatinya. Ya hatinya menginginkan Nami, hanya Nami yang bisa membuat hatinya menggila.""Nami, Kakak mau kamu," suara James terdengar serak menandakan jika saat ini ia sudah di puncak birahinya. Tatapan
"Bos, ada apa?" tanya Doni yang penasaran karena James terlihat sangat kesal."Selesaikan sisa pekerjaan gue, Don. Kalau ada berkas yang harus ditandatangani pisahkan saja. Besok pagi gue akan menandatanganinya." James menutup laptop dan map yang berada di hadapannya. Ia harus segera menemui Nami. Gara-gara pesan yang dikirim Nami, pikirannya menjadi kacau."Bos, tapi kurang sedikit lagi.""Besok akan gue selesaikan," jawab James."Tapi apa Anda lupa, satu jam kemudian kita ada meeting dengan klien dari Jakarta.""Gue bilang semuanya tidak penting," Don."Doni tersenyum, ia tahu kenapa James moodnya berubah dan terlihat sangat ketus. "Apa yang terjadi dengan Nona Namida?" Doni mengikuti James yang ingin keluar dari ruangannya."Urus saja pekerjaan lo dan jangan bertanya yang macam-macam," jawab James kesal."Pak," panggil Dela yang was-was jika James akan marah kembali."Ada apa?" James akhirnya berhenti karena Dela menghalangi langkahnya."Saya sudah menyusun schedule Anda hari ini. D
"Cemburu?" Nami menghadap James lalu menatapnya."Ya, aku cemburu jika kamu bersama dengan laki-laki lain. Dan sepertinya kalian sangat akrab." James tidak berbohong kali ini. Hatinya memang tidak suka jika ada laki-laki lain yang berdekatan dengan Nami."Hahaha," Nami terbahak. "Akrab bagaimana? Kakak sendiri bagaimana?" sindir Nami."Aku?" James menunjuk dadanya."Kak Takeshi bilang Kakak dulu adalah seorang playboy. Bahkan Kakak serumah dengan salah satu pacar Kakak. Kakak sendiri pun mengakui hal itu. Sekarang siapa yang harusnya cemburu, aku atau Kakak?" cibir Nami."Sayang, jangan berkata begitu. Sekarang di hati Kakak tidak ada wanita lain selain kamu. Kakak juga tidak ingin untuk menyentuh mereka lagi."Nami menggedikkan bahunya. "Siapa tahu, aku tidak bisa meraba hati Kakak. Mungkin saja Kakak masih ingin merasakan kehangatan wanita lain.""Kakak bersumpah, Kakak tidak pernah menginginkan wanita lain lagi setelah Kakak jatuh cinta padamu. Ya, dulu Kakak akui tidak mencintaimu.