Share

Bab 2: Penanganan Medis

Langit tengah murung dan menangis pilu tatkala tubuh Anna masih tergolek lemah di ruangan ICU RSK. Martadinata. Jantung tengah berpacu dengan waktu, akankah bertahan atau memutuskan hilang?

Nyonya Neni sudah menandatangani prosedur medis Anna dan semua biaya perawatan ditanggung pihak keluarga dari anak perempuan yang sudah diselamatkan oleh Anna.

 Dr. Victor, Sp.Bs yang menangani Anna adalah dokter spesialis bedah saraf yang terbilang paling termuda di RSK. Martadinata dibandingkan dengan dokter spesialis lainnya. Dr.Victor juga terlihat gagah dan sangat tampan saat menggunakan kemeja putih dengan jas serba Putih khas dokter serta stetoskop (alat yang digunakan untuk memeriksa suara dalam tubuh seperti mendengar suara jantung, pernapasan, aliran darah dalam arteri ) yang menggantung di leher. 

Setelah mendengar kisah Anna yang heroik, maka secara diam-diam Dr. Victor menaruh simpati dan perhatian khusus pada Anna. 

Setelah mendapat persetujuan medis dari Nyonya Neni, maka di ruangan ICU Dr. Victor dengan sigap melakukan prosedur medis dengan metode GCS (Glasgow Coma Scale) kepada Anna. Ini merupakan metode medis untuk mengetahui skala tingkat kesadaran seseorang pasca trauma kepala. Dinilai dengan memberi rangsangan mata, suara, gerak tubuh kepada Anna melalui bantuan para perawat yang handal dan sigap. Hasil GCS Anna menunjukkan Semi Koma level ke-6 (kondisi normal 15). Artinya Anna mengalami cedera kepala berat.

Tak berhenti di situ, Dr. Victor segera ke tahap pemeriksaan medis selanjutnya yakni MRI (Magnetic resonance imaging) atau pencitraan resonansi magnetik merupakan salah satu prosedur medis yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan kondisi organ dalam Anna terutama bagian kepala.    

Segera Anna dari ruang ICU dipindahkan ke ruangan MRI. Dokter Victor dan para Perawat sangat gesit memburu nyawa Anna dan berlomba dengan waktu.

Hasil MRI menunjukkan Anna perlu operasi karena tengkorak bagian kepala dan kaki kanan retak dan beberapa patah. Tanpa menunda perawat kompeten menyiapkan ruang dan meja operasi melalui standar SOP yang berlaku. Dokter bedah saraf yakni 

Dr.Victor dan dokter ortopedi, dokter Anestesi dan para perawat telah bersiap di ruangan operasi dengan peralatan dan pakaian lengkap. Anna pun segera di operasi hari itu juga mengingat kondisi Anna yang kritis. 

Nyonya Neni tampak berada di luar ruang operasi ditemani Bella dan orangtua anak perempuan yang diselamatkan Anna.

Mereka dengan kompak menenangkan Nyonya Neni.

"Sudahlah nyonya Neni, Anna pasti kuat melewati semua ini," kata Bella.

 "Aku tahu Bella, tapi kasihan Anna. Masih muda sudah mengalami banyak hal pahit," jawab Nyonya Neni sambil berlinang air mata.

"Iya, aku tahu maksud Nyonya Neni," bujuk Bella sambil mengusap pipi Nyonya Neni dengan tissue.

Kedua orang tua anak perempuan yang diselamatkan Anna mendekati Nyonya Neni.

Ibunya merangkul bahu Nyonya Neni dan berkata,"Saya mengerti perasaan Nyonya Neni, Saya berhutang banyak pada anak asuh Nyonya Neni yaitu Anna. Andaikan Anna tidak sigap, pasti anak saya sekarang berada di ruang operasi. Saya ucapkan terimakasih karena sudah mengasuh Anna di Panti." Sambil menepuk-nepuk bahu Nyonya Neni dengan lembut.

Operasi berjalan lancar dan selesai hari berikutnya jam 3 dini hari. Anna terbaring di atas ranjang Dekubitus ( tempat tidur di RSK yang terhubung dengan listrik untuk mengatur posisi pasien ) dan perawat mendorongnya keluar melewati ruang operasi dan koridor. Diikuti oleh Bella dan Nyonya Neni, namun mereka tidak bisa mengikuti sampai masuk ke dalam ruangan ICU karena dihentikan perawat yang bertugas.

Dokter Victor terlihat telah melepas Surgical Gown ( Baju untuk operasi ) miliknya dan berjalan menuju ruang ICU untuk melihat keadaan Anna. Nyonya Neni bersama Bella yang khawatir dan bertanya-tanya hasil operasi pun segera memburu dokter Viktor.

"Dokter Victor, bagaimana hasil operasi Anna ?" Tanya Nyonya Neni.

 "Nyonya Neni bisa bernafas lega, operasi berjalan lancar sesuai prosedur medis,"kata dokter Victor.

"Benarkah itu Dok ?" Nyonya Neni seakan tidak percaya akan apa yang didengar.

 "Kami sudah berupaya menyelamatkan nyawa Anna, Anna juga terpantau sudah melewati masa kritis, tinggal Nyonya Neni banyak berdoa agar Anna lekas sadar dan pulih !" Sahut Dr.Victor seraya menepuk bahu Nyonya Neni mencoba untuk menenangkan.

Nyonya Neni langsung bisa bernafas lega seraya menyandarkan tubuhnya yang sudah lemas ke tembok sambil memegang dadanya dan berucap,"syukurlah Tuhan, aku bisa tenang sekarang."

"Sebaiknya Nyonya Neni pulang dan beristirahat di rumah! Anna di ruang ICU sudah terpantau dokter spesialis dan perawat kompeten jadi tidak perlu khawatir."

Dokter Victor berkata sambil menyentuh bahu Nyonya Neni dan menuntun ke arah pintu keluar RSK. Martadinata.

"Baik Dok, saya titip Anna,"sahut Nyonya Neni dengan nada lirih dan raut muka tampak lelah juga gelisah seperti benang kusut

"Iya, besok bisa menengok Anna kembali dan hanya salah satu saja yang boleh masuk ke ruangan ICU tapi jam besuk sangat terbatas,"timpal Dr. Victor.

"Baik, terimakasih Dr. Victor," kata Nyonya Neni.

Bella dan Nyonya Neni saat itu keluar dari RSK. Martadinata. Mengambil langkah untuk pulang karena ingin beristirahat dari rasa penat dan lelah.  

Sangat mengherankan karena Bella tampak tenang dengan raut wajah yang masih datar tapi tetap mencoba menenangkan Nyonya Neni. Seraya berlalu Bella melirik langkah kepergian Dr. Victor yang kembali masuk ke RSK. Martadinata menuju ruangan ICU. 

Dr. Victor tanpa lelah tetap berjaga di ruangan ICU padahal ini sudah waktunya ganti jadwal jaga dengan dokter spesialis lain. 

"Dr. Victor , sudah waktunya anda pulang untuk beristirahat! Jam bertugas anda sudah usai," perintah Dr. Vio, selaku pengganti jaga Dr.Victor.

"Iya, saya tahu. Saya ingin memastikan dulu kondisi pasien Anna sampai tersadar setelah itu saya akan pulang,"jawab Dr. Victor.

 "Kalau begitu saya bertugas keruangan praktek saja," Dr. Vio menjawab dengan ketus dan terlihat cemburu segera meninggalkan Dr. Victor dengan secepat kilat.

Sambil menuju ruangan praktek dokter spesialis, Dr. Vio bergumam," sebenarnya siapa Anna? Dia tidak lebih dari pasien kecelakaan yang baru masuk kemarin. Kenapa Dr. Victor menarik minat dan perhatian khusus pada Anna? Apakah Dr.Victor memiliki rasa untuk Anna? Tidak seperti biasanya Dr. Victor bersikap seperti ini."

Sementara di ruangan ICU dari jauh kedua mata dokter Victor tak henti mengamati Anna dan dia merasa Anna tidak berbaring dengan nyaman. Dr.Victor menghampiri tempat Anna berbaring, dengan tempat tidur Dekubitus yang terhubung pada colokan listrik maka Dr.Victor dengan lembut merubah posisi Anna berbaring dengan tombol yang tersedia dan membuat Anna terbaring dengan nyaman.

"Saya belum pernah melihat seseorang yang berani mengorbankan nyawa demi menyelamatkan orang lain yang belum dia kenal. Bahkan jika sudah saling mengenal pun belum tentu mau berkorban. Hebat kamu Anna dan saya jatuh hati padamu," gumam Dr.Victor dengan lirih sembari melihat tubuh Anna dari ujung atas sampai bawah dan Anna masih tak sadarkan diri.

Tubuh Anna ditopang alat medis untuk menunjang kehidupannya. Cervical Collar terpasang di leher Anna. Cervical Collar berfungsi untuk menopang leher dan kepala Anna selain itu untuk mengurangi pergerakan leher dan kepala karena trauma kepala yang dialami Anna.

Gips juga melingkar di pergelangan tungkai bawah kaki Anna yang patah. Bunyi monitor Cardiorespiratory untuk mengukur denyut nadi dan tekanan darah juga terpasang dengan kabel menggerayangi tubuh Anna yang lemah. Ventilator yang membantu Anna bernafas juga terhubung ke saluran pernafasan Anna. Infus Pump yang berfungsi untuk mengatur cairan infus yang masuk ke urat nadi sudah terhubung di tangan Anna.

Selang NGT ( Nasogastric tube) yakni selang yang dimasukkan melalui hidung sampai ke lambung terpasang di hidung Anna. NGT berfungsi mengalirkan makanan cair ke lambung Anna tanpa harus menggunakan indera pengecap dan digunakan selama Anna tak sadarkan diri. Tubuh Anna digerayangi peralatan medis untuk menopang hidup Anna.

Di ruang ICU suhu udara sangat dingin menusuk tulang. Diselimuti tirai berwarna hijau menutupi tiap sudut ruang pasien berada. Suara monitor Ventilator dan monitor Cardiorespiratory saling bersahut-sahutan. Bunyi langkah kaki para perawat berdecit ngilu dari sepatu pantofel mereka.

 Begitulah keadaan Anna setelah operasi dan mendapatkan penanganan medis. Anna setelah operasi masih terpantau di ruangan ICU yang dipenuhi alat penunjang kehidupan dan para perawat juga dokter spesialis yang bertugas.

Anna pun masih belum sadar dari koma-nya walau sudah mendapat perawatan dan dibantu dengan berbagai alat medis penunjang kehidupan.

    

     

    

     

    

       

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status