Beberapa bulan sudah ku habiskan di rumah sakit Martadinata untuk menjalani perawatan medis. Sebenarnya aku bisa memilih rawat jalan, tetapi kekasihku yakni dokter Victor tetap memintaku untuk rawat inap supaya mudah terpantau.
Kakiku yang patah dan di gips, kini sudah bisa di gerakkan dan berjalan walau masih pincang. Hari-hari aku habiskan di ruangan VVIP Bougenville dan sesekali menghibur diri di taman rumah sakit Martadinata untuk menghirup udara segar. Sambil menikmati keindahan taman, bunga bermekaran dan berwarna-warni, kupu-kupu beterbangan dan suara burung berkicau dan sesekali hinggap di tanah.
Sering aku berada di taman dan Alex menemaniku. Alex sering mencarikan buah ceri yang tumbuh ditaman. Dia selalu membawakanku Rainbowcake yang cantik seperti pelangi, dengan krim yang manis dan lumer di mulut. Tak lupa Alex selalu membawakan tugas dari guru wali kelas akselerasi online untuk ku kerjakan. Kami menikmati kebersamaan dan langit senja yang memerah.
"Argh!" Keluhku.
"Kenapa kamu tampak bosan dan mengeluh Anna?" Sahut mama Neni.
"Bagaimana aku tidak bosan Mah! Hari-hari aku terkurung dalam sangkar emas!" Protesku.
"Maksudmu apa Anna?" Tanya mama Neni sangat penasaran.
"Ya aku bosan saja di dalam ruangan VVIP Bougenville ini walau fasilitas seperti hotel tapi aku tak bisa kemana-mana selain ke taman rumah sakit Martadinata."
"Kan sudah Mama Neni beri hadiah ponsel! Melalui ponsel, kamu bisa nonton drama Korea sepuasmu biar tidak bosan. Enak kan! Free Wifi lagi di kamar VVIP Bougenville ini!"
"Nonton drama Korea terus juga bosan Mah. Ingin pergi jalan-jalan keluar tapi takut naik mobil dan masih masa perawatan lagi."
"Nanti ada saatnya kamu sudah pulih dan sehat bisa pulang ke rumah. Nah, kamu bisa pergi jalan-jalan dengan dokter Victor waktu weekend dengan naik sepeda motor jika kamu takut naik mobilnya."
"Hah! Mama sudah menyusun rencana sematang itu?" Tanyaku keheranan.
"Bukan Mama, tetapi dokter Victor yang sudah mengutarakan rencananya ke Mama, malah sudah beli sepeda motor buat bonceng kamu."
"Idih! Apa-apaan sih!" Celetukku.
"Biarkan saja, itu yang namanya cinta!" Tandas mama Neni.
"Tapi entah kenapa hatiku berkata lain, aku menganggap dokter Victor sebagai kakakku saja."
"Urusan hati itu belakangan! Kalau sering bersama pasti timbul rasa cinta kok! Dulu kamu sangat cinta dengan dokter Victor loh! Itu terjadi sebelum kamu kehilangan ingatan," mama Neni kembali melancarkan dustanya.
"Masa sih Mah! Aku tak mengingat sama sekali semua hal tentang Mama Neni dan dokter Victor tapi yang ada bayangan dua tragedi kecelakaan yang mengerikan."
"Udah! Jangan berupaya keras untuk mengingat! Ada waktunya kamu akan mengingat kembali," perintah mama Neni.
"Ya semoga saja Mah dengan terapi yang aku jalani dan obat yang aku konsumsi bisa mengembalikan semua ingatanku dan menyembuhkan ku dari Gangguan Pasca Trauma (PTSD = Post Traumatic Stress Disorder)."
"Semoga saja! Hm, bagaimana kelas akselerasi onlinemu? Dalam minggu ini kan pengumuman kelulusanmu?" Mama Neni mencoba untuk segera mengalihkan perhatian.
"Malah sekarang aku sedang menunggu Alex karena surat pengumuman kelulusan di sampaikan guru wali kelas lewat Alex."
"Permisi!" Suara di balik pintu ruangan VVIP Bougenville.
"Ya, masuk Alex!" Kataku.
"Bagaimana? Anna lulus tidak?" Tanya Mama Neni.
"Maaf Tante Neni! Alex tidak tahu." Jawab Alex.
"Loh kok bisa tidak tahu! Kamu kan yang dititipi surat keterangan lulus tidaknya!" Sanggah mama Neni.
"Iya Tante Neni tetapi kan tersegel di dalam surat." Papar Alex sambil menyerahkan isi surat keterangan padaku.
Akupun menerima uluran surat dari Alex yang berisi keterangan lulus atau tidak dari SMK. "Apa!" Kataku kaget dengan wajah sendu.
"Bagaimana? Lulus tidak?" Tanya Alex dan Mama Neni secara bersamaan.
"Aku tidak lulus!" Jawab ku dengan wajah pilu.
"Benarkah?" Tanya Alex.
"Tapi bohong! Kata ku sambil tersenyum iseng karena berhasil nge-prank Mama Neni dan Alex.
Sambil menjewer telinga kananku dengan gemas dan kesal mama Neni berkata," dasar anak nakal dan usil!"
"Ampun Mah! Sakit jewer nya!"
"Yaudah! Kalian ngobrol berdua dulu ya! Mama Neni mau ke Binatu dulu," kata Mama Neni sambil mengemasi pakaian kotor dan meninggalkanku berdua dengan Alex.
Terimakasih ya Alex,"kamu telah membantuku dalam belajar selama ini sehingga aku sekarang bisa lulus SMK."
"Iya, sama-sama Anna! Terimakasih juga karena kamu telah menyelamatkan nyawa adikku yakni Lusi."Aku sambil menggaruk kepala padahal tidak terasa gatal dan aku berkata kepada Alex,"Ah, jangan membesar-besarkan! Itu hal biasa karena kita sebagai sesama manusia harus bisa melindungi satu sama lain dan tolong menolong.""Tapi itu sangat berarti bagi keluarga kami dan apa yang kami lakukan tidak cukup untuk menebus perjuanganmu dalam menyelamatkan Lusi. Kamu terluka dan bahkan kehilangan ingatan di tambah menderita PTSD (Post Traumatic Stress Disorder atau Gejala Pasca Trauma)." Papar Alex kepadaku dengan mata berbinar."Sudahlah! Jangan mendramatisir seperti drama Korea! Kata-katamu seperti kita akan berpisah saja. Aku tak suka perpisahan!" Tandasku kepada Alex."Kadang pasti kita dihadapkan pada sebuah situasi, memilih untuk bertahan atau memilih untuk berpisah dan itu pilihan dalam kehidupan nyata."Alex berbicara seperti seorang pujangga dan motivator.
Mataku tetap melihat ke arah Alex melangkahkan kaki dan hujan pun turun.Aku meneteskan air mata karena Alex telah memutuskan pergi dan mungkin tak kembali.Perasaan ku sulit dijelaskan dan hatiku sakit.Sulit untuk menerima fakta bahwa aku telah kehilangannya."Anna," panggil dokter Victor."Iya," sahutku."Di sini hujan, ayo kita masuk ke ruang VVIP Bougenville!" Nada lembut dokter Victor mengajakku. Aku pun mengikuti saran dokter Victor.Kami memasuki ruangan VVIP Bougenville dan aku segera berbaring di ranjang Dekubitus."Maka dokter Victor berkata, "Anna, tolong jangan sampai ada pria atau wanita lain di antara kita! Cukup hanya kau dan aku saja, tidak ada yang lain! Mengerti!"Aku mencoba menutupi rasa kehilanganku dan mengangguk mendengar kata-kata dokter Victor walaupun tidak dengan sepenuh hati."Eh, ada dokter Victor!" Sapa Mama Neni."Mama Neni sudah datang? Dari mana saja Mama Neni?" Balas
Di tengah hujan deras dan kilatan petir yang menggelegar, Alex mengayuh sepeda. Tubuhnya yang tinggi tetapi kurus dan mengenakan seragam SMK telah basah kuyup oleh karena derasnya hujan yang mengguyur.Alex meneteskan air mata di tengah hujan. Hujan menggambarkan kesedihan hatinya yakni sudut ruang yang kembali kosong karena telah merelakan Anna menjadi kekasih dokter Victor.Hari-hari nya tak kan terisi dengan senyuman Anna lagi, gadis berkulit kuning langsat dan berambut panjang yang jenius."Kenapa aku membuat keputusan sepihak tanpa bertanya pada Anna? Bagaimana kondisi Anna sekarang? Apakah Anna juga merasakan kesedihan yang sama? Aku menyesal bersikap sebagai pecundang dan pengecut! Aku telah memilih untuk lari daripada menghadapi sebuah masalah. Memang aku tak bisa diandalkan dan benar bahwa aku hanyalah bocah ingusan seperti kata dokter Victor," Celoteh Alex.Alex pun sampai di rumahnya dan memarkir sepedanya. Saat membuka pintu
Sambil duduk di ranjang Dekubitus, aku terus memandangi jendela yang tampak pemandangan taman rumah sakit Martadinata saat siang hari yang sangat terik.Di taman rumah sakit Martadinata, ya tepat di sana, di bawah pohon ceri aku duduk juga menghabiskan waktu bersama Alex. Kami berdua menikmati langit senja memerah di sore hari. Dia yang selalu memetik buah ceri untuk ku dan membantu untuk belajar kelas akselerasi online sampai aku lulus.Dia yang selalu membawakan Rainbow cake untukku. Kini tanpa Alex hidupku tak berwarna lagi. Hari-hari ku kelabu dan suram. Tiada hari tanpa melamun dan membayangkan Alex datang membawakanku Rainbow cake.Sudah beberapa hari Alex tak datang sehingga aku belum sempat memberitahukan tentang perasaan ku yang terpendam untuk Alex."Oh, seandainya waktu bisa terulang kembali," batinku."Anna," panggil dokter Victor."Iya," jawabku."Kamu dengar tidak yang aku bica
"Anna, kamu makan dulu gih! Sebelum jatah makan siang mu di ambil perawat. Buruan!" Bujuk mama Neni.Aku mencoba menghindari makan beberapa hari ini karena tidak nafsu makan sama sekali dan berkata,"aku tidak nafsu makan Mah. Nanti saja aku makannya."Pikiran terforsir untuk Alex sehingga aku tidak ada minat untuk melakukan sesuatu bahkan makan dan mandi. Tanpa Alex, semua terasa berat untuk kujalani seorang diri. Hari-hari ku dipenuhi penantian akan hadirnya."Tuh coba berkaca di cermin! Pipi kamu mulai tirus dan tubuhmu mulai agak kurus karena kamu malas makan. Apa mau mama suapin?" Tawaran dari mama Neni."Jangan khawatirkan aku Mah!" Pintaku."Kalau mama perhatikan, kenapa kamu akhir-akhir ini sering melamun dan jarang menyantap makananmu?" Tanya mama Neni kembali."Aku baik-baik saja kok Mah, ya lagi malas makan saja. Masa aku melamun sih Mah? Nggak kok," aku kembali mencari alasan."Kamu jangan bohong Anna! Kamu ada masalah ya d
Aku menyusuri jalanan kota sambil di bonceng dokter Victor dengan motor sport nya. Dia banyak bercerita namun aku hanya menjawab singkat saja. Saat aku tiba di rumah hatiku masih terasa sepi. Aku berjalan lemas dan lemah lunglai dan memasuki rumahku. Tiap sudut rumah aku tidak menjumpai foto keluarga tetapi aku coba tuk abaikan saja."Mah, aku sudah datang," kataku dan dokter Victor yang baru mengantarku mengikutiku dari belakang."O, kalian sudah datang! Mari cepat masuk ke ruang makan! Mama sudah membuat makanan spesial untuk kalian," kata mama Neni dengan penuh semangat."Baik Ma," kataku."Mama Neni masak apa?" Tanya dokter Victor."Ada banyak makanan terhidang di meja, silahkan duduk di meja makan!" Pinta mama Neni.Aku dan dokter Victor pun segera mengambil posisi duduk yang pas di meja makan untuk bersiap menyantap hidangan.
Bab 17 Mengelola Yayasan Panti Asuhan Cempaka Putih "Kuk-ku-ruyuk!" Suara ayam jago menggema saling bersahutan menyambut pagi. "Kring-kring-kring!" Bunyi jam weker berdering keras memecah keheningan di dalam sebuah kamar minimalis bercat putih. "Duh! Jam berapa sih? Masih ngantuk tapi berisik banget jam weker tua ini." Sebuah tangan terulur dari selimut dan meraih jam weker untuk mematikan suaranya yang bising. Disamping jam weker, terdapat foto Anna yang mengenakan jubah dan topi toga yang menandakan Anna telah wisuda S2 Manajemen Bisnis karena beberapa tahun telah berlalu. "Tok - tok - tok!" Suara ketukan pintu mengusik tidur Anna.
Bab 18: Kunci Dari Segalanya"tik - tik - tik!" suara ketikan komputer memenuhi ruangan yang Anna tempati. Sejenak Anna terhenti tangannya mengetik dan teringat kepada sebuah kenangan manis nan singkat tentang kebersamaannya dengan Alex. Baginya Alex adalah cinta pertamanya yang manis sekejap dan sirna.Sorot mata Selly menyudahi menatap layar komputer dan menyatukan kedua tangan yang tlah pegal mengetik lalu saling mengaitkan jari-jari nya dan menariknya sampai tulang jemarinya berbunyi, "kretek.""Hm … sudah waktunya makan siang!" kata Selly, sosok gadis yang feminim penyuka warna pink hingga meja kantornya penuh meja pernak-pernik warna pink.Suara Selly tentu memecah keheningan dan membuyarkan lamun