Home / Romansa / FATAMORGANA / Bab 2. Kembalinya Ariana

Share

Bab 2. Kembalinya Ariana

Daiva Gayatri Maheswari, menjadi pusat perhatian para pengunjung di cafe restoran pagi ini. Kecantikannya yang begitu mencolok mengundang para tamu memuji dan menjadikan dirinya bahan obrolan di cafe restoran di mana dia bekerja.

Perempuan yang mempunyai bentuk tubuh body goal dengan tinggi yang proporsional itu mengangguk ramah ke para pengunjung yang menyapanya. Bahkan ada yang berebutan mau dilayanin dan dibawain makanan ke mejanya.

Hari ini suasana cafe lumayan rame pengunjung. Setelah briefeng 15 menit, semua karyawan langsung disibukkan dengan pekerjaan masing-masing.

Kesibukkan hari ini membuat ku sesaat lupa kalau hari ini sudah ada janji dengan penagih hutang, untuk menebus Ariana dan membawanya pulang. Sungguh capek kurasakan hari ini, belum ditambah ada yang ngilu kurasakan akibat pekerjaan tadi malam.

"Daiva, tolong bawa ini ke meja no.7, ya." Mbak Dina selaku koki di restoran menyodorkan beberapa gelas minuman dingin dan sebungkus potato berukuran besar untuk di bawa ke pelanggan di meja nomor tujuh.

Dimana beberapa cowok matang berkumpul setiap jam pulang kerja.

"Key, gabunglah sama kita. Sehabis dari sini kita ngmpul yuk di bascamp." Suara Lazuardo, cowok yang cukup matang di usia 30 tahun itu menyesapkan minuman yang baru diantar.

"Maaf, permisi," ucapku sambil menaruh beberapa gelas minuman yang mereka pesan. Terakhir aku taruh sebungkus potato berukuran jumbo di samping minuman dingin itu.

Dengan tetap menunduk aku mengangguk hormat pada mereka tanpa menatap satupun personil cowok-cowok matang yang masih singel itu.

"Aku nggak bisa gabung hari ini, sudah ada janji sama anak buah, lumayan dapet recehlah dikit-dikit." ucap cowok yang di panggil Key itu.

"Bisnis apa kamu, Key? Jadi juragan penagih hutang," serentak sekumpulan cowok-cowok singel itu terbahak mentertawakan temannya atau lebih tepatnya, Key itu bos mereka. Orang paling kaya di antara cowok-cowok itu.

"Memang kenapa kalau Aku jadi juragan penagih hutang, tetap halal kok." Jawab cowok yang bernama Key itu santai. Sambil menyesap minuman dinginnya.

Aku sempat menahan napas mendengar suara juragan penagih hutang diucapkan. Apalagi suara itu seperti familiar di telingaku. Ingat penagih hutang, aku langsung merapikan semua pekerjaanku. Hari ini aku shif pagi, jadi bisa pulang sore. Dari sini aku langsung jemput Ariana.

Berpikir sebentar, lebih baik di kasih cek aj apa dicairin. Mungkin lebih amannya dikasih cek saja, toh itu ceknya asli ada tanda tangannya juga si empunya cek.

"Daiva! Sudah mau pulang?" Aku menoleh lalu mengangguk.

"Iya, Mbak. Aku duluan ya," seruku sambil mengapit tas kerjaku di pundak. Mbak Dina hanya melambaikan tangan padaku.

Kulewati sekumpulan cowok-cowok itu, ada yang noraknya setengah mati, pake bersiul-siul segala.

Kuapit tasku dipundak. Di dalam tas ini bukan hal yang main-main. Ada cek senilai 100 juta. Kalau sampai dicopet apa di jambret alhasil sia-sia semalam aku sudah dikrek sama laki-laki hidung belang.

Lumayan lama juga bus langgananku nggak datang-datang. Terdengar suara riuh dari jalan raya. Terlihat beberapa cowok yang di cafe tadi berisik di sebuag alphar mewah yang di kemudikan cowok lumayan ganteng. 

Alphard itu tepat melintas di hadapanku.

"Hai, Gadis ... mau nebeng nggak?" Aku bergidik melihat tingkah mereka kayak ABG saja. Spontan aku menggelengkan kepala.

Mereka berlalu dengan berisik, bertingkah ala ABG milenial. Tidak malu sama umur. Berlalunya sekumpulan cowok nggak jelas itu berlalu juga aku dari tempat itu karena bus langgananku sudah datang.

******

"Kenapa cek? Kamu cairin dulu sana!"

Aku mendengus kesal. Menatap nanar ke arah dua laki-laki besar itu.

"Ini cara paling aman, kalian pikir kalau dicairin Aku nggak di rampok apa? Di pikir uang 100 juta cm selembar daun kelor!" sungutku marah.

"Ini asli! Ada tanda tangannya, kan? Kalau nggak percaya, panggil saja bos kalian, pastinya dia lebih pintar dari pada kalian." lanjutku.

Ke dua laki-laki itu diam sesaat lalu akhir manggut-manggut.

"Sudah mana adikku! Aku sudah lunasi hutangnya, jadi kembalikan adikku dan jangan pernah ganggu kami lagi!"

Terdengar tapak kaki dari dalam ruangan itu. Dari semenjak datang, aku sama sekali belum melihat sekelilingku. Ternyata rumah ini besar sekali. Bangunannya ala rumah-rumah di dalam drama China dan Korea. Aku yakin Ariana betah sekali di sini.

Pandanganku terbentus sosok kurus, tinggi, langsing, dan cantik. Masih pake pakaian putih biru. Seketika aku tubruk gadis kecil itu.

"Ariana!"

"Kakak!"

Kupeluk dia erat-erat. Rasa rindu dan khawatir hampir 3 hari ini dia di culik sama penagih hutang itu, membuatku tidak bisa beraktivitas normal. Ayah dan ibu selalu berpesan untuk selalu menjaganya sampai dia dewasa kelak.

Maka dari itu aku menghabiskan hari-hariku hanya untuk bekerja membiayai semua pendidikan dia dan kebutuhan kami. Termasuk menggadaikan kehormatanku demi menebusnya dari para penculik itu.

"Kamu, tidak apa-apa, kan?" Mari kita pulang." Aku meneliti kondisi badan adikku dari bawah sampai atas, sebelum akhirnya ku gandeng tangannya untuk pergi dari tempat itu.

Tak kuhiraukan sepasang mata itu memperhatikan kami sedari tadi. Aku terus keluar dari rumah itu menuju hatel bus. Mungkin saja yang memperhatikanku itu bosnya para penagih hutang iti. Yang selalu mereka sebut Juragan Penagih Hutang.

"Di rumah itu, enak tahu, Kak." kata Ariana dalam perjalanan pulang.

"Hush! Di culik kok enak, Kamu di kasih makan nggak?" tanyaku sambil menekan kepalanya biar bersandar di pundaku, ketika kami sedang naik bus.

"Ih, memang enak, Kak. Ariana setiap hari di kasih makanan enak, tidur di kasur yang empuk, bisa berenang tiap hari." Celoteh adikku panjang kali lebar.

"Masa iya begitu, kamu kan lagi di culik?" Ariana hanya mengangguk. Mulutnya berkali-kali menguap dan akhirnya dia tertidur pulas di pundakku.

Apa iya, Ariana seenak itu hidupnya di rumah besar itu. Dia kan di culik, apa mungkin si penculik sebaik itu? Sampai-sampai memperlakukan Ariana seperti bukan korban penculikkannya. 

Akh- entahlah, aku sudah nggak mau mengingat-ingat peristiwa ini. Peristiwa yang mengharuskan aku mengorbankan mahkotaku. Yang terpenting sekarang, semua sudah kembali normal. Jangan sampai aku terjerat kembali dengan si penagih hutang.

Tapi ... apakah aku harus berterima kasih pada laki-laki itu? Laki-laki semalam yang sudah memberikan cek senilai 100 juta, yang sudah mengambil kevigirnan ku. 

Yah! Dia lah orang pertama yang menyentuh ku dan mengambil mahkota ku. Haruskah dia ku jadikan suamiku. Karena sudah menodai ku? Bukannya semua berbanding dengan uang 100 juta itu?

Akh- sudah, lah! Itu sudah nggak penting, yang terpenting sekarang, semua masalah ini sudah selesai.

Di rumah mewah itu,

"Ini Juragan! Gadis itu memberikan cek sebagai gantinya untuk menebus adiknya." Salah satu anak buah penagih hutang itu, menyodorkan selembar cek senilai 100 juta.

Laki-laki yang di panggil dengan sebutan juragan itu, mengambil cek itu dan menyipitkan matanya. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat apa yang tertera di kertas yang berisikan uang sebesar 100 juta itu.

Di situ, ada tanda tangan miliknya.

"Gadis semalam!" gumamnya sambil meremas cek itu. Anak buahnya kaget seketika melihat perubahan bosnya.

Gigi laki-laki itu gemeletuk menahan amarah .

"Ternyata, dia gadis yang semalam!" gumamnya sekali lagi dengan dengusan kasar. Ketika mengetahui bahwa yang adiknya di culik adalah gadis yang semalam ia beli dengan cek seharga 100 juta.

Itupun semalam dirinya dalam keadaan mabok melakukan tawar menawar atau transaksi dengan wanita itu. Mungkin  kalau dalam keadaan normal dia akan menolak membeli gadis itu seharga 100 juta.

"Antar Aku ke alamat gadis itu!" ucapnya sambil berdiri dengan raut muka marah. Anak buahnnya segera mengiyakan perintah bosnya. Karena kondisi bosnya sudah tidak wajar lagi, tidak mungkin dia bertanya panjang lebar.

"Akhirnya, ku temukan juga kamu! Aku tidak akan melepaskan kamu lagi kali ini!" ucap  laki-laki itu pada dirinya sendiri.

Dia merasa Daiva Gayatri Maheswari harus bertanggung jawab atas dirinya, bahwa gadis yang di renggut keperawanannya itu sudah membuat dirinya mabok kepayang.

******

BERSAMBUNG

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status