Home / Romansa / FATAMORGANA / Bab 5. Posesif

Share

Bab 5. Posesif

Aku terduduk lemas di samping taman. Tanganku yang thremor benar-benar tak mampu aku kendalikan. Lemas terkeluai di sebelah badanku. Nafasku masih terlihat turun-naik belum terarur. Rasanya aku seperti mimpi, sekarang hidupku setiap hari harus berurusan dengan laki-laki yang sakit mental.

Selang beberapa menit aku sudah kembali ke tempat kerjaku. Mbak Dina yang melihat wajahku tiba-tiba memucat mendekatiku.

"Daiva, Kamu sakit? Kok wajah Kamu pucat begitu?" tanyanya cemas, sambil memegang keningku. Lumayan agak sumeng sich. Cuma itu bukan sakit. Aku kaget dengan tragedi tadi, tragedi yang diciptakan orang yang mentalnya sakit. Cakep-cakep kok sakit jiwa!

"Nggak kok, Mbak. Hanya sedikit demam, mungkin kecapekan karena semalam kurang istirahat dengan baik." jawabku sambil tersenyum, terus merapikan semua pekerjaanku.

"Apa, Kamu mau izin pulang duluan? Nanti Mbak sampaikan sama pengawas!" suaranya kembali dengan nada penawaran. Aku menggelengkan kepala lemah.

"Nggak usah, Mbak. Lagian sebentar lagi, shifku juga sudah habis. Nanggung,"

Dan wanita yang usianya terpaut 5 tahun di atasku itu hanya menghela nafas mendengar jawabanku lantas berlalu ke dapur.

Ku tebarkan pandanganku ke seluruh ruangan. Perkumpulan sekelompok laki-laki jomblo itu sudah tidak ada. Ternyata selama ini aku sudah terlalu dekat dengan orang sakit jiwa itu, tapi kenapa aku nggak menyadarinya?

Oh, hidupku! Kenapa sekarang harus berurusan dengan orang phisycophat kayak dia. Rasanya sudah nggak ada tenang-tenangnya lagi. Dan lebih mirisnya, orang inilah yang merenggut mahkotaku. Rasanya aku ingin mendatangi laki-laki itu dan mencabik-cabik mukanya, mencincang tubuhnya lalu aku buang ke sampah! Sadis, kan?

Tepat jam 3 sore, aku sudah meninggalkan cafe tempatku bekerja. Hari ini rasanya aku ingin segera sampai di rumah dan melemparkan tubuh lelahku ke pembaringan. Rasanya untuk beberapa hari belakangan ini, tubuhku kurang asupan yang maksimal. 

Semenjak peristiwa malam laknat itu, seolah tubuhku seperti sugesti, selalu merasakan kekelahan. Bahkan selera makanpun menurun drastis. Apalagi sekarang setiap hari diteror laki-laki sakit jiwa itu.

Mungkin besok, aku harus memanjakan badanku dan juga asupan makanan Ariana. Sudah hampir sebulan aku tidak berbelanja ke supermarket untuk keperluan dapur. Besok jadwalku off, sebaiknya aku mengajak Ariana pergi belanja ke supermarket. Sekalian memanjakan sedikit adikku itu.

Hampir 15 menit aku menunggu bus langgananku, namun belum kunjung datang juga. Kulirik jam di pergelangan tanganku sudah hampir setengah 4 kurang 15 menit. Biasanya nggak selama ini, mungkin jalanan macet. 

Tanpa kusadari sebuah Alphard sudah mendarat mulus persis di depan halte tempatku duduk. Aku yang sibuk dengan ponselku tak begitu mempedulikan mobil itu. Apalagi pemiliknya. Ada urusan apa aku dengannya, sampai aku harus repot-repot menyapa?

Alangkah terkejutnya aku ketika seseorang itu sudah menarik tanganku dan mendorong paksa badanku masuk ke jok mobilnya. 

"Eh! Siapa Ka-"

Aku tak melanjutkan ucapanku yang bernada pertanyaan itu, ketika ku sadari siapa yang menarikku lantas mendorong badanku dengan paksa masuk ke mobilnya.

Belum sempat aku membuka mulut, laki-laki itu sudah nengambil alih tangannya untuk membantuku memasangkan sabuk pengaman. Ku tahan napas sebentar ketika wajahnya bertemu dengan wajahku dan kulit kami bersinggungan. Aroma eskulin yang lembut menguar dari badannya. Membuatku sesaat terlena.

"Akh-! Sial! Kenapa aku selemah ini ketika berhadapan dengannya. Di mana aku yang tadi pengan mencabik dan mencincangnya. Itu hanya kehaluanku yang tingkat dewa. Nyatanya setelah di hadapannya aku luluh lantak. Nggak bisa berkutik sama sekali." Batinku terus berucap tak karuan.

Laki-laki itu menjalankan mobilnya dengan tidak sabar. Berkali-kali ngerem mendadak dan hampir menabrak orang. Aku tidak begitu paham, sebenarnya mau dibawa kemana. Tapi ketika aku sadari akh nemasuki kawasan oerhotelan dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi atau lebih tepatnya kawadan apartemen, darahku langsung berdesir. Rasanya jantungku mau copot. Jiwaku memberontak keras.

Ada trauma sendiri akh dengan tempat seperti ini. Kejadian malam itu tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam benakku. Dan ketika laki-laki itu menghentikan mobilnya dengan kasar, lalu menyuruhku turun, aku masih terpaku. Ada rasa gelisah di hatiku. 

Oh Tuhan! Apa dia mau jadikan aku tumbal lagi?

"Eh! Ayok, turun!" ucapnya dengan nada ketas. Dengan nggak sabar dia melepaskan sabuk pengamanku dan menarik paksa aku keluar dari mobilnya.

"Ki-ta, mau ngapain ke sini?" suaraku gugup dan bergetar. 

Laki-laki itu dengan cueknya melangkahkan kakinya menuju pintu masuk lobi. Setelah terlebih dulu memberikan kunci pada penjaga keamanan untuk memarkirkan mobilnya.

Lelaki itu berhenti sesaat ketika menyadari aku tertinggal jauh di belakang atau lebih tepatnya memang aku berhenti berjalan dari tadi.

"Eh! Kok malah berhenti?!" ucapnya dengan tidak sabar lalu menghampiriku dan menarik pergelangan tanganku.

"Kita sebenarnya mau ngapain di sini?" Sekali lagi aku mengungkapkan pertanyaan. Ada rasa ketakutan di binar mataku.

"Nanti juga kamu tahu sendiri." ucapnya datar, dengan masih menarik atau lebih tepatnya lagi menggandeng tanganku.

Sesampainya di dalam lobi, di depan meja resepsionis, laki-laki ini sudah disambut dengan senyuman manis manager apartemen.

"Selamat Sore, Pak Key," sapanya sambil tersenyum dan tidak lupa matanya yang jelalatan itu mampir ke paha mulusku yang hanya memakai rok mini di atas dengkul. 

Laki-laki yang disapa dengan panggilan pak Key itu hanya mengangguk dengan wajah dingin dan mengetatkan tubuhku merapat ke badannya, ketika melihat mata manager apartemen itu menjelajah ke pahaku tanpa berkedip.

Sesampainya di apartemen, aku baru ngeh kalau itu apartemen dia. Ternyata selama ini, laki-laki ini tinggal di apartemen.

Aku masih diam terpaku, berdiri di depan pintu yang menghubungkan dengan ruang tamu. Sedang, laki-laki yang bernama Keyko Khayang Gumelar itu, masih di dalam kamarnya. Aku tahu namanya itu juga dari foto wisudanya yang terpampang di dinding.

Aku menyapukan kembali pandanganku ke seluruh ruangan. Berjalan melihat ke arah dekat kaca jendela. Kunikmati nyamannya apartemen orang kaya. Tak kusadari kalau si empunya apartemen sudah berdiri di belakangku.

"Lain kali, jangan pakai, pakaian minim begini!" suara tenornya mengagetkan aku.

Reflek aku menoleh dan membalikkan badan. Di belakangku sudah berdiri tegap laki-laki itu, dengan penampilan yang sempat membuat aku menahan napas saking terpesonanya.

Keyko khayang Gumelar, laki-laki yang pertama kali mengambil mahkota dalam hidupku, itu kini berdiri tepat di hadapanku di dalam gedung apartemennya. Bahkan aku seperti gadis bodoh yang mau ditarik sana tarik sini oleh seorang Keyko.

Entah, perasaan apa ini. Apakah secepat itu aku jatuh cinta pada laki-laki yang sakit mental seperti dia? Oh, tentu tidak! Tidak semudah itu. Saat ini yang kurasaka sama laki-laki ini adalah ketakutan yang luar biasa. 

Setiap dia dekat denganku sepertinya orang ini punya gairah yang luar biasa. Jadi serem sendiri dekat dengannya. Bentar-bentar main tubruk, main cium. Sudah persis aku ini hanya dimanfaatkan olehnya.

"Eh! Kok malah diam aja!" Kembali suaranya mengagetkanku.

Keyko melangkah mendekatiku,tapi aku beringsut mundur ke belakang. Mungkin laki-laki itu gereget sama sikapku. Diraihnya tubuh kecilku dengan kasar. Tapi aku langsung mengelak. Lari ke arah pintu. Berniat mau kabur. Tapi apa dayaku. Aku hanyalah wanita lemah. Sejauh-jauhnya lari tetap juga aku tertangkap.

"Lepasin!" kataku sambil meronta dari dekapannya. Bukannya dilepasin pria itu malah menggendongku, membawanya ke kamar tidurnya. Aku semakin ketakutan.

"Aku nggak mau jadi budak nafsumu!" teriakku sambil meronta-ronta dalam gendongannya.

Dihempaskannya dengan kasar tubuh kecilku yang ringkih ke ranjangnya yang empuk. Mau seempuk apapun itu. Tetap aku merasakan ngilu di sekujur tubuhku.

Aku menyingsut ke belakang, semakin kebelakang ketika Keyko mendekatiku. 

"Ja-ngan, lakukan itu lagi!" ucapku ketakutan.

******

BERSAMBUNG

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status