Aku semakin ketakutan melihat badannya mendekatiku. Kupeluk erat bantal yang menutupi dadaku. Kaku-laki semaki mendekat dan menghimpit dadaku. Menindih tubuhku.
Aku menahan napas kuat-kuat, ketika wajahnya bersinggungan dengan wajahku, dan napasnya sudah menyatu dengan napasku.
Kali ini dengan begitu lembut dia meraih kepalaku, menekannya perlahan agar bibirku tidak lepas dari bibirnya.
Entah kesurupan setan dari mana, aku yang tadinya menolak dan memberontak menjadi lebih agresif dan liar. Aku raih dengan sedikit memaksakan, melingkarkan tanganku ke lehernya, agar dia tidak melepaskan pagutannya di bibirku.
Ku jelajahi rongga-ronga mulutnya. Kusesap dan kuhisap lidahnya yang panas. Dan kulumat dengan sepenuh perasaan bibir simetrisnya yang begitu sangat menggairahkan.
Tanpa berpikir dua kali, laki-laki yang bernama Keyko Khayang Gumelar itu, menjelajahi setiap jengkal kulit tubuhku dari atas sampai bawah. Sedikitpun tidak membiarkan lolos dari lidahnya.
Aku terhanyut,terbawa dalam jebakan mautnya. Kupejamkan mata nenikmati setiap sentuhannya. Semakin lupa diri hingga aku menjerit manja yang membuat Keyko semakin ganas, tak mempedulikan apa-apa lagi.
Sesuatu yang ada di dadanya sudah sangat membutuhkan penuntasan. Dan akhirnya dengan jeritan erotisnya, Keyko menggigit kuat-kuat bibir sensualku yang kurasakan begitu pedih dan perih. Ditinggalkannya kismark beberapa hisapan di leher dan di dadaku.
Bahkan tanpa sadar dari mulut Keyko keluar kata-kata yang sangat ku harapkan.
"I love you, Sayang." Dengan napas tersengal Keyko terkulai lemas di samping tidurku dengan masih memeluk dada telanjangku.
Lagi-lagi aku kalah dan menyerah. Aku mencaci dan memaki diriku sendiri. Bahkan aku mengutuk dan merutuk terus di dalam hatiku untuk diriku sendiri.
Menikmati bercinta dengannya membuatku seperti orang mabok cinta. Kecanduan dan ketagihan terus.
Kurasakan tangan kekarnya mengelus dan membelai punggung telanjangku yang berkeringat. Di sematkannya satu kecupan lembut di keningku, yang membuat aku terhenyak.
Entah apa yang ada di benaknya. Yang pasti dirinya selalu butuh pelampiasan nafsunya. Namanya juga hidung belang.
Sekali lagi aku memejamkan mataku, menikmati permainannya. Sekilas teringat malam pertama bertemu dengannya. Sama persis dengan yang terjadi hari ini. Aku juga menikmatinya persis seperti aku menikmati proses hari ini.
Ketika aku sadar dan kembali ke alam sadarku, sudah tak bisa kuelakkan lagi, bibir kokoh itu menerobos masuk kembali ke rahang-rahang gigiku. Aku hanya kembali memejamkan mataku lantas dengan cueknya, aku tertidur di dalam pelukannya dengan nyenyak. Tanpa merasakan betapa dia sangat meyayangiku. Berkali-kali di daratkannya ciuman dan kecupan itu di keningku. Dengan lembut di raihnya tubuhku yang terlepas tidur di sembunyikan di dalam dekapannya.
******
Dengan masih memejamkan kata, aku menggeliatkan badanku yang terasa sangat lelah dan ngilu. Kurasakan tubuhku masih sangat terhimpit oleh tubuh kekarnya. Dadanya masih menrmpel di pipiku.
Kudongakkan kepala, mataku terbentur dengan binar kelam matanya yang mempesona. Tak tahu dari mana awalnya, laki-laki itu merejamku dalam pesona cintanya. Direngkuhnya tubuh kecilku semakin melekat ke tubuhnya.
Kali inj aku tidak berusaha mengelak atau memberontak. Aku biarkan begitu saja, dia berbuat sesuka hatinya. Mungkin dalam pikirannya, aku ini hanya seorang yang suka menjajakan diri dengan lelaki hidung belang.
Tapi ... kalau boleh jujur, beberapa jam yang lalu, setiap sentuhannya adalah ketulusan yang hadir dari hatinya. Salahkan aku? Menafsirkan sikapnya itu?
Ah entahlah, aku nggak mau salah paham dan terperosok ke dalam perasaan yang hanya sepihak ini.
Terperosok?
Bukannya, aku sudah terperosok jauh dalam jebakannya. Hingga aku nggak bisa nenolak, bahkan menikmatinya atau malah seperti tidak rela kalau laki-laki ini menyudahi permainannya.
Disaat batinku sedang berkecamuk ke sana kemari, dering telpon terdengar dari ponsel genggamku yang terletak di atas nakas. Dengan cepat ku raih benda pipih tersebut, dan duduk membelakangi Keyko, hanya dengan melilitkan selimut di tubuh polosku.
"Hallo, Kalingga!" sapaku mengawali pembicaraan di line telpon itu.
Ada yang membuat dada Keyko sesak ketika diketahuinya si penelpon itu seorang laki-laki. Didekatinya perempuan yang sudah membuatnya mabok kepayang itu, lalu dilingkarkannya tangan kekar miliknya ke pinggangku.
Agak tersentak Aku menyadari laki-laki perkasa itu sudah, ada di sampingku meski masih dengan berbaring. Kubiarkan saja tangannya mengaput pinggang rampingku.
""Hallo Daiva, Kamu di mana? Aku jemput ya?"
Belum juga aku menjawab pertanyaan Kalingga, tiba-tiba Keyko sudah menyambar ponsel genggamku dan memencet tanda loudspeker. Kemudian kembali mengembalikan benda pipih itu ke tanganku.
"Aku jemput, Kamu ya," suara Kalingga terdengar lagi dengan nada berharap.
"Eh! Nggak usah, Kalingga! Aku sudah pulang! jawabku setengah menjerit karena terkejut.
"Kalau gitu, Aku ke rumah Kamu, ya Daiva?"
Tiba-tiba benda pipih itu sudah disambar lagi oleh Keyko. Tapi kali ini line telpon itu dimatikan sekaligus dinon-aktifkan sama dia. Aku terkejut dan menoleh ke arahnya yang sudah duduk di sampingku.
"Siapa dia?" tanyanya dengan nada dingin, muka yang beberapa menit yang lalu terlihat hangat dan lembut kini berubah menjadi tajam menakutkan.
"Teman," jawabku singkat.
"Teman yang juga sudah meniduri Kamu?" tanyanya tanpa perasaan. Dan pertanyaan itu membuat mukaku merah padam.
"Kamu-!" ucapku dengan kemarahan mutlak. Tangan yang sudah kuangkat untuk menampar dia, urung ku lakukan.
"Huft!" Aku mendengus kesal.
"Aku tidak murahan!" jeritku kesal sambil mengusap pipiku dengan kasar karena lelehan kristal bening.
"Nyatanya, malam itu kamu tidur sama Aku dengan cek 100 juta."
Ya ampun, pria ini tanpa basa-basi mengungkit kusah malam itu.
"Kamu! Yang pertama mengambilnya! Mengambil mah-"
Belum juga aku selesai melanjutkan kalimatku. Pria itu sudah mengacak anak rambutku hingga berantakan.
"Ya, sudah! Ayo kita mandi, habis itu Kita makan." ucapnya sambil ngeloyor ke kamar mandi.
Aku hanya termangu melihat laki-laki itu merasa nggak punya dosa, pergi begitu saja setelah ngucapin kata-kata sadis.
Eh! Ayok! Mandi Aku bilang!" teriaknya dari dalam kamar mandi.
Karena masih melihat aku hanya berdiri termangu, dengan gemas dia keluar dari kamar dan menggendongku.
Ada teriakan manja dari bibirku. Mungkin seumur hidup aku, baru kali ini aku diperlakukan laki-laki seperti ini.
******
BERSAMBUNG
Drtttt ... drttt ... Dering telpon itu milikku, tapi dengan cepat ada tangan seseorang yang menyambar ponsel genggamku. Dan aku tahu betul siapa orang itu. Di gesernya ikon yang berwarna hijau itu, dan terdengar suara riang di ujung seberang telpon. "Kak! Mau jam berapa pulang?" Ariana mau belajar kelompok sama Alvin ya?" Klik! Telpon terputus tanpa memberi kesempatan si empunya telpon untuk berbicara barang sekata dua kata. Keyko kembali menaruh ponselku di atas nakas. Dan kurasakan jari-jemarinya yang kokoh sudah meremas pinggangku dengan lembut. Akh-, kalau aku terus bersamanya sepanjang hari pasti aku akan jadi budak sex-nya. Walau tak bisa kupungkiri aku menikmatinya. Tapi nggak bisa seperti ini terus. Aku akan kelihatan seperti murahan di matanya, hanya untuk menebus cek senilai 100 juta itu. Siapa suruh waktu itu mau transaksi denganku. Akh-, brengsek! Memang. Aku terjebak dengan permainan laki-laki hidung belang
Aku meringis merasakan tamparan yang begitu keras itu. Aku yakin, 5 jari perempuan ini sudah membekas di pipi kananku."Stella!" Teriakan Keyko mengglegar membuatku sesaat terperanjat. Tapi tak mengurangi emosi wanita yang sedang gelap mata ini."Dasar perempuan murahan! Pelacur! Enyah aja kamu dari muka bumi ini!"Rambutku tiba-tiba di jambak, ditarik bahkan badanku yang setengah bugil itu diunyel-unyel di kasur Keyko.Keyko geram, karena teriakannya tidak di hiraukan oleh perempuan yang tiba-tiba datang tanpa membunyikan bel pintu itu."Stella! Hentikan!" Teriaknya lagi, kali ini dia segera memakai celana pendeknya dan meraih badan perempuan yang ia panggil setella itu dari atas badanku."Plak! Plak!"Tamparan itu telak di muka kanan-kiri gadis itu. Hampir terhuyung dari tempat berdirinya, perempuan yang bernama stella itu.Aku segera merapikan bajuku yan awalnya bugil oleh Keyko dan kini acak-acakan oleh Stella.Gadis
"Lepasin Aku!" pintaku dengan sengit dan memberontak. Tapi tangan itu begitu kuat, padahal satu tangan sedang menyetir. "Ternyata, Kamu ada hubungan juga sama Kalingga, ya? Kamu tahu siapa dia? Adikku!" Uh- Rasanya mau pecah kendang telangaku mendengar teriakannya yang histeris. "Ada hubungan apa kamu dengan adikku?!" Lagi-lagi suaranya memekakkan telinga. "Teman." Teman tidur, heh!" Sungguh suaranya bercampur emosi semakin membuat nyaliku ciut. "Hanya teman. Kamukan yang pertama kali tidur denganku. Kamu juga yang sudah merenggutnya." kataku lagi membuat dia, Keyko terdiam ketat mengatupkan bibirnya. Setelah mendengar ucapanku yang terakhir itu, tiba-tiba suara hening. Mobil pun tak sengebut tadi. Aku juga ikut terdiam, sesekali aku curi pandang ke arahnya. "Sudah berapa lama kamu kenal adikku?" Tiba-tiba suaranya memecah kesunyian. Matanya tetap lurus sambil tangannya masih menyetir mobilnya. "
"Kamu kenal wanita itu di mana?" tanya Kalingga dingin. Wajahnya seperti membeku. Kupicingkan mata ke arahnya. Pria yang kukenal hampir satu tahun setengah itu seolah berubah. Ada yang aneh menurutku. Kalau berwajah dingin begini nggak ada bedanya dengan kakaknya yang brengsek itu. "Nggak akan ada wanita yang mencarimu, jika hubunganmu dengan Keyko belum jauh." Lagi-lagi datar nada pertanyaan itu. "Sejauh mana hubunganmu dengan Keyko? Sudah pernah tidur bersama?" Deg! Insting laki-laki ini hebat! Luar biasa! Bahkan aku belum sepatah pun memulai cerita tentang aku dan Keyko. Tapi dia sudah sejauh itu menebaknya. Dan seperti paham tentang sifat kakaknya yang hidung belang itu. "Kakakku suka jajan hampir tiap malam. Hanya untuk pelampiasan dan main-main. Tak jarang banyak wanita yang terbawa perasaan setelah tidur sama Keyko. Mereka akan mengejar-ngejar Keyko sampai dapat. Jadi tak heran kalau tiba-tiba ada wanita yang datang ke rumahmu d
"Biarkan, dia pergi! Dia salah apa sama, Kamu? Sampai menyiksanya begitu?" "Jadi, Kamu tahu, kemana dia pergi?" Kalingga hanya menggeleng sambil merapikan berkasnya yang berserakan. Dari dulu dia memang anak papa mama. Selalu menjadi kebanggan. "Memangnya, dia punya hutang berapa sama Kamu?" Keyko menatap tajam ke arah adiknya. Ada yang berdesir aneh ketika dia menyadari, mungkin gadis itu sudah cerita banyak dengan Kalingga. "Apa dia sudah banyak yang diceritakan padamu?" Kalingga hanya terkekeh mendengar ucapan yang bernada sinis. "Nggak ada. Dia nggak pernah cerita apapun itu. Tapi kemarin, cewek koleksi kamu datang kerumahnya dan menampar Daiva." Hampir tersedak Keyko, waktu mendengar perkataan adiknya. Air mineral yang sedari tadi disesapnya ditaruh begitu saja. "Stella, maksudmu?" Keyko menatap serius ke arah manik adiknya. "Terus siapa lagi yang begitu t
Jantungku berdebar keras, dengan tangan yang tiba-tiba thremor. Aku terhuyung beringsut ke belakang. Tapi laki-laki yang sudah menubrukku itu, buru-buru meraih tubuhku. Menyangganya agar tidak jatuh. Ada senyum misterius di sudut bibirnya. Oh Tuhan! Jauh-jauh aku ke sini menghindari dia, kenapa malah ketemu di sini? Rasanya, aku ingin menjerit minta tolong sama orang-orang di sekitarku, kalau hidupku sudah sangat terancam dengan keberadaan laki-laki ini. "Apa kabar, Daiva Gayatri Maheswari?" suaranya membuat aku menelan salivaku yang sedari tadi kering kerontang. Ada warna pias di wajahku melihat keberadaan laki-laki ini. Kakiku seakan lumpuh dan tak bisa digerakkan ketika dia mendorongku keluar dari supermarket kecil itu. Digiring menuju parkiran di mana mobilnya di sana. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti titahnya. "Sejauh apapun Kamu menghindar bahkan menghilang dariku, Kamu tak akan pernah berhasil. Karena ini sudah
Aku masih di buat terpana oleh mereka berdua. Sebenarnya, hubungan apa yang mereka miliki sampai seakrab itu? Teman, saudara atau malah ...? Akh! Entah, lah! Aku nggak mau pusing ngurusin urusan orang. Hanya saja, kenapa sich? Lagi-lagi harus dengan laki-laki ini, aku berurusan. Rasanya duniaku tu sempit sekali. Apa ini yang disebut takdir, atau malah mala petaka aku bertemu Keyko Khayang Gumelar. Seandainya bukan dia yang disebut Juragan Penagih Hutang, atau bukan dia yang menculik adikku, atau malah saja bukan dia orang yang pertama kali mengambil mahkotaku dan membeliku, mungkin aku orang yang paling bahagia saat ini bisa bertemu bahkan bisa merasakan sentuhan laki-laki tampan itu. Tapi ... Karena peristiwa-peristiwa itu, aku seperti trauma dengan kebetadaannya. Ketakutan itu selalu menghantuiku saat aku entah sengaja atau tidak bertemu dengannya. Huft! Aku agak tersentak mendengar gelak tawa dari mulut mereka. Renyah sekali obrolan mereka.
Aku meremas pipiku yang barusan ditampar dengan kejam. Kulit bak bayi itu langsung membiru. Aku ingin meringis sakit, tapi kutahan karena nggak mau kelihatan lemah di depannya. Semua orang yang melihat kejadian itu sesaat menghentikan aktivitasnya, hanya sekedar untuk melihat apa kejadian selajutnya. "Jasmine!" Suara Adrian mengglegar memenuhi ruang pasar yang luas itu. Cowok itu mendekati perempuan bernama Jasmine itu. Sedang aku masih memegangi pipiku yang langsung berwarna biru lebam itu. Keyko menariku dalam pelukanya beruhasa melindungi aku dari wanita yang tak ingin kukenal sama sekali. "Oh! Dasar perempuan murah! Laki-laki mana saja bisa memelukmu! Apa ini permainan kotor kamu!" "Plakk!" Adrian tak segan-segan lagi melabuhkan satu tamparan itu di pipi Jasmine. "Adrian!" pekik Jasmine sambil memegangi pipinya yang barusan di tampar oleh Adrian. Ada air hangat di pelupuk matanya yang siap jatuh membasahi pipinya. "