Aku terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Kurasakan ada yang ngilu di bagian bawah selangkanganku. Dengan ringisan menahan rasa sakit aku mencoba turun dari ranjang empuk yang semalam menerbangkan daya imaginasiku ke awang-awang.
Kulirik sosok pria di sampingku. Pria yang sudah merenggut mahkota yang selama 26 tahun ini kujaga dengan penuh perjuangan. Akhirnya harus kuserahkan pada laki-laki hidung belang seperti dia.
Wajah tampan laki-laki itu kharismatik. Ada guratan kebahagiaan di wajah yang menampakkan pesona laki-lakinya. Harus ku akui, pria ini luar biasa, selain tampan, wajah itu menunjukkan aura yang membuat jantung setiap perempuan berdebar keras saat melihatnya. Bahkan akan membuat para wanita berhalusinasi tingkat dewa, membayangkan ketika tubuh kekarnya itu mendekap dan menerbangkan daya khayalnya ke awang-awang.
Tetapi ketika ku lihat ada bercak darah di bawah tempatku berbaring, seketika itu hatiku tertusuk. Seolah ada ribuan jarum merejam di sana. Tanpa ku minta kristal bening itu sudah meleleh di pipi tirusku.
Seharusnya mahkota ini ku serah kepada laki-laki yang pertama kali duduk di depan penghulu dan bersumpah janji mengikatku dalam pernikahan yang sakral. Bukan malah, laki-laki hidung belang yang sedang tidur di sampingku. Suara isakku terdengar lirih dan menyesakkan dadaku. Percuma juga aku menangis darah. Toh smua sudah terjadi. Dan ini kulakukan bukan tanpa alasan.
Adik satu-satunya yang masih ada ikatan darah denganku di culik dan dijadikan sandera oleh juragan kaya yang sudah meminjami uang padaku satu tahun yang lalu. Namun ke sininya aku melanggar perjanjian itu. Uang seratus juta yang kupinjam belum bisa aku kembalikan pada si empunya uang, setelah jatuh tempo waktu yang dijanjikan. Hanya bunganya saja yang 10% aku kembalikan. Itupun aku cicil tiap bulan dengan gajiku yang pas-pasan.
Kemiskinan dan keterpurukkan yang mengharuskan aku harus mengambil jalan pintas itu. Semenjak ayah dan ibu tiada, kehidupan kami nyaris tak bisa bangun. Bahkan bisa dibilang berubah 360 derajat. Setiap hari aku banting tulang untuk menghidupi dan membiayai semua keperluan kami. Terutama biaya pendidikan Ariana Maheswari, satu-satunya keluargaku di dunia ini.
Dengan tertatih dan menahan sakit yang begitu luar biasa, aku turun dari ranjang empuk yang semalam begitu panas dan menggairahkan angan-anganku, kupunguti semua pakaianku yang bercecer di lantai. Lantas aku masuk ke kamar mandi untuk sekedar membuang hal paling kotor di tubuhku. Ku guyur tubuhku dengan air yang begitu dingin. Aku merasa jijik dengan badanku sendiri.
Disela-sela guyuran air itu, air mataku meleleh tanpa henti. Ada beribu penyesalan menguar di dadaku. Tapi, harus bagaimana lagi? Semua harus aku lakukan demi menebus Ariana, yang sudah hampir 2 hari di culik juragan kaya itu. Meskipun aku tahu di sana Ariana di perlakukan dengan baik. Tapi rasanya hatiku sangat miris melihat kenyataan ini. Begitu menderitanya kehidupan kami.
30 menit berlalu, aku keluar dari kamar mandi. Kulihat pria hidung belang itu masih pulas tertidur. Kuhampiri meja dan kuraih tas kerjaku. Di sana sudah ada selembar kertas berupa cek, tertulis seratus juta. Begitu mudahnya aku mendapatkan uang ini dari pria hidung belang yang tak kukenal. Kugadaikan mahkota ku dengan uang seratus juta. Walau tak kupungkiri, pria itu begitu menikmati permainan yang aku ciptakan semalam. Aku sendiri sempat terbawa terbang ke surga dunia itu.
Setelah aku masukkan cek itu ke dalam tas, aku keluar dari kamar itu meskipun belum waktunya check out. Pagi ini aku harus buru-buru berangkat ke tempat kerja, karena ada briefing pagi. Barulah nanti sore aku ke tempat juragan kaya itu untuk menyerahkan uang dan membawa kembali Ariana. Kalau bisa harus ketemu dengan bosnya sendiri. Selama setahun pinjam uang sama orang yang di sebut juragan itu, aku sendiri belum pernah lihat tampangnya kayak apa. Sampai-sampai anak buahnya bertebaran di mana-mana. Kadang-kadang kalau aku telat bayar bunganya, tiba-tiba sudah di tungguin di depan jalan menuju rumahku.
Pandanganku sebentar ku sapukan ke gedung hotel, yang semalam sudah jadi tempat dan saksi sakitnya hatiku melepas hal paling berharga dalam hidupku.
"Ampuni aku, Tuhan ...!" Batinku menjerit hebat, mana kala kesedihan dan penyesalan itu menyeruak masuk ke relung hatiku paling dalam. Kuseka air mataku yang sedari bangun tidur tadi selalu estafet bergulir di pipiku. Untuk selanjutnya aku langsung naik bus menuju ke tempat kerjaku.
******
Pria itu, menggeliatkan badannya yang kekar dan berotot. Tampak tubuh atletisnya terlihat lebih jantan dengan dada telanjang. Dengan masih mata terpejam, dia meraba-raba mencoba menggapai sesuatu di samping tempatnya berbaring.
Alangkah terkejutnya dia, ketika disadarinya, sosok yang ia cari sudah menghilang.
"Sial!" Sudah main kabur aja perempuan itu! Tanpa pamit pula!" Gerutunya dengan geram. Tampak kemarahan jelas terlihat di wajahnya.
Kali ini, dia tidak mau kehilangan wanita yang sudah mampu membuatnya berkali-kali di atas puncak kenikmatan. Wanita pertama kali yang bisa membuatnya puas dan klimaks dengan rasa nikmat yang luar biasa.
"Tidak akan pernah aku biarkan kamu lolos dari aku, wahai perempuan ...!" ucapnya sekali lagi dengan geram. Tiba-tiba matanya terbentur pada bercak warna merah darah di seprai putih yang ada di sampingnya.
"Uh, gila! Ternyata dia benar-benar masih virgin!" Dia berkata pada diri sendiri.
Ada segurat senyum kepuasan di sudut bibirnya yang simetris. Senyum penuh misteri, tapi menggambarkan kepuasan yang luar biasa. Tapi tiba-tiba terlintas di benaknya sebuah penyesalan, mengingat ternyata gadis itu masih sangat polos. Namun permainan ranjangnya bisa diacungi jempol, bisa membuatnya klimaks berkali-kali.
Tapi segera ditepisnya pikiran itu. Semua juga sudah berbanding dengan cek yang ia keluarkan. Seratus juta itu bukan uang main-main. Belum tentu ada pria hidung belang yang mau mengeluarkan uang yang sebanyak itu hanya untuk membeli kupu-kupu malam, meskipun itu masih virgin.
"Dasar wanita sialan, sudah dapat uangnya main kabur saja!" Umpatnya dengan kesal. Dia mencaci maki dengan amarah yang meledak-ledak. Entah cacian itu di tujukan buat siapa.
Dengan tangan thremornya, laki-laki itu mengambil ponsel genggamnya yang ada di atas nakas. Sesaat kemudian dia sudah menghubungi seseorang.
"Temukan wanita itu bagaimanapun caranya! Saya tidak mau mendengar kata gagal! Hari ini juga!" Perintahnya pada seseorang dengan nada tinggi.
Sifat tempramentnya membuat jantungnya berdegub keras, seolah aliran darahnya mulai tersumbat, hingga membuat sesak napas di dadanya.
Untuk selanjutnya dia bawa badan telanjangnya yang hanya terbalut selimut itu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Masih terbayang wajah cantik gadis itu, ketika bersama-sama dengannya menikmati rasa yang luar biasa yang mereka ciptakan semalam.
Rasa-rasanya, pria ini sudah jatuh hati pada wanita yang semalam membuatnya mabok kepayang.
Pria ini,
Keyko khayang Gumelar. Seorang pengusaha kaya di bidang industri alat-alat berat dan perangkat lunak, yang sukses di umur yang sudah dibilang matang. Di saat umurnya menginjak 33 tahun, dia belum terpikirkan untuk mempunyai pasangan apalagi berpikir untuk menikah.
Dia masih ingin merasakan kebebasan tanpa terikat. Bahkan terikat pernikahan sekalipun meskipun dia tahu umurnya sudah tidak muda lagi. Hanya saja dia harus rela di ceramahin mama dan neneknya kalau weekend berkunjung kerumah besarnya.
Keyko nggak mau ambil pusing, menurutnya diumur segitu dia masih kelihatan muda dan masih berhak bebas. Berumah tangga hanya akan membuat terikat dengan segala peraturan yang akan membuat dua orang beda sifat saling berdebat kalau pikiran mereka tidak satu frekuensi, satu zona dan satu dunia.
Di dalam kamusnya, tidak ada toleran yang namanya perceraian, maka dari itu dia tidak mau terlalu gegabah dalam memilih perempuan yang akan jadi pendamping hidupnya.
******
BERSAMBUNG
Daiva Gayatri Maheswari, menjadi pusat perhatian para pengunjung di cafe restoran pagi ini. Kecantikannya yang begitu mencolok mengundang para tamu memuji dan menjadikan dirinya bahan obrolan di cafe restoran di mana dia bekerja. Perempuan yang mempunyai bentuk tubuh body goal dengan tinggi yang proporsional itu mengangguk ramah ke para pengunjung yang menyapanya. Bahkan ada yang berebutan mau dilayanin dan dibawain makanan ke mejanya. Hari ini suasana cafe lumayan rame pengunjung. Setelah briefeng 15 menit, semua karyawan langsung disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Kesibukkan hari ini membuat ku sesaat lupa kalau hari ini sudah ada janji dengan penagih hutang, untuk menebus Ariana dan membawanya pulang. Sungguh capek kurasakan hari ini, belum ditambah ada yang ngilu kurasakan akibat pekerjaan tadi malam. "Daiva, tolong bawa ini ke meja no.7, ya." Mbak Dina selaku koki di restoran menyodorkan beberapa gelas minuman dingin dan sebungkus potato
Keyko Khayang Gumelar, sudah sampai di depan rumah yang cukup sederhana, tapi suasananya cukup asri. Disapukan matanya ke sekeliling rumah itu. Tampak hening dan senyap. Padahal hari baru mau menjelang magrib. Dengan gesture tangannya, anak buah Keyko sudah paham apa maksud bosnya. Segera di langkahkan kakinya menuju pintu rumah itu. Dan sekali ketuk, pintu itu sudah terbuka. "Eh-hh, Kalian! Mau apalagi? Bukankah semua sudah selesai. Hutang Saya sudah lunas, kan?!" teriakku histeri di depan pintu, berusaha menutup rapat-rapat pintu rumah ku. Namun sayang kekuatan mereka lebih kuat. Akhirnya aku kalah. "Juragan mau ketemu dengan kamu!" ucap saha seorang, anak buah penagih hutang itu. Aku terkejut. Sesaat, aku terdiam. Dan kulayangkan pandangan ku jauh ke depan ke halaman rumah. Ada sosok tinggi tegap dengan rambut cepak pendek dan postur tubuh aduhai. Sudah dapat di pastikan pria itu tampan meskipun tampak dari belakang. "Mau ngapain la
Masih dalam dekapannya, aku merasakan getaran hebat. Degub jantung seperti genderang perang. Tanganku yang thremor, tak bisa berpegangan sama badannya. Kubiarkan terkulai lemas di samping kanan-kiri badanku. Sedang wajahku sudah menyatu dengan wajahnya. Mataku masih terpejam halus. Tapi bibirku, entah kapan sudah merasakan sesapan dan lumatan yang begitu nikmat. Aku terbawa, aku terhanyut, hingga terdengar lenguhan dari bibirku. Begitu aku menikmatinya. Sampai lupa diri. Dia siapa dan aku siapa. Rasanya aku seperti tak rela ketika laki-laki tampan itu menyudahi ciuman panas itu. Melepaskan bibirnya dari bibirku. Dengan masih terpejam di seka bibirku yang basah dengan tangan kekarnya dan terdengar bisikan mesranya yang mebuatku berubah ekspresi seketika. "Sudah jangan nganga begitu, malu dilihat anak buahku. Kalau masih mau kita ke hotel lagi." Deg! Jantungku seakan mau copot mendengar kata-kata itu. Seketika aku buka mataku. Laki-laki itu menatapku dengan tat
Aku terduduk lemas di samping taman. Tanganku yang thremor benar-benar tak mampu aku kendalikan. Lemas terkeluai di sebelah badanku. Nafasku masih terlihat turun-naik belum terarur. Rasanya aku seperti mimpi, sekarang hidupku setiap hari harus berurusan dengan laki-laki yang sakit mental. Selang beberapa menit aku sudah kembali ke tempat kerjaku. Mbak Dina yang melihat wajahku tiba-tiba memucat mendekatiku. "Daiva, Kamu sakit? Kok wajah Kamu pucat begitu?" tanyanya cemas, sambil memegang keningku. Lumayan agak sumeng sich. Cuma itu bukan sakit. Aku kaget dengan tragedi tadi, tragedi yang diciptakan orang yang mentalnya sakit. Cakep-cakep kok sakit jiwa! "Nggak kok, Mbak. Hanya sedikit demam, mungkin kecapekan karena semalam kurang istirahat dengan baik." jawabku sambil tersenyum, terus merapikan semua pekerjaanku. "Apa, Kamu mau izin pulang duluan? Nanti Mbak sampaikan sama pengawas!" suaranya kembali dengan nada penawaran. Aku menggelengkan kepala le
Aku semakin ketakutan melihat badannya mendekatiku. Kupeluk erat bantal yang menutupi dadaku. Kaku-laki semaki mendekat dan menghimpit dadaku. Menindih tubuhku. Aku menahan napas kuat-kuat, ketika wajahnya bersinggungan dengan wajahku, dan napasnya sudah menyatu dengan napasku. Kali ini dengan begitu lembut dia meraih kepalaku, menekannya perlahan agar bibirku tidak lepas dari bibirnya. Entah kesurupan setan dari mana, aku yang tadinya menolak dan memberontak menjadi lebih agresif dan liar. Aku raih dengan sedikit memaksakan, melingkarkan tanganku ke lehernya, agar dia tidak melepaskan pagutannya di bibirku. Ku jelajahi rongga-ronga mulutnya. Kusesap dan kuhisap lidahnya yang panas. Dan kulumat dengan sepenuh perasaan bibir simetrisnya yang begitu sangat menggairahkan. Tanpa berpikir dua kali, laki-laki yang bernama Keyko Khayang Gumelar itu, menjelajahi setiap jengkal kulit tubuhku dari atas sampai bawah. Sedikitpun tidak membiarkan lolos dar
Drtttt ... drttt ... Dering telpon itu milikku, tapi dengan cepat ada tangan seseorang yang menyambar ponsel genggamku. Dan aku tahu betul siapa orang itu. Di gesernya ikon yang berwarna hijau itu, dan terdengar suara riang di ujung seberang telpon. "Kak! Mau jam berapa pulang?" Ariana mau belajar kelompok sama Alvin ya?" Klik! Telpon terputus tanpa memberi kesempatan si empunya telpon untuk berbicara barang sekata dua kata. Keyko kembali menaruh ponselku di atas nakas. Dan kurasakan jari-jemarinya yang kokoh sudah meremas pinggangku dengan lembut. Akh-, kalau aku terus bersamanya sepanjang hari pasti aku akan jadi budak sex-nya. Walau tak bisa kupungkiri aku menikmatinya. Tapi nggak bisa seperti ini terus. Aku akan kelihatan seperti murahan di matanya, hanya untuk menebus cek senilai 100 juta itu. Siapa suruh waktu itu mau transaksi denganku. Akh-, brengsek! Memang. Aku terjebak dengan permainan laki-laki hidung belang
Aku meringis merasakan tamparan yang begitu keras itu. Aku yakin, 5 jari perempuan ini sudah membekas di pipi kananku."Stella!" Teriakan Keyko mengglegar membuatku sesaat terperanjat. Tapi tak mengurangi emosi wanita yang sedang gelap mata ini."Dasar perempuan murahan! Pelacur! Enyah aja kamu dari muka bumi ini!"Rambutku tiba-tiba di jambak, ditarik bahkan badanku yang setengah bugil itu diunyel-unyel di kasur Keyko.Keyko geram, karena teriakannya tidak di hiraukan oleh perempuan yang tiba-tiba datang tanpa membunyikan bel pintu itu."Stella! Hentikan!" Teriaknya lagi, kali ini dia segera memakai celana pendeknya dan meraih badan perempuan yang ia panggil setella itu dari atas badanku."Plak! Plak!"Tamparan itu telak di muka kanan-kiri gadis itu. Hampir terhuyung dari tempat berdirinya, perempuan yang bernama stella itu.Aku segera merapikan bajuku yan awalnya bugil oleh Keyko dan kini acak-acakan oleh Stella.Gadis
"Lepasin Aku!" pintaku dengan sengit dan memberontak. Tapi tangan itu begitu kuat, padahal satu tangan sedang menyetir. "Ternyata, Kamu ada hubungan juga sama Kalingga, ya? Kamu tahu siapa dia? Adikku!" Uh- Rasanya mau pecah kendang telangaku mendengar teriakannya yang histeris. "Ada hubungan apa kamu dengan adikku?!" Lagi-lagi suaranya memekakkan telinga. "Teman." Teman tidur, heh!" Sungguh suaranya bercampur emosi semakin membuat nyaliku ciut. "Hanya teman. Kamukan yang pertama kali tidur denganku. Kamu juga yang sudah merenggutnya." kataku lagi membuat dia, Keyko terdiam ketat mengatupkan bibirnya. Setelah mendengar ucapanku yang terakhir itu, tiba-tiba suara hening. Mobil pun tak sengebut tadi. Aku juga ikut terdiam, sesekali aku curi pandang ke arahnya. "Sudah berapa lama kamu kenal adikku?" Tiba-tiba suaranya memecah kesunyian. Matanya tetap lurus sambil tangannya masih menyetir mobilnya. "