Kemarahan dan rasa kecewa adalah dua hal yang berdampingan. Masalah yang terus terjadi sebelum masalah lain terselesaikan membuat keadaan semakin tidak terkendali.
Seorang wanita menatap pria yang berada di hadapannya, acara masak paginya menjadi kacau setelah si pria memberinya kejutan yang besar.
"Melarikan pengantin orang lain? Apa kau sudah gila?"
"Aku mencintainya, aku tidak bisa hidup tanpa dirinya."
"Omong kosong, kau pikir cinta itu segalanya? Apa yang kau tahu tentang cinta?"
"..."
"Cinta hanyalah sebuah pemikiran, seperti kepingan puzzle yang sulit untuk dirangkai."
"Jika kau berpikir seperti itu, maka kau akan menderita saat kau jatuh cinta suatu hari nanti!"
"Aku tidak peduli!"
.
..Evanescent
...Seorang gadis muda bergaun pengantin duduk dengan tidak nyaman pada sofa lusuh di sebuah flat sewaan.
Rambut merahnya masih terlihat rapi dengan riasan pengantin yang membuat dia tampak seperti seorang putri.
Dia duduk gelisah karena mendengar perdebatan dua orang dari arah dapur yang terhalang dinding tembok, walaupun begutu dia masih bisa mendengar dengan jelas karena pintu dapur terbuka lebar.
Sementara itu di ruangan dapur tersebut, dua orang sedang berdebat atau bisa dikatakan mereka hampir bertengkar.
Alasannya, salah seorang diantara mereka merasa marah dan kesal pada lawan bicaranya. Di tengah masalah yang sedang mereka hadapi, muncul masalah baru dengan datangnya pengantin wanita yang dibawa lari oleh sang lawan bicara.
"Aku heran, dimana otak jeniusmu yang kau banggakan itu? Masalah kita belum selesai, dan kau membuat masalah yang baru, apa kau ingin membunuhku?" protes seorang wanita pada pria yang masih setia duduk di kursi dengan tangan yang menopang di atas meja makan.
"Aku tidak punya cara lain," jawab si pria.
"Apa? Kau memang tidak berpikir saat bertindak?!" Wanita itu masih bersuara keras.
"Aku tidak tahu harus bagaimana," jawab pria itu lagi.
"Kau membuatku muak, Garrand!!" Wanita itu hanya bisa kembali berkata kasar.
"Aku berjanji akan menyelesaikan masalah ini secepatnya, tapi aku harap kau mengizinkan dia tinggal beberapa hari saja!" pinta Garrand. Suaranya terdengar putus asa.
"Pulangkan dia!!" Wanita itu kembali menolak permintaan sang lawan bicara.
"Sarra, kumohon!!" rajuk Garrand pada wanita yang mengenakan celana jeans dan kaos putih berlapis kemeja bermotif kotak.
Wanita bernama Sarra hanya bernafas kasar, ia tidak menjawab atau memenuhi permintaan Garrand, ia kemudian segera pergi meninggalkan pria itu di dapur.
Saat keluar, dia bertemu dengan pengantin wanita yang dibawa lari oleh Garrand. Mereka hanya saling menatap tanpa ada keinginan untuk membuka suara, terutama untuk Sarra.
"Aku minta maaf atas nama Garrand," ucap wanita itu sambil membungkuk.
"Selesaikan urusanmu dengan pria bodoh itu! Kenapa dia tidak membiarkanmu menikah dengan orang lain saja? Dengan apa dia akan memberimu makan nanti?" keluh Sarra pada wanita pengantin tersebut.
"Kami saling mencintai," jawab wanita berambut merah.
"Oh, lagi dan lagi itu alasannya, apa cinta saja cukup untuk membuat kalian merasa kenyang?" tanya Sarra.
"Sudahlah, aku tidak mau tahu, secepatnya dia harus membawamu pergi dari sini!" tegas Sarra sambil melirik pada pria yang muncul dari pintu dapur.
"Aku harus pergi, aku butuh udara segar!"
Setelah mengatakan itu Sarra segera berlalu dan pergi tanpa menoleh lagi pada sepasang kekasih yang sudah membuat pagi harinya menjadi kacau.
"Kenapa kau begitu marah? Bukankah kau juga punya andil atas apa yang terjadi?" Wanita berambut merah bertanya dengan nada yang sedikit keras.
Langkah Sarra terhenti saat wanita pengantin mengatakan hal itu. Tanpa menjawab pertanyaan dari si pengantin, dia melanjutkan langkahnya kembali dengan perasaan yang jauh lebih kacau dari sebelumnya.
...
Manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang akan memberi keputusan. Rencana memang hanya tinggal rencana, segalanya sudah tertulis dalam takdir hidup setiap orang, bahkan sebelum mereka terlahir ke dunia untuk menjalani kehidupan.
Sarra berjalan di trotoar untuk mengambil barang, dia tidak peduli jika cuaca begitu panas, topi putih yang ia kenakan tidak cukup untuk membuat kepalanya menjadi teduh dan juga dingin
Cuaca di musim panas yang begitu menyengat, tapi gejolak di dalam hatinya jauh lebih panas dari musim panas itu sendiri, bahkan rasanya ia sulit untuk bernapas.
"Sialan!! Semua karena Si Bodoh itu yang membuat hidupku jadi sengsara seperti ini!" Sarra hanya bisa menggerutu sambil membawa kotak berisi buah-buahan yang cukup berat.
"Dia pikir siapa dirinya? Pangeran? Dasar tidak tahu diri!" maki Sarra entah pada siapa.
Saat ini ia sedang sibuk bekerja sejak satu bulan lalu, ia butuh biaya hidup dan satu-satunya yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menjadi pekerja kasar.
"Hm, Putri Bellou, masih bekerja keras, ya?!" Sarra segera mengalihkan perhatian pada sumber suara yang datang dari arah belakangnya.
"Luca! Berhenti memanggilku seperti itu, aku tidak ada hubungannya lagi dengan nama itu!" tegas Sarra pada pria tampan yang sekarang sedang membantunya mengangkat kotak buah.
Mereka mengangkatnya pada sebuah mobil pick up hitam bersama dengan kotak-kotak yang lainnya. Sarra terlihat kesulitan karena isi kotak tersebut sangat berat baginya.
Beruntung ada Luca yang mau membantunya sejak dua bulan terakhir. Katakan saja dia sedang mengalami hal sulit saat ini dan hal itu membuatnya berubah sikap.
"Kenapa kau datang ke sini? Bukankah kau tahu kemana seharusnya mencari Garrand dan Lorena?" tanya Sarra setelah ia turun dari belakang mobil.
Luca mengikuti wanita muda Sarra untuk turun dari mobil, pria muda itu juga ikut duduk di pinggir trotoar dimana Sarra sudah duduk lebih dulu dan memberikan satu kaleng minuman soda padanya.
"Semua jadi kacau," ucap Luca setelah menerima minuman soda pemberian Sarra.
Luca menenggak isi kaleng berwarna biru itu hanya sedikit saja. "Aku tidak menyangka kenapa bisa jadi begini," ujarnya lagi.
"Dia menculik pengantinmu, aku yakin sebentar lagi dia akan berada di kantor polisi," jawab Sarra.
"Cih, siapa yang kau bohongi? Aku yakin kau juga senang kalau aku dan Lorena tidak jadi menikah, karena yang seharusnya bersanding denganku adalah dirimu," goda Luca yang sukses membuat pipi Sarra merona dan pemandangan itu selalu disukai sang lawan bicara yang sekarang mungkin masih berstatus sebagai kekasihnya.
"Seharusnya kau berterima kasih pada Garrand," jawab Luca sambil tersenyum.
"Ya dan itu memastikan keluarga Hoecklyn serta keluarga Bellou akan semakin mengutuk diriku juga pria bodoh itu," gerutu Sarra.
"Luca, keadaan sudah tidak sama seperti dulu, aku bersalah dan itu adalah kesalahan terbesarku pada semua orang," ucap Sarra dengan lirih. Tersirat penyesalan dalam ucapannya.
"Padamu, keluargaku, keluargamu, keluarga Garrand bahkan keluarga Lorena," tambah wanita muda itu lagi.
Mereka berdua terdiam, sulit sekali mengurai benang yang sudah kusut tidak terkendali, entah bagaimana awalnya karena semua terjadi begitu saja.
TBC
See you next chap ...
Sarra menatap sebal pada pria yang berada dibalik jeruji besi. Dugaannya benar, Garrand ditangkap karena dilaporkan oleh keluarga Lorena atas tuduhan penculikan.Sepertinya keluarga Lorena juga membenci Garrand setelah semua yang ia lakukan pada putri kesayangan mereka.Sejak dua bulan yang lalu dia tidak menemukan ketenangan sama sekali karena masalah yang sudah ia timbulkan sendiri.Tidak, Garrand juga punya andil atas apa yang terjadi saat ini dalam hidup mereka berdua. Seandainya keduanya tidak membuat masalah maka semua hal yang mereka alami saat ini tidak perlu terjadi.Seandainya ...Seandainya ...
Garrand sangat menyadari semua murni kesalahan mereka berdua, atau mungkin itu karena mimuman yang sudah ia tenggak di sebuah pesta pelepasan masa lajang seorang teman. Siapa Sarra Bellou? Ia tidak terlalu mengenal wanita itu. Garrand hanya tahu dia adalah calon istri Luca, ia juga mengenal pria pirang itu sebagai sahabat dari calon istrinya--Lorena. Dia memang pernah bertemu dengan Sarra hanya dua kali saja dalam hidupnya termasuk saat pesta sialan yang sudah mengubah jalan hidupnya menjadi kacau. Ia hanya tahu wanita itu adalah keturunan keluarga bangsawan yang kental dengan tatakrama--Bellou. Bagaimana ia bisa terdampar di kamar Sarra? Sungguh ia tidak tahu, tapi yang pasti mereka bergumul malam itu. Tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana malam itu bisa dikatakan seperti malam paling liar bagi dirinya dengan seorang wanita. Gila ....!! Garrand merasa gila karena untuk meminta maaf saja ia tidak bisa, kata maaf tidak akan mengembalikan segalanya--termasuk apa yang sudah ia
Pukul 19:00 ...Di sebuah rumah mewah bergaya klasik, sebuah keluarga berkumpul untuk makan malam. Seorang pria paruh baya serta istrinya. Jangan lupakan seorang gadis remaja yang juga sudah bergabung di tempat tersebut.Mereka makan dengan tenang, tapi hal itu tidak menyembunyikan perasaan tidak nyaman satu sama lain, terlebih untuk si gadis remaja.Sudah lebih dari satu bulan, acara makan keluarga tersebut terasa begitu hambar dan juga sepi tanpa kehangatan.Keluarga itu sudah kehilangan putri sulung yang mereka sayangi. Semua tidak lain karena aib yang sudah diperbuat sang putri, seperti tidak ada kata maaf bagi pembuat masalah.
"Hey, sedang apa kau di sini, Wanita Jalang?!!"Sarra terkejut saat tiba-tiba ada seorang wanita yang menghampiri dirinya. Mata Sarra membulat sempurna karena wanita itu adalah ibu Lorena.Demi Tuhan, degup jantung Sarra berpacu cepat, tapi beruntung Garrand segera menarik tubuhnya yang hampir saja didorong oleh mantan calon mertua pria dingin tersebut."Oh, dua pengkhianat sudah berada di sini? Siapa yang mengizinkan kalian datang kemari, huh?" Wanita itu masih meluapkan kemarahan pada Garrand dan juga Sarra."Lorna!!" Sungguh Sarra ingin pergi sekarang, ia tidak sanggup untuk melihat satu orang lagi yang pastinya juga merasa benci pada dirinya.
Sedikit keterangan: Nama tokoh, tempat (setting) dan kejadian dalam cerita semua hanyalah fiksi dan karangan semata, jika ada kesamaan dengan cerita lain, itu murni hanya kebetulan, karena cerita ini murni dari pemikiranku....Dia yang paling kejam dan tanpa toleransi. Meninggalkan segalanya tanpa pernah menoleh kembali, ia bahkan tidak peduli jika masih ada yang tertinggal di belakang sana.Tidak ada yang yang akan tahu bagaimana dan apa yang terjadi besok, karena hanya dia yang akan membawamu pada masa itu, dan dialah Sang Waktu....Sarra menikmati rasa dan aroma dari teh hangat yang i
Kebodohan memang terkadang dimiliki setiap orang di dalam hidupnya. Baik itu yang ringan atau yang berat sekalipun, berujung penyesalan atau yang ringan adalah kekecewaan."Satu kebodohan jika kau menerjang hujan lebat saat kau sedang sakit," gerutu Sarra saat memeras kain kompres."Kau memang merepotkan!" ketusnya lagi. Saat pulang tadi ia mendapati teman satu atapnya sedang demam tinggi dengan pakaian yang masih basah.Pria yang sedang berbaring di sofa terlihat tidak berdaya. Walaupun terdengar marah, Sarra masih mau merawat dirinya yang sedang sakit."Karena aku tahu kau pasti tidak ingin berjalan di bawah satu payung bersamaku," jawab si pria dengan suara yang hampir serak."Aku merasa tidak enak hati kalau menolak permintaan Nyonya Maria," tambah pria itu lagi.Sarra menatap Garrand yang memejamkan mata, pria itu menderita sekarang. Sejak pagi ia mengeluh sakit pungg
Warna fantasi fisikmu, filosofi dan anatomi tubuhmu membawaku pada gairah yang terlarang.Kau menunjukkan pikiran cinta dan aku terjebak dalam pesona keindahan dari beningnya sinar matamu.Aku tidak berdusta, aku tidak berbohong, kau cantik, sangat cantik.Aku tidak mengganggu, tapi aku sudah terganggu. Seperti minuman hangat yang melewati tenggorokan.Warna bibir yang ranum seperti anggur yang ingin kuteguk. Kau indah dan sempurna....Garrand sudah pulih, semua berkat Sarra yang sudah merawatn
Hidup seperti bermain kartu saat kau sudah mengeluarkan kau tidak akan bisa mengambil atau harus mengulang lagi dari awal. Hidup seharusnya seperti mengemudi dengan navigasi penunjuk arah. Namun, tanpa ada panduan kau akan tersesat. Kau tidak tahu ke mana arah untuk dituju dan kapan cinta mendatangimu kau tidak akan pernah tahu. ... Tidak seperti yang dibayangkan, ternyata Lewis Conty adalah tempat yang sangat ramai, tempat itu cukup padat penduduk, walaupun gaya pakaian mereka bisa dikatakan masih sederhana dan sedikit kuno.