Warna fantasi fisikmu, filosofi dan anatomi tubuhmu membawaku pada gairah yang terlarang.
Kau menunjukkan pikiran cinta dan aku terjebak dalam pesona keindahan dari beningnya sinar matamu.
Aku tidak berdusta, aku tidak berbohong, kau cantik, sangat cantik.
Aku tidak mengganggu, tapi aku sudah terganggu. Seperti minuman hangat yang melewati tenggorokan.
Warna bibir yang ranum seperti anggur yang ingin kuteguk. Kau indah dan sempurna.
...
Garrand sudah pulih, semua berkat Sarra yang sudah merawatnya. Selain itu sekarang ia juga bekerja di tempat Maria, dan itu juga berkat wanita muda teman satu atapnya.
Pria itu cukup kesulitan saat pertama kali bekerja, ia tidak terbiasa bekerja berat, tapi sekarang sedikitnya beberapa kilogram bobot bahan makanan harus ia angkut.
Toko buah dan sayuran hasil pertanian daerah setempat dimiliki Maria. Cukup lengkap dan kualitasnya tidak perlu diragukan. Hampir semua bahan masih sangat segar karena didatangkan langsung dari petani yang baru memanen.
Pekerjaan Sarra memang tidak terlalu berat, dia dipindahkan ke bagian kasir oleh Maria sendiri. Entahlah, kenapa wanita tua begitu baik padahal sebelumnya ia juga bertugas memindahkan barang untuk dikirim ke pelanggan yang memesan.
'Kau tidak boleh terlalu lelah!'
Seperti itulah ucapan Maria saat Sarra pindah bagian pekerjaan. Sarra tidak memikirkan banyak hal, mungkin kali ini ia hanya beruntung saja.
...
"Jangan terus melamun, pelangganmu akan kecewa nanti!" Sarra yang mendengar ucapan itu hanya melirik pada sumber suara.
Si pria berwajah dingin berkata entah pada siapa. Dia yang sedang merapikan buah tepat di samping Sarra, ia berucap tanpa menatap orang yang sedang ia ajak bicara.
"Kau sendiri, hati-hati jika kantung buah itu terjatuh dan menimpa kakimu!" Sarra juga berkata dengan hanya menatap ke arah buah-buahan yang berada di depan Garrand.
Keduanya tidak berani untuk saling menatap, tapi mereka masih bisa berkomunikasi walaupun dengan perkataan yang kurang jelas bahkan tidak lengkap.
Tanpa mereka sadari, Maria memperhatikan tingkah keduanya. Wanita tua itu segera menghampiri sepasang manusia yang jarang menunjukkan senyum.
"Wah, kalian menggemaskan. Sangat serasi?" seru Maria. "Kau harus selalu menjaga kekasihmu!" tambahnya.
"Nyonya, dia bukan- ...."
"Baiklah, Nyonya Maria."
Ucapan Sarra tergantung di udara karena Garrand memotongnya. Apa maksud pria itu berkata demikian. Tadinya Sarra ingin menjelaskan pada Maria bahwa mereka bukan pasangan kekasih seperti yang dipikirkan wanita tua tersebut.
"Dia butuh perhatian," ucap Maria sambil tersenyum.
"Tentu, aku akan mengingatnya," jawab Garrand.
Sarra terdiam dan menatap tidak suka pada Garrand, seolah mengatakan semua hal tentang mereka berdua sangat terlarang. Sedangkan Garrand justru terlihat acuh seolah itu perkataan yang tidak berarti.
"Jangan membuatnya tertekan!" Maria terus berbicara tanpa menyadari bahwa Sarra semakin merasa tidak nyaman ketika mendengar ucapannya.
"Nyonya, aku permisi sebentar!" Sarra segera pergi tanpa peduli bahwa pekerjaannya begitu banyak. Wanita muda itu ingin sekali berteriak meluapkan emosinya.
Sarra pergi ke dapur pegawai sekadar mendinginkan isi kepala yang terasa panas. Ia meminum beberapa gelas air dingin yang justru mendorong air lain untuk keluar dari matanya.
Ia tidak bisa menahan gejolak di dalam batinnya. Ia tidak tahan pada sikap Garrand yang seolah menganggap mereka tidak sedang menghadapi masalah yang sulit.
"Apa kau begitu terganggu?" Sarra mendengar suara Garrand, beruntung dia membelakangi pria itu dan dipastikan dia tidak bisa melihat air mata Sarra.
Wanita muda Sarra mengusap wajah dengan kasar, ia juga segera berbalik untuk melihat si pria yang menggangunya sekarang.
"Kau benar-benar membuatku merasa muak. Apa maksudmu bicara seperti itu pada Nyonya Maria?" geram Sarra.
"Jika beliau mengetahui siapa kita yang sebenarnya, bukankah itu akan lebih rumit lagi?" Garrand berusaha memberi penjelasan bahwa semua demi kebaikan mereka berdua.
"Jika hal seperti itu begitu menyulitkanmu, maka bersikaplah biasa dan tidak perlu membuat pikiran seseorang menjadi salah paham," ucap Garrand panjang lebar.
"Apa maksudmu?" Sekarang giliran Sarra yang tidak mengerti ucapan pria itu.
"Berpikirlah sedikit, apa aku sengaja mengatakan hal itu? Akan ada banyak masalah jika semua orang tahu jati diri kita yang sebenarnya," jawab Garrand.
Sarra terdiam dan semakin kesal mendengar jawaban dari Garrand. "Apa kau juga tidak berpikir, bagaimana jika semua orang menganggap kita adalah sepasang kekasih, bukankah itu akan semakin membuktikan bahwa kita adalah pengkhianat?" tanyanya dengan penuh emosi.
"Maksudku, sebuah kebohongan akan terungkap, cepat atau lambat," lanjut Sarra, ia berusaha menurunkan ego dan bicara dengan sedikit pemikiran yang tenang.
"Aku tidak ingin lagi membuat orang lain kecewa," ujarnya lagi.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi jika kita tidak menyembunyikan ini, apa kau pikir orang-orang itu bisa menerima kehadiran kita?" Ucapan Garrand terasa menghantam dada, Sarra merasa sesak luar biasa, apakah hanya dia dan Garrand saja yang melakukan dosa besar?
Di luar sana ada banyak manusia yang berkhianat, ada suami yang mencurangi istri atau sebaliknya. Ada orang tua yang jahat terhadap anaknya.
Mereka hanya manusia yang tidak luput dari dosa. Bahkan tidak ada manusia yang suci seperti yang pernah Garrand katakan, tapi mengapa hukuman terhadap mereka berdua begitu menyakitkan?
Flashback
Asap yang mengepul sisa pembakaran semua pakaian membuat Sarra sesak napas, rasanya dua kali lebih sakit karena semua benda yang dibakar adalah miliknya.
"Ini adalah hukuman untuk sampah seperti dirimu!" Seorang pria mengucapkan itu pada putrinya sendiri.
Seorang wanita paruh baya hanya berdiri di depan sang anak gadis, ia diam tapi ia juga menangis, mau bagaimana lagi ia tidak kuasa bahkan untuk memeluk putrinya yang sedang meraung menyesali perbuatannya.
"Maafkan aku, Papa!" Gadis itu meraung dan merajuk pada sang ayah.
"Tidak ada toleransi untuk noda seperti dirimu!!" geram sang ayah dengan garis wajah yang semakin mengeras.
"Semua benda ini hanyalah simbol untuk melenyapkan keegoisanmu, Sarra. Kau sudah lupa diri dan menodai kehormatan keluarga ini." Pria itu seperti mengeluarkan segala emosi dalam dadanya.
"Kenapa kau melakukan ini, terlebih dengan pria dari keluarga itu?" Tangisan Sarra semakin tidak terkendali, beberapa kali ia menggelengkan kepala.
"Kau tahu, itu seperti kau melempar kotoran di wajahku! Aku tidak ingin tahu apapun, sekarang juga kau tinggalkan rumah ini dan jangan pernah kembali!!"
Seperti disambar petir di siang hari, Sarra tidak percaya pada apa yang dia dengar, ia diusir dan itu bukanlah sekedar ancaman belaka.
Semua barang yang ia milikki sudah dibakar tanpa sisa. Gadis muda itu tidak bisa berbuat apapun sekarang, nasi sudah menjadi bubur, dan waktu tidak bisa diputar kembali.
Siapa yang akan disalahkan sekarang?
Flasback End
Seperti takdir yang sulit dihindari, sekuat apapun kita melawan, takdir akan tetap membawa pada ketentuan yang sudah tertulis.
"Kenapa aku harus terjebak dengan dirimu?" tanya Sarra pada Garrand yang sedang mengemudi.
Saat ini mereka berdua sedang berangkat ke sebuah peternakan karena pekerjaan dari Maria. Mereka diminta untuk membawa bahan untuk dijual di toko milik wanita tua itu.
"Aku tahu kau sangat membenciku atau mungkin merasa jijik, jika aku harus menjawab jujur maka aku pun tidak tahu," jawab Garrand tanpa berhenti mengemudi.
"Apakah kita harus pergi ke Lewis Conty? Apa kau yakin? Itu sangat jauh," ucap Sarra seolah merasa tidak yakin Garrand akan sudi mengantarnya.
"Seharusnya ini adalah tugasku," ucap Sarra, ia hanya tidak ingin membebani Garrand karena pria itu hanya bertugas menemaninya saja, itupun karena permintaan Maria.
"Aku tidak melakukan ini untukmu, tapi untuk Nyonya Maria yang sudah berbaik hati padaku," jawab Garrand dengan nada suara yang datar.
Sarra terdiam dan hanya menatap sekilas, ternyata benar mereka hanya orang asing yang tidak saling mengenal, entah takdir apa yang akan mereka hadapi selanjutnya?
TBC
C u on the next time ...
Hidup seperti bermain kartu saat kau sudah mengeluarkan kau tidak akan bisa mengambil atau harus mengulang lagi dari awal. Hidup seharusnya seperti mengemudi dengan navigasi penunjuk arah. Namun, tanpa ada panduan kau akan tersesat. Kau tidak tahu ke mana arah untuk dituju dan kapan cinta mendatangimu kau tidak akan pernah tahu. ... Tidak seperti yang dibayangkan, ternyata Lewis Conty adalah tempat yang sangat ramai, tempat itu cukup padat penduduk, walaupun gaya pakaian mereka bisa dikatakan masih sederhana dan sedikit kuno.
Matahari terbit di pegunungan memang terlihat lebih indah, sama hal nya seperti ketika melihat matahari terbenam di pantai.Berbeda dengan suasana kota yang hanya terdengar suara deru kendaraan, di pedesaan suasana hening yang menenangkan menyelimuti hampir di semua bagian bukit.Namun, suasana ceria begitu terasa, karena penduduk desa bangun lebih pagi untuk memulai aktifitas, sekali lagi berbeda dengan keadaan di kota di mana waktu tersebut justru ada sebagian orang yang baru beranjak naik ke tempat tidur untuk beristirahat....Sarra terbangun sambil menggeliat, sepertinya ia tidur cukup lelap tadi malam padahal udara terasa begitu dingin di kamarnya. Mungkin itu karena ia lelah dari perjalanan kemarin.Wanita muda itu keluar kamar dan mendapati si pria bernama Garrand yang masih lelap dalam tidurnya--mungkin.Garrand terlihat melipat tangan, mungkin karena ia merasa kedinginan, hanya berselimut tipis di tengah udara dingin jelas itu seperti percuma.
Sarra berlari di tengah hujan dengan tubuh yang basah kuyup, ia tidak menyangka bahwa hujan akan turun begitu lebat.Semua memang karena kebodohannya yang berpikir bahwa hujan hanyalah air dan itu tidak perlu ditakutkan.Dia panik dan lupa caranya kembali, penglihatannya terbatas karena air hujan membuat keadaan sekitar tidak cukup jelas untuk dilihat.Sepertinya ia juga lupa pada buah apel yang sudah ia petik dan ditinggalkan begitu saja.Tanah pegunungan tergerus air dan Sarra kesulitan untuk melangkah karena tanah yang menjadi lunak. Dia juga melihat beberapa pohon tumbang oleh sapuan angin kencang."Tolong aku!!" Ketakutan mulai merasuk dalam pikiran wanita muda itu.Terjebak sendirian di bawah hujan di tempat yang asing membuat wanita itu merasa putus asa, dia berlari mencari tempat aman, mungkin ada rumah terdekat dengan pegunungan.Berteduh di bawah pohon bukanlah hal tepat untuk saat ini, karena bisa saja petir menyambar atau pohon itu akan tumbang karena badai.Masih berpikir
Sarra membuka mata, beberapa detik dia tidak ingat apa yang terjadi sampai ia mendapati wajah tampan seorang pria yang sedang tertidur pulas di hadapannya, jangan lupakan tangan pria itu yang berada di pinggang polosnya.Seketika wajah wanita muda itu memerah, ia tidak berani bergerak karena takut akan membuat si pria terbangun.Sarra ingin kembali tertidur untuk menghilangkan rasa malu karena saat ini ia merasa terlalu intim dengan si pria berwajah dingin.Netra bening kembali terbuka ia hanya mampu menatap Garrand yang terlelap. Pria itu memiliki wajah yang rupawan, tidak ada cela, garis rahang yang tegas, hidung mancung, serta bulu mata yang sedikit lebat.Sarra hanya bisa menggigit bibir, ia kembali menatap wajah itu. Bukan karena dia terpesona, melainkan dia sedang mengingat kembali mimpi yang baru saja ia alami.Dengan kata lain Sarra memang terbangun karena mimpi yang aneh baginya. Mimpi itu hanya berisi bayangan dirinya yang sedang merasa bahagia, dia memakai gaun putih dan b
Kali ini entah kesalahan apalagi yang ia buat, Garrand merasa kebingungan dengan sikap Sarra yang sulit ditebak.Setelah kembali pulang dari tempat kerja, ia bermaksud mengantar Sarra ke dokter untuk memeriksakan cidera kaki wanita tersebut.Namun, ia tidak mendapat respon yang baik dari lawan bicaranya. Setelah beristirahat dan makan malam sederhana yang diberikan Sarra, mereka menghabiskan waktu untuk berbincang di ruang tamu."Sebaiknya kita tidak tinggal bersama lagi, mulai besok kau bisa menempati rumah ini dan tetap bekerja pada Nyonya Maria, aku yakin dia tidak akan keberatan," ucap Sarra secara tiba-tiba."Kebetulan ada kerabat yang masih mau menampungku, jadi aku akan pergi dan tinggal bersama mereka," lanjut wanita muda tersebut.Garrand menatap tidak percaya, entah kenapa ungkapan Sarra membuat perasaannya begitu sakit.Seharusnya ia merasa senang karena itu artinya urusan dengan Sarra sudah selesai dan ia sudah bisa menjalani kehidupan walaupun sangat sederhana.Tidak, Gar
Flashback"Terima kasih, Nyonya Maria!" ucap Sarra setelah wanita lanjut usia pemilik toko buah memberinya teh hangat.Entah kenapa sejak beberapa hari terakhir dia merasakan tidak nyaman pada tubuhnya, ia selalu merasa mual dan pusing terutama di pagi hari.Sarra juga melihat wajahnya juga sedikit pucat dan kurang bergairah. Ia sering merasa mudah letih dan emosi yang tidak stabil.Sarra hanya berpikir mungkin itu karena ia terlalu tertekan atas masalah yang dihadapi, tapi satu masalah sudah berkurang karena Maria juga memberikan pekerjaan kepada Garrand.Keadaan tubuhnya semakin tidak baik, Sarra hanya tidak mengatakan hal itu karena tidak ingin orang lain cemas. 'Sayang, kau ingin buah apa?''Tentunya yang segar dan sedikit asam.''Jangan terlalu asam, itu tidak baik untuk bayi kita nantinya.''Aku mengidam dan itu tidak masalah.'Sarra yang menjaga toko hanya bisa tersenyum saat mendapat kedatangan pelanggan pasangan suami istri. Sepertinya sang istri sedang hamil muda karena per
Tidak akan ada yang tahu apa yang berada di dalam hati setiap manusia kecuali Tuhan dan dirinya sendiri. Baik atau buruk tidak ada yang bisa menebaknya.Bahkan hati hanya menyimpan semua keinginan yang tidak bisa didapat, hati juga mampu menyimpan rahasia yang tidak boleh terungkap....Tanpa Garrand meminta sebenarnya Sarra memang berniat untuk menjaga bayi di dalam perutnya itu, bahkan jika ia harus membesarkannya seorang diri.Sekarang ia tahu rasanya menjadi wanita yang sempurna. Benar, menurut Sarra tingkat sempurna seorang perempuan adalah bisa mengandung apalagi jika bayi itu milik pria yang ia cintai.Kembali Sarra merasakan desiran di dada saat mengingat siapa pemilik bayi yang ada diperutnya, ia tidak tahu hanya saja detak jantungnya melaju cepat seperti akan meledak.Saat ini wanita muda yang menyanggul rambutnya itu sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga pria yang belakangan menjadi teman hidupnya.Seperti biasa Garrand masih tidur di sebuah sofa lusuh, dan pria
Kemarahan dan rasa kecewa adalah dua hal yang berdampingan. Masalah yang terus terjadi sebelum masalah lain terselesaikan membuat keadaan semakin tidak terkendali.Seorang wanita menatap pria yang berada di hadapannya, acara masak paginya menjadi kacau setelah si pria memberinya kejutan yang besar."Melarikan pengantin orang lain? Apa kau sudah gila?" "Aku mencintainya, aku tidak bisa hidup tanpa dirinya.""Omong kosong, kau pikir cinta itu segalanya? Apa yang kau tahu tentang cinta?" "...""Cinta hanyalah sebuah pemikiran, seperti kepingan puzzle yang sulit untuk dirangkai." "Jika kau berpikir seperti itu, maka kau akan menderita saat kau jatuh cinta suatu hari nanti!" "Aku tidak peduli!"...