Hidup seperti bermain kartu saat kau sudah mengeluarkan kau tidak akan bisa mengambil atau harus mengulang lagi dari awal.
Hidup seharusnya seperti mengemudi dengan navigasi penunjuk arah.
Namun, tanpa ada panduan kau akan tersesat.
Kau tidak tahu ke mana arah untuk dituju dan kapan cinta mendatangimu kau tidak akan pernah tahu.
...
Tidak seperti yang dibayangkan, ternyata Lewis Conty adalah tempat yang sangat ramai, tempat itu cukup padat penduduk, walaupun gaya pakaian mereka bisa dikatakan masih sederhana dan sedikit kuno.
Matahari terbit di pegunungan memang terlihat lebih indah, sama hal nya seperti ketika melihat matahari terbenam di pantai.Berbeda dengan suasana kota yang hanya terdengar suara deru kendaraan, di pedesaan suasana hening yang menenangkan menyelimuti hampir di semua bagian bukit.Namun, suasana ceria begitu terasa, karena penduduk desa bangun lebih pagi untuk memulai aktifitas, sekali lagi berbeda dengan keadaan di kota di mana waktu tersebut justru ada sebagian orang yang baru beranjak naik ke tempat tidur untuk beristirahat....Sarra terbangun sambil menggeliat, sepertinya ia tidur cukup lelap tadi malam padahal udara terasa begitu dingin di kamarnya. Mungkin itu karena ia lelah dari perjalanan kemarin.Wanita muda itu keluar kamar dan mendapati si pria bernama Garrand yang masih lelap dalam tidurnya--mungkin.Garrand terlihat melipat tangan, mungkin karena ia merasa kedinginan, hanya berselimut tipis di tengah udara dingin jelas itu seperti percuma.
Sarra berlari di tengah hujan dengan tubuh yang basah kuyup, ia tidak menyangka bahwa hujan akan turun begitu lebat.Semua memang karena kebodohannya yang berpikir bahwa hujan hanyalah air dan itu tidak perlu ditakutkan.Dia panik dan lupa caranya kembali, penglihatannya terbatas karena air hujan membuat keadaan sekitar tidak cukup jelas untuk dilihat.Sepertinya ia juga lupa pada buah apel yang sudah ia petik dan ditinggalkan begitu saja.Tanah pegunungan tergerus air dan Sarra kesulitan untuk melangkah karena tanah yang menjadi lunak. Dia juga melihat beberapa pohon tumbang oleh sapuan angin kencang."Tolong aku!!" Ketakutan mulai merasuk dalam pikiran wanita muda itu.Terjebak sendirian di bawah hujan di tempat yang asing membuat wanita itu merasa putus asa, dia berlari mencari tempat aman, mungkin ada rumah terdekat dengan pegunungan.Berteduh di bawah pohon bukanlah hal tepat untuk saat ini, karena bisa saja petir menyambar atau pohon itu akan tumbang karena badai.Masih berpikir
Sarra membuka mata, beberapa detik dia tidak ingat apa yang terjadi sampai ia mendapati wajah tampan seorang pria yang sedang tertidur pulas di hadapannya, jangan lupakan tangan pria itu yang berada di pinggang polosnya.Seketika wajah wanita muda itu memerah, ia tidak berani bergerak karena takut akan membuat si pria terbangun.Sarra ingin kembali tertidur untuk menghilangkan rasa malu karena saat ini ia merasa terlalu intim dengan si pria berwajah dingin.Netra bening kembali terbuka ia hanya mampu menatap Garrand yang terlelap. Pria itu memiliki wajah yang rupawan, tidak ada cela, garis rahang yang tegas, hidung mancung, serta bulu mata yang sedikit lebat.Sarra hanya bisa menggigit bibir, ia kembali menatap wajah itu. Bukan karena dia terpesona, melainkan dia sedang mengingat kembali mimpi yang baru saja ia alami.Dengan kata lain Sarra memang terbangun karena mimpi yang aneh baginya. Mimpi itu hanya berisi bayangan dirinya yang sedang merasa bahagia, dia memakai gaun putih dan b
Kali ini entah kesalahan apalagi yang ia buat, Garrand merasa kebingungan dengan sikap Sarra yang sulit ditebak.Setelah kembali pulang dari tempat kerja, ia bermaksud mengantar Sarra ke dokter untuk memeriksakan cidera kaki wanita tersebut.Namun, ia tidak mendapat respon yang baik dari lawan bicaranya. Setelah beristirahat dan makan malam sederhana yang diberikan Sarra, mereka menghabiskan waktu untuk berbincang di ruang tamu."Sebaiknya kita tidak tinggal bersama lagi, mulai besok kau bisa menempati rumah ini dan tetap bekerja pada Nyonya Maria, aku yakin dia tidak akan keberatan," ucap Sarra secara tiba-tiba."Kebetulan ada kerabat yang masih mau menampungku, jadi aku akan pergi dan tinggal bersama mereka," lanjut wanita muda tersebut.Garrand menatap tidak percaya, entah kenapa ungkapan Sarra membuat perasaannya begitu sakit.Seharusnya ia merasa senang karena itu artinya urusan dengan Sarra sudah selesai dan ia sudah bisa menjalani kehidupan walaupun sangat sederhana.Tidak, Gar
Flashback"Terima kasih, Nyonya Maria!" ucap Sarra setelah wanita lanjut usia pemilik toko buah memberinya teh hangat.Entah kenapa sejak beberapa hari terakhir dia merasakan tidak nyaman pada tubuhnya, ia selalu merasa mual dan pusing terutama di pagi hari.Sarra juga melihat wajahnya juga sedikit pucat dan kurang bergairah. Ia sering merasa mudah letih dan emosi yang tidak stabil.Sarra hanya berpikir mungkin itu karena ia terlalu tertekan atas masalah yang dihadapi, tapi satu masalah sudah berkurang karena Maria juga memberikan pekerjaan kepada Garrand.Keadaan tubuhnya semakin tidak baik, Sarra hanya tidak mengatakan hal itu karena tidak ingin orang lain cemas. 'Sayang, kau ingin buah apa?''Tentunya yang segar dan sedikit asam.''Jangan terlalu asam, itu tidak baik untuk bayi kita nantinya.''Aku mengidam dan itu tidak masalah.'Sarra yang menjaga toko hanya bisa tersenyum saat mendapat kedatangan pelanggan pasangan suami istri. Sepertinya sang istri sedang hamil muda karena per
Tidak akan ada yang tahu apa yang berada di dalam hati setiap manusia kecuali Tuhan dan dirinya sendiri. Baik atau buruk tidak ada yang bisa menebaknya.Bahkan hati hanya menyimpan semua keinginan yang tidak bisa didapat, hati juga mampu menyimpan rahasia yang tidak boleh terungkap....Tanpa Garrand meminta sebenarnya Sarra memang berniat untuk menjaga bayi di dalam perutnya itu, bahkan jika ia harus membesarkannya seorang diri.Sekarang ia tahu rasanya menjadi wanita yang sempurna. Benar, menurut Sarra tingkat sempurna seorang perempuan adalah bisa mengandung apalagi jika bayi itu milik pria yang ia cintai.Kembali Sarra merasakan desiran di dada saat mengingat siapa pemilik bayi yang ada diperutnya, ia tidak tahu hanya saja detak jantungnya melaju cepat seperti akan meledak.Saat ini wanita muda yang menyanggul rambutnya itu sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga pria yang belakangan menjadi teman hidupnya.Seperti biasa Garrand masih tidur di sebuah sofa lusuh, dan pria
Kemarahan dan rasa kecewa adalah dua hal yang berdampingan. Masalah yang terus terjadi sebelum masalah lain terselesaikan membuat keadaan semakin tidak terkendali.Seorang wanita menatap pria yang berada di hadapannya, acara masak paginya menjadi kacau setelah si pria memberinya kejutan yang besar."Melarikan pengantin orang lain? Apa kau sudah gila?" "Aku mencintainya, aku tidak bisa hidup tanpa dirinya.""Omong kosong, kau pikir cinta itu segalanya? Apa yang kau tahu tentang cinta?" "...""Cinta hanyalah sebuah pemikiran, seperti kepingan puzzle yang sulit untuk dirangkai." "Jika kau berpikir seperti itu, maka kau akan menderita saat kau jatuh cinta suatu hari nanti!" "Aku tidak peduli!"...
Sarra menatap sebal pada pria yang berada dibalik jeruji besi. Dugaannya benar, Garrand ditangkap karena dilaporkan oleh keluarga Lorena atas tuduhan penculikan.Sepertinya keluarga Lorena juga membenci Garrand setelah semua yang ia lakukan pada putri kesayangan mereka.Sejak dua bulan yang lalu dia tidak menemukan ketenangan sama sekali karena masalah yang sudah ia timbulkan sendiri.Tidak, Garrand juga punya andil atas apa yang terjadi saat ini dalam hidup mereka berdua. Seandainya keduanya tidak membuat masalah maka semua hal yang mereka alami saat ini tidak perlu terjadi.Seandainya ...Seandainya ...