Beranda / Romansa / Editor Dingin Bikin Bucin /  Bab 27: Sampah Masa Lalu

Share

 Bab 27: Sampah Masa Lalu

Penulis: Nikma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-02 13:00:46

Nathaniel kemudian mengatakan dengan nada pahit, “Jika saja dulu aku tidak terlahir prematur, mungkinkah aku bisa lebih tinggi?”

Isabella menggeleng, menegaskan, “Aku tidak peduli dengan itu. Aku menyukaimu yang seperti ini.”

Nathaniel masih menggeleng. “Tidak. Tidak ada yang menyukaiku. Bahkan ibuku dulu ingin membunuhku saat aku masih dalam kandungan.” Suaranya terdengar rapuh, mengungkapkan luka yang mendalam.

Isabella terkejut mendengar pernyataan Nathaniel. Dia menatap kedua mata Nathaniel yang berkaca-kaca, dan hatinya seperti diremas melihat ekspresi pria itu.

“Kau pasti salah paham, Nate,” ucap Isabella dengan lembut, “mana mungkin ada ibu yang ingin membunuh anaknya sendiri?”

Nathaniel hanya menggeleng sedih. “Aku bukan anak Elena Alexander,” bisiknya, suaranya terputus-putus. “Aku hanya kesalahan yang diciptakan oleh perempuan itu saat masih duduk di sekolah men

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 28: Perhatian Kecil untuk Nate

    Isabella merasa semakin lelah dengan perdebatan ini. “Kau tidak akan mendapatkan apa yang pernah kau sia-siakan, Henrik.”Ketika Isabella hendak berbalik dan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba Henrik memeluknya dari belakang. Isabella merasa kesal dan tanpa berpikir panjang, dia menyikut perut Henrik dengan keras hingga pria itu melepaskan pelukannya.Isabella berbalik menghadap Henrik lagi, tatapan matanya penuh dengan kemarahan. Tanpa ragu dia menampar wajah pria itu dengan keras. “Jangan kurang ajar!” bentaknya dengan suara gemetar karena emosi yang meluap.Henrik tercekat, terdiam sejenak akibat kejutan dari tamparan itu.“Pergi dari sini!” tegas Isabella.Henrik tidak bergeming. Dia maju dan dengan tiba-tiba memeluk Isabella dengan erat. Isabella berusaha meronta dengan sekuat tenaga, tetapi pelukan Henrik begitu kuat sehingga dia kesulitan untuk melepaskan diri. “Lepaskan aku, Henrik!” teriaknya de

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 29: Posesif

    “Isabella, aku bisa melakukannya sendiri,” kata Nathaniel dengan nada agak kaku.“Aku tahu kau pasti bisa melakukannya sendiri, tapi aku bisa melakukannya lebih baik darimu,” tegas Isabella. Dengan tangannya yang lembut, ia terus merapikan dasi Nathaniel, memperbaikinya dengan cermat. Nathaniel meskipun enggan, akhirnya pasrah pada bantuannya.Julian yang masih menyaksikan adegan itu, tersenyum lebar. “Kalian seperti suami istri yang saling menyayangi,” ujarnya, mencoba menghangatkan suasana.Isabella tersenyum manis mendengarnya, “Apakah begitu menurutmu, Paman?”Namun Nathaniel segera menolak, “Tidak mungkin.”Nathaniel meraih tas kerjanya yang ada di kursi, kemudian buru-buru pamit pada Julian. “Aku berangkat, Paman.”Julian tak ingin Nathaniel pergi dengan perut kosong, menegur lagi, “Kau harus makan sesuatu dulu, Nate. Jangan sampai lambungmu bermasalah lagi.&

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 30: Sinopsis

    Isabella yang masih berdiri di samping Nathaniel dengan senyum nakal di bibirnya, tiba-tiba bertanya, “Ada kursi untukku?” dia melihat sekeliling ruangan, mencari kursi yang bisa dia tempati. Ekspresinya penuh dengan kepolosan yang membuatnya terlihat seperti gadis kecil yang mencari tempat duduk di sekolah baru.Nathaniel menatap Isabella dengan wajah lelah. “Tidak ada. Kau tahu sendiri jika kantor BelleVue Books sangat miskin? Kami hanya punya kursi untuk karyawan,” ucapnya.Isabella tanpa rasa malu, membalas dengan candaan, “Kalau begitu, boleh aku duduk di pangkuanmu?”Kata-kata Isabella membuat Nathaniel tersedak ludahnya sendiri. Ekspresi wajahnya langsung berubah menjadi kaku, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Ruangan tiba-tiba riuh oleh sorakan rekan-rekan Nathaniel yang mendengar ucapan Isabella. Beberapa dari mereka tertawa terbahak-bahak, sedangkan yang lain hanya menunjukkan ekspres

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 31: Kecemburuan Henrik

    Nathaniel melihat bunga-bunga itu dengan ekspresi agak bosan, “Berhenti membawakanku bunga.”Isabella menangkap getaran kesal dalam kata-kata Nathaniel, “Kenapa? Kau mau dibawakan yang lain? Baiklah, sebutkan saja apa yang kau inginkan?”Sorakan kembali terdengar dari rekan-rekan Nathaniel, membuat suasana di ruangan semakin riuh. Nathaniel menoleh pada teman-temannya dengan ekspresi marah, yang membuat mereka seketika diam.Nathaniel lalu menoleh pada Isabella dengan muka kesal. “Bisa berhenti membuatku kesal?”Isabella menggeleng sambil terus memegang tangkai bunga dengan penuh semangat. “Kenapa semua hal membuatmu kesal? Padahal aku melakukan ini agar kau senang.” Dia bahkan berlutut seperti seorang pangeran sambil menyodorkan bunga-bunga itu.Rekan-rekan Nathaniel menahan tawa, dan Nathaniel pun merasa terjebak dalam situasi yang memalukan. “Seandainya kau bukan perempuan, aku tidak akan seg

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 32: Lima Tahun Lalu

    Pelayan wanita datang mengantarkan makanan di meja Nathaniel dan Isabella. “Terima kasih,” ucap Nathaniel sopan pada pelayan wanita tersebut.“Sama-sama,” kata pelayan sebelum pergi dengan senyuman ramahnya. Isabella memerhatikan Nathaniel yang ramah pada orang lain.“Kenapa kau ramah begitu? Tapi padaku kau jutek sekali,” tanya Isabella.“Kau pikir kenapa?” balas Nathaniel sambil memotong steaknya dengan hati-hati.“Kenapa?” tanya Isabella, ingin mendapatkan jawaban pasti.“Karena aku tidak bisa ramah pada perempuan menyebalkan seperti dirimu,” jawab Nathaniel dengan jujur sambil tetap fokus pada hidangannya.“Ku kutuk kau jatuh cinta padaku,” ucap Isabella, mencoba menggoda Nathaniel.“Mimpi saja kau,” balas Nathaniel sambil mengunyah makanannya dengan cepat— karena sebelumnya tidak sarapan, kali ini Nathaniel merasa lapar sekali. I

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 33: Pertemuan Henrik dengan Nathaniel

    Isabella tersenyum tipis, tetapi masih terlihat sedikit cemas. “Aku akan langsung ke kantor BelleVue Books setelah menyelesaikan urusan dengan Evergreen Publishing,” tambahnya.Nathaniel mengangguk, menenangkan Isabella, “Baiklah, aku menunggumu.”Isabella merasa lega mendengar jawaban Nathaniel yang tidak sedingin biasanya. Isabella berharap jika permintaan maaf tulus darinya benar-benar membuat pria itu luluh, dan memaafkannya.“Terima kasih, Nate. Aku pergi dulu,” ucapnya dengan senyum tulus sebelum meninggalkan Nathaniel dalam keheningan ruangan.Setelah kepergian Isabella, Nathaniel terdiam, membiarkan pikirannya melayang pada ingatan-ingatan yang baru saja terbentuk selama percakapan dengan Isabella. Setiap kata yang diucapkannya masih tergantung di udara. Hingga sebuah suara memecah keheningan, “Nathaniel Alexander?” panggil seseorang.Nathaniel menoleh perlahan, melihat sosok Henrik Mueller ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 34: Jangan Diganggu!

    Nathaniel yang kini sudah merebahkan tubuhnya di atas sofa berbicara pada teman-temannya. “Kalian sibuklah dulu, aku akan tidur sebentar.” Matanya perlahan-lahan terpejam, dan napasnya menjadi lebih tenang.“Baik, tidurlah Yang Mulia,” sindir Luciana. Namun tak ada sahutan dari Nathaniel, membuat Luciana menoleh ke arah sofa yang ditempati oleh Nathaniel. Pemuda itu sudah mendapatkan posisi nyaman untuk tidur.“Sindiranku tidak terdengar, ya?” tanya Luciana sebelum kembali sibuk dengan pekerjaannya mengedit naskah.Beberapa saat kemudian, napas Nathaniel menjadi lebih dalam dan teratur. Dia benar-benar tertidur lelap di sofa, dan mengabaikan semua kegiatan di sekitarnya.Tiba-tiba, pintu kantor terbuka dan Isabella kembali. Matanya langsung tertuju pada Nathaniel yang tertidur di sofa. Dia terkejut melihat pemandangan itu, tapi cepat menyadari bahwa dia tidak boleh mengganggu.“Isabella, darimana saja...&rd

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 35: Ruangan Khusus

    Andreas menatap Nathaniel dengan serius. “Bukankah tadi kau bilang tidak bisa berkonsentrasi karena mendengar keributan Felix dan yang lain?”“Ya— tapi bukan berarti saya ingin pindah ruangan, Pak,” jawab Nathaniel bingung. Andreas manggut-manggut, lalu menoleh pada Felix, Luciana dan Clara. “Baiklah, kalau begitu kalian bertiga saja yang pindah ke ruangan lain. Karena ruangan ini akan digunakan oleh Nathaniel dan Isabella saja.”“Bukan begitu, Pak!!” Nathaniel merasa putus asa karena Andreas tidak memahami situasinya. “Saya hanya tidak ingin berduaan saja dengan Isabella,” jelas Nathaniel pada akhirnya.Isabelle melirik Nathaniel dengan ekspresi tersinggung. “Bisa-bisanya kau mengatakan hal itu saat aku masih ada di sini, Nate? Kau sungguh menyinggung perasaanku,” ucap Isabella.Nathaniel kaget saat tiba-tiba saja Isabella bangkit dari duduknya, lalu berjalan meninggalkan ruang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05

Bab terbaru

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 139. Ending

    Sore itu, Nathaniel melangkah keluar dari kantor dengan langkah cepat, wajahnya menunjukkan jelas kemarahan dan frustrasi. Pertengkarannya dengan Isabella tadi masih terasa panas di benaknya. Ketika Isabella mencoba mengikutinya, Nathaniel berusaha untuk tidak memperdulikannya.“Nate, tunggu!” panggil Isabella sambil mempercepat langkahnya untuk mengejar Nathaniel yang sudah berada di depan pintu utama.Nathaniel menghentikan langkahnya sejenak, namun tidak berbalik. “Apa?” suaranya terdengar dingin dan tegang.Isabella mendekat, meraih lengan Nathaniel. “Aku minta maaf soal tadi. Aku hanya kesal karena kau terus menerus menerima pesan dari Olivia,” katanya, suaranya merendah, berusaha menenangkan suasana.Nathaniel menatap Isabella dengan tajam, melepaskan tangannya dari genggaman Isabella. “Olivia yang mengirimiku pesan, Isabella. Bukan aku. Kenapa kau harus cemburu karena hal itu?”Isabella menghela napas, mencoba mengendalikan emosinya. “Karena aku merasa dia hanya mencari alasan

  • Editor Dingin Bikin Bucin   138. Kerjasama Lagi

    Nathaniel dan Isabella duduk berdampingan di ruang kerja mereka, suasana penuh dengan semangat dan produktivitas. Mereka telah menghabiskan beberapa minggu terakhir dengan bekerja keras, dan kini Isabella baru saja menulis penutup untuk novelnya. Ia merasa lega dan antusias untuk menunjukkan hasil kerjanya kepada Nathaniel.“Nate, bagaimana menurutmu?” Isabella bertanya, suaranya penuh harap sambil menatap layar komputer yang menampilkan paragraf akhir dari novelnya.Nathaniel yang sedang sibuk dengan catatannya, menggeser kursinya lebih dekat ke layar Isabella. Ia membaca dengan cermat setiap kata, matanya fokus pada kalimat-kalimat terakhir yang menggambarkan penyelesaian cerita.Isabella tersenyum, menikmati momen ini karena posisi Nathaniel yang sekarang sangat dekat dengannya. Kehangatan tubuhnya terasa nyaman di sebelahnya, membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat.Melihat peluang yang tak ingin dilewatkan, Isabella perlahan melin

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 137. Kejutan

    Nathaniel kesal mendengar ucapan Gabriel. “Ayah, aku bukan anak kecil lagi. Aku tahu apa yang kulakukan. Kau tidak bisa memaksaku untuk meninggalkan Isabella. Kita harus mencari solusi, bukan menambah masalah.”Isabella yang duduk mendengarkan pertengkaran itu dengan cemas, akhirnya berdiri. Hatinya terasa campur aduk, antara perasaan bersalah dan keinginan untuk mendukung Nathaniel. Dia berjalan mendekat, menatap Nathaniel dengan tatapan lembut.“Nate, tenanglah,” katanya dengan suara lembut, meski berusaha keras menahan emosinya. “Aku tahu ini sulit, tapi kita tidak akan mendapatkan solusi dengan bertengkar seperti ini.”Nathaniel menatap Isabella. Perlahan, dia menghela napas dan menurunkan suaranya. “Maafkan aku,” katanya dengan nada lebih tenang, mencoba meredam emosinya.Gabriel masih tampak tegang, wajahnya kaku dengan emosi yang bergolak. Nathaniel kembali duduk di samping Isabella, yang segera mengg

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 136. Meminta Maaf

    Pagi itu, sinar matahari menerobos tirai tipis jendela kamar Isabella, menerangi ruangan dengan kehangatan yang lembut. Udara pagi yang segar merayap masuk melalui jendela yang sedikit terbuka, menambah semangat baru untuk hari yang penting. Isabella berdiri di depan cermin kamarnya, merapikan gaun putih sederhana yang dipilihnya. Gaun itu memberikan kesan elegan namun rendah hati, sesuai dengan niatnya hari ini.Di sisi lain rumah, Emilia sedang merapikan rambutnya di depan cermin di kamar tidur. Wajahnya kini tampak sedikit tegang. Hari ini, dia akan melakukan sesuatu yang belum pernah dia lakukan seumur hidupnya: meminta maaf kepada keluarga selebriti. Emilia tahu jika mungkin ini akan lebih sulit dari yang dia bayangkan, tapi setidaknya dia akan berusaha demi putrinya.“Ibu, kau sudah siap?” Suara Isabella memecah keheningan, membawa Emilia kembali dari lamunannya. Isabella berdiri di ambang pintu, menatap ibunya dengan senyum lembut namun penuh doronga

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 135. Membersihkan Nama

    Di salah satu sudut tenang café yang berada tidak jauh dari jantung kota, Nathaniel duduk sendirian di meja kecil yang dikelilingi oleh dekorasi kayu dan lampu-lampu hangat yang menambah nuansa damai. Sambil menunggu kedatangan Olivia, ia meraih ponselnya dari saku, melihat layar penuh dengan pesan dari Isabella. Senyum tipis mengembang di wajahnya ketika ia membaca pesan-pesan itu yang kebanyakan tak begitu penting itu.Isabella, kau masih sakit. Harusnya banyak istirahat. Jangan melulu menggunakan ponselmu.Nathaniel mengirim pesan tersebut. Tak lama kemudian balasan dari Isabella masuk.Aku merasa bisa cepat sembuh jika aku terus terhubung denganmu.Sebelum Nathaniel sempat membalas pesan itu, terdengar suara dering keras dari ponselnya. Ia melihat nama Isabella muncul di layar sebagai panggila

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 134. Rindu Suaramu

    Isabella baru saja berbaring— siap untuk tidur setelah hari yang melelahkan di rumah sakit. Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Nada dering yang familiar membuatnya meraih ponsel di meja samping tempat tidur, dan melihat nama Nathaniel yang terpampang di layar membuat kantuknya sirna seketika.Isabella segera menjawab telepon itu, senyum terbentuk di wajahnya. “Halo, Nate,” sapanya semangat. “Halo, Isabella,” suara Nathaniel terdengar agak ragu. “Apa aku mengganggumu? Sudah larut.”Isabella tertawa kecil. “Tentu tidak, Sayang. Aku selalu rindu mendengar suaramu.”Nathaniel tertawa pelan, suara tawanya terdengar sedikit lega.“Aku serius, Nate,” lanjut Isabella dengan nada setengah menggoda. “Jangan tertawa.”“Baiklah, aku tidak akan tertawa lagi,” jawab Nathaniel dengan nada yang lebih serius, meski senyuman masih terasa dalam suaranya.

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 133. Tidak Salah Menerima Bantuan

    Nathaniel menarik napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. “Aku tahu ini tidak mudah, tapi kita harus mencoba. Isabella dan aku... kami saling mencintai, dan kami berhak mendapatkan kesempatan.”Elena menggigit bibirnya, tampak bimbang sejenak sebelum menegakkan punggungnya lagi. “Cinta tidak selalu cukup, Nate. Kadang ada hal-hal yang lebih penting dari perasaan itu.”“Apa yang lebih penting?” Nathaniel menatap Elena.Tepat saat itu, beberapa wartawan muncul, mengelilingi mereka di parkiran. Kilatan kamera dan rentetan pertanyaan yang mendesak membuat suasana semakin kacau.“Bagaimana kelanjutan hubungan Anda dengan Isabella setelah kecelakaan sebelumnya?”“Nathaniel, bukankah hubunganmu dengan keluarga Isabella sedang tidak baik?”“Nathaniel, bagaimana tanggapan Anda tentang situasi ini?”“Apakah ini terkait dengan skandal sebelumnya?”

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 132. Konflik

    Emilia mengingat bagaimana kelakuannya hingga membuat berita di media makin panas, menambahkan api ke situasi yang sudah kacau. Dia tahu bahwa dia paling merugikan Nathaniel, yang sebenarnya tidak pernah berbuat salah apa pun padanya. Dengan rasa bersalah yang menyelimuti, Emilia melangkah mendekat, wajahnya menunduk, merasa tak berdaya di hadapan dua orang muda yang telah dia sakiti.Nathaniel dan Isabella melepaskan pelukan mereka dengan perasaan hangat namun canggung. Nathaniel menoleh ke arah Emilia yang terus menatapnya dengan ekspresi serius.“Nate, bisa kita bicara sebentar?” tanya Emilia dengan ekspresi agak ragu. Nathaniel terkejut oleh permintaan itu, merasa resah, mengingat penolakan Emilia sebelumnya. Ia ragu-ragu sebelum akhirnya bertanya, “Kita bicara di luar?”Emilia mengangguk. Isabella, yang memperhatikan mereka, memberikan senyuman yang meyakinkan kepada Nathaniel, mencoba menenangkannya. “Semuanya akan baik-baik s

  • Editor Dingin Bikin Bucin   Bab 131. Kerinduan Terobati

    Hugo memandang Emilia dengan mata penuh kebencian. “Aku tidak akan pergi kecuali kau mentransfer uang padaku sekarang. Aku butuh uang itu, dan aku tahu kalian bisa memberikannya.”Emilia tersentak, hampir tidak percaya dengan sikap Hugo yang tidak tahu malu. “Uang? Kau datang ke sini untuk meminta uang? Ini rumah sakit, Hugo! Isabella sedang sakit, dan kau hanya memikirkan dirimu sendiri!”Hugo menyeringai sinis, melipat tangan di dadanya. “Ya, aku butuh uang itu. Dan aku tidak akan pergi sampai kau memberikannya.”Isabella menatap ayahnya penuh kebencian. “Kau benar-benar tidak punya hati, Ayah. Aku tidak akan memberikan apa pun padamu. Keluar dari sini!”Emilia akhirnya bangkit dari tempat duduknya, tubuhnya gemetar karena marah. “Keluar, Hugo. Sekarang juga!” teriak Emilia, matanya menyalak dengan kemarahan yang tertahan terlalu lama.Wajah Hugo berubah merah karena marah, pria itu mela

DMCA.com Protection Status