Share

3. Geram

Penulis: Cherry Blossom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 17:12:40

Chapter 3

Geram

"Jadi, Evander memintamu melupakan dendam di masa lalu kalian lalu kalian harus berteman lagi?" tanya Lisa, ibu dari seorang balita yang sedang dirawat di rumah sakit.

"Kumohom jangan menatapku seperti itu," kata Bianca lalu mendengus karena Lisa menatapnya seolah sedang membujuk dan memohon padanya.

"Hanya berteman, Bi. Berteman. Setelah aku bekerja dan posisiku aman, kau bisa memutuskan pertemanan itu dan membalas dendam jika itu mungkin," kata Lisa sembari memotong tangkai mawar kemudian meletakkannya pada gundukan mawar yang belum disusun oleh Bianca.

Balas dendam? Balas dendam seperti apa? Lagi pula menampar Evander di hari pertama mereka bertemu kembali sudah cukup membuat Bianca puas.

"Aku lebih baik menghidupi putramu sampai kau mendapatkan pekerjaan ketimbang harus menjadi teman Evander lagi," kata Bianca cukup serius.

"Kau pikir membesarkan anak hanya memberinya makan, pakaian, dan tempat tinggal? Ada asuransi pendidikan dan asuransi kesehatan yang harus kau bayar, Bi."

Sialan, batin Bianca. Benar juga yang dikatakan Lisa, dirinya tidak berpikir sajauh itu karena kurangnya pengamalan. Meskipun toko bunga kecilnya tidak bisa dibilang sepi pembeli, tetapi uang dari keuntungan yang didapat sedang dipakai untuk pengembangan rumah kaca modern agar dapat menanam bunga sendiri, ia mungkin harus lebih berhemat jika harus membiayai Agusto.

Atau mungkin ai harus mengambil pekerjaan paruh waktu agar dirinya bisa menambah penghasilan, tetapi rasanya mustahil. Toko bunganya akan terbengkalai dan ia tidak bisa mengawasi kebun kacanya setiap saat lagi. Bianca benar-benar dilema untuk itu.

"Aku bisa saja mendapatkan pekerjaan serabutan, tapi kau tahu, 'kan? Tidak seorang pun yang bisa menjaga Agusto selaian kau saat ini. Jadi, aku perlu gaji besar agar aku bisa membayar baby sitter, aku tidak mungkin menitipkannya padamu setiap kali aku bekerja di cafe malam hari, kau juga butuh istirahat, Bi."

"Dengan kata lain kau sangat menginginkan pekerjaan itu?" tanya Bianca kemudian menghela napas berat.

"Tentu saja, itu adalah perusahaan bergengsi dan gajinya sudah pasti cukup untuk menopang kehidupan kami," jawab Lisa sungguh-sungguh lalu wanita itu menangkupkan kedua tangannya di depan wajahnya. "Bi, kumohon. Sekali lagi saja."

Bianca menatap buket 1001 mawar yang dibagi menjadi beberapa buket dan hampir jadi lalu menekan pelipisnya. "Tidak, Lisa. Aku lebih baik menjaga Agusto setiap malam dari pada berteman lagi dengan si brengsek itu. Kau juga harus memikirkan perasaanku. Dia pernah meninggalkanku begitu saja, membuangku seperti aku adalah sampah yang tidak bisa didaur ulang. Ya Tuhan."

Lisa memegangi pundak Bianca dan menatapnya dengan tatapan memohon. "Tapi itu sudah sangat lama, Bi."

"Dia bahkan tidak minta maaf kepada padaku sampai sekarang, dan malah menawarkan pertemanan. Konyol!" kata Bianca benar-benar kesal dan ia tidak menyembunyikan kekesalannya.

Lagi pula, untuk apa berteman dengan Evander, pria itu pasti punya banyak teman di Madrid dan Evander juga memiliki kekasih, seharusnya Evander sudah tidak memerlukan teman tambahan. Menawarkan pertemanan kepadanya menurutnya hanya omong kosong bahkan mungkin hanya trik untuk mengelabuinya lagi dan Evander seharusnya sudah tahu dengan jelas jawabannya.

Sementara Lisa kehabisan kata-kata, ia tidak dapat lagi mendesak sahabatnya, akhirnya ia memilih menyelesaikan memotong-motong tangkai mawar dibandingkan meyakinkan Bianca untuk berteman dengan Evander lagi karena Lisa tahu jika ia membuka mulut lagi untuk meyakinkan bahkan memohon pada Bianca, sahabatnya itu tetap akan pada pendiriannnya.

Dua jam kemudian Bianca dan Lisa berdiri di depan meja sambil berkacak pinggang menatap buket bunga yang berisikan 1001 bunga mawar.

"Kurasa mantan pacarmu itu benar-benar romantis, ya?" kata Lisa.

Romantis. Jika Evander tidak meninggalkannya begitu saja mungkin kata romantis cocok untuknya. Sayangnya setelah apa yng Evander lakukan padanya membuat kesan baiknya pada Evander memudar hingga tak berbekas.

"Aku justru kasihan pada gadis yang sedang dikencaninya," kata Bianca sinis dan ia menatap Lisa dengan jengkel karena memuji Evander.

"Tidak semua laki-laki memiliki effort seperti itu, 1001 mawar artinya cinta yang lengkap. Evander pasti sangat mencintai gadis itu."

Perasaan Bianca seperti tertusuk mendengar ucapan Lisa, mengingat betapa jahatnya Evander yang meninggalkannya begitu saja. Ada perasaan tidak biasa menjalari otaknya, semacam rasa iri dan Bianca langsung membeci perasaan itu.

"Kau sudah dua kali memujinya," kata bianca geram.

"Kurasa manusia bisa berubah dan saat ia meninggalkanmu dulu, dia masih hanya seorang anak-anak. Sekarang dia mungkin sudah dewasa."

Persetan dengan Evander sekarang, batin Bianca. Sikap evander yang meningglakannya setelah memanfaatkannya tidak bisa ia maafkan, sampai kapan pun. Apalagi akibat perbuatan Evander telah membuatnya trauma hingga ia bersikap antipati terhadap semua pria.

Bianca melirik jam di pergelangan tangan kanannya, waktu sudah mulai malam, toko juga sudah hampir tutup, tetapi Evander belum juga muncul untuk mengambil bunga pesanannya.

Bianca lalu memanggil salah satu pegawainya yang bernama Alma. "Alma, hubungi pemesan bunga itu, katakan padanya toko akan segera tutup dan dia harus mengambil pesanannya."

Alma baru saja hendak mendekati meja kasir untuk mengejawantahkan perintah Bianca, tetapi seorang pria tampan dengan kulit kecokelatan menggeser pintu toko.

"Bunga pesananmu sudah siap," ucap Bianca acuh.

Evander mengelus sebelah alisnya kemudian berkata, "Apa kau memperlakukan semua pelangganmu dengan ketus seperti ini?"

"Bagaimana sikapku pada pelanggan, itu bukan urusanmu," sahut Bianca semakin ketus.

Lisa mendekati Bianca, wanita itu berbisik, "Ini mantan kekasihmu itu?" tanyanya dan Bianca tidak menyahut. Sementara mata Lisa berkilat-kilat menatap Evander. "Apa Anda Tuan Evander Torrado?"

Evander menaikkan kedua alisnya dan mengangguk meskipun samar. "Bianca pasti sudah bercerita banyak tentangku, 'kan?"

"Aku hanya mengatakan jika kau pria brengsek dan licik," kata Bianca dengan datar.

"Tidak, tidak. Jangan dengarkan dia," kata Lisa sembari menggelengkan kepalanya dan satu tangannya melambai-lambai. "Mr. Torrado, aku adalah Lisa Tamlyn. Aku yang meminta Bianca untuk mewakiliku wawancara dengan bagian personalia di kantormu karena putraku sedang sakit."

"Kau pasti sudah tahu jika kau sudah kuterima dengan syarat...."

"Bianca sudah menyetujuinya," potong Lisa cepat-cepat.

"Lisa... Oh my God" erang Bianca.

Evander tersenyum. "Mulai besok kau mulai bekerja di kantorku dan biaya pengobatan putramu juga akan kutanggung."

"Ya Tuhan, terima kasih, Mr. Torrado," kata Lisa girang.

Sementara Bianca tidak bisa berkata-kata lagi, wanita itu mematung di tempatnya seraya menatap Lisa dengan jengkel.

Evander memberikan kode dengan tangannya, dua orang pria berperawakan tegap masuk ke toko. "Angkat bunga-bunga itu," titah Evander.

Evander mendekati buket bunga raksasa yang sedang diangkat oleh dua bodyguard kemudian mencabut satu tangkai mawar, bibirnya menyunggingkan senyum lalu mengulurkan mawar di tangannya kepada Bianca.

"Terima kasih," kata Evander.

Sementara Bianca meremas tangkai mawar dengan geram, ingin sekali melemperkan mawar di tangannya kepada Evander.

Wanita berambut pirang itu langsung memeluk Evander, sementara bersamaan dengan itu seorang pelayan datang mengantarkan makanan pesanan Bianca dan Evan.

"Apa sekarang kau sedang ada pekerjaan di sini?" tanya wanita berambut pirang yang mengenakan gaun berwarna biru muda itu sembari melepaskan pelukannya.

"Ya."

"Kau menginap di sini?" tanya wanita bernama Ilona Callie itu dengan gaya manja.

"Tidak, aku hanya...."

"Oh, apa wanita itu teman kencanmu?" tanya Ilona sambil menengok kepada Bianca yang dengan tenang sedang menggigit Taco. Sekilas Ilona mengamati penampilan Bianca. "Oh, tidak mungkin. Dia pasti bukan teman kencanmu, 'kan?"

Evander berdehem. "Apa kau mau bergabung bersama kami?"

Ilona langsung menarik kursi di samping Evander. "Aku tidak mengganggu, 'kan?"

Evander mengangguk lalu duduk, tangannya terulur kepada Bianca dan berkata, "Dia Bianca, temanku."

"Kami hanya kenalan lama," sahut Bianca kemudian tersenyum yang dibuat-buat kepada Evander dan batinnya bersorak karena Evander menyipitkan matanya tanda tidak senang.

"Oh, ini seperti sebuah reuni rupanya," kata Ilona sambil duduk.

"Bianca, kau bisa panggil aku Ilona. Aku adalah mantan kekasih Evander ketika kami sama-sama menjadi mahasiswa," ujar Ilona.

Bianca kembali tersenyum yang dibuat-buat. "Mengesankan. Kalian pasangan yang sangat cocok."

"Sayang sekali sekarang dia hanya mantanku, dulu kami putus karena sering bertengkar, dan itu hanya karena kami masih terlalu muda. Kurasa."

Bianca mengangguk, senyumnya masih dibuat-buat. "Sayang sekali."

Namun, setidaknya nasib Ilona jauh lebih baik dibandingkan dengan dirinya yang dibuang seperti sampah oleh Evander setelah dimanfaatkan sedemikan rupa. Mengingat hal itu membuat Bianca kembali geram dan ingin sekali mencabik-cabik wajah Evander.

Bianca mengangkat gelasnya lalu meneguk air putih dari gelas berkaki tinggi kemudian meletakkan kembali gelasnya, setelah menyapu bibirnya menggunakan kain bersih yang tersedia ia mengambil tasnya yang berada di kursi khusus untuk meletakkan tas di dekatnya kemudian berdiri.

"Terima kasih traktirannya," ucap Bianca dan tersenyum mengejek kepada Evander. "Sampai jumpa, Ilona." Lalu Bianca melenggang begitu saja menjauh.

Bianca meninggalkan Four Season Hotel dan karena kebetulan jalan menuju rumahnya melewati toko bunganya. Jadi, Bianca memutuskan untuk singgah ke toko, kebetulan ia juga membawa kunci tokonya.

Ia membuka pintu kemudian masuk dan mengamati ruangan yang didesain sendiri, beberapa menit kemudia duduk di sofa berwarna abu-abu tua yang berada di tengah ruangan.

Bianca menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, memejamkan matanya beberapa saat sembari bebberapa kali menghela napas cukup dalam. Rasanya sudah lama sekali tidak menikmati waktu santai, sepertinya sejak memutuskan membuat rumah kaca untuk budidaya bunga impiannya lalu ditambah kematian suami Lisa. Ia hampir tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Bahkan untuk pergi ke salon kecantikan untuk merapikan rambutnya saja tidak ada waktu.

Pagi-pagi sekali ia harus menyiapkan diri membuka toko bunga, lalu memantau beberapa pekerjanya yang mengurus tanaman di rumah kaca lalu merangkai bunga pesanan pelanggannya. Merangkai bunga adalah pekerjaan yang tidak ia serahkan sepenuhnya pada karyawannya. Hanya buket bunga dasar yang ia percayakan pada anak buahnya sementara pesanan yang rumit dan unik ia kerjakan sendiri.

Bianca belajar dari pengalamannya selama empat tahun bekerja sebagai perangkai bunga, toko bunga bosnya dulu sangat ramai sehingga Bianca sering mau tidak mau harus belajar merangkai berbagai macam jenis bunga termasuk rangkaian bunga yang unik dan rumit.

Pada akhirnya ketika Bianca memiliki cukup modal dan keberanian, juga kemampuan merangakai bunga, ia memilih membuka bisnis sendiri meskipun toko bunganya belum bisa dibilang menjadi saingan toko bunga mantan bosnya dulu.

Bersambung....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • EX to NEXT 21+   4. Bertemu Evander Lagi

    Chapter 4 Bertemu Evander Lagi "Bersiaplah, untuk makan malam bersamaku." Oh, Tuhan! Bianca ingin menghancurkan ponselnya setelah membaca pesan yang dikirimkan Evander. Baru satu hari Lisa bekerja di Binter Canarias dan Evander sudah berusaha menindasnya dengan memaksanya pergi makan malam. Pria itu benar-benar menjengkelkan. "Hari ini aku tidak bisa menemanimu makan malam karena aku harus menjaga putra Lisa." Tulis Bianca di pesan pendeknya. "Lalu, ke mana Lisa?" tanya Evander. "Dia baru sehari bekerja di kantormu, dia masih butuh biaya untuk membayar baby sitter yang menjaga putranya di siang hari," jawab Bianca. Evander tidak membalas pesannya lagi dan Bianca merasa bersyukur, akhirnya ia terbebas dari pria itu. Bianca lalu melanjutkan aktivitasnya di dapur, ia menyusun piring-piring dan peralatan dapur lainnya ke dalam mesin pencuci piring lalu mengaktifkan mesin. Bianca mengeluarkan sayuran, daging, susu, pasta, dan beberapa jenis bawang dari dalam kulkas lal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • EX to NEXT 21+   5. Wanita-wanita Evander

    Chapter 5 Wanita-wanita Evander Ilona Callie adalah wanita yang pernah paling dihindari oleh Evander sepanjang hidupnya. Sungguh sial semalam ia bertemu lagi dengan Ilona dan lebih sial lagi Bianca meninggalkannya, membuatnya terjebak dengan Ilona dan terpaksa meladeni Ilona yang berbicara tak tentu arah sementara dirinya harus berpura-pura menjadi pendengar yang baik. Evander tidak akan memaafkan Bianca dan wanita itu harus membayarnya, Evander akan membuat perhitungan dengannya. Evander dengan malas turun dari tempat tidur, pagi ini ada pertemuan penting yang harus dihadiri dan fakta dirinya kurang tidur membuatnya sedikit tidak bersemangat. Setelah membersihkan diri pria itu mengambil MacBook-nya dan membaca materi pertemuan ditemani secangkir kopi tanpa gula. Ia lalu mengaktifkan ponselnya dan suara pesan di ponselnya berbunyi dan Evander mengernyit membaca siapa pengirim pesan tersebut. Pesan itu dari Ilona dan Isabel, Evander tidak menggubrisnya dan melanjutkan kegiatann

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • EX to NEXT 21+   6. Selalu Mengancam

    Chapter 6Selalu Mengancam Bianca sedang mengamati pohon bunga Peony yang tingginya belum ada satu jengkal, menunggu waktu tiga tahun untuk Peony berbunga rasanya sangat konyol. Sialan! Tetapi, obsesinya menanam dan merawat bunga sendiri sudah bulat. Lagi pula menanti Peony-nya berbunga lalu bunga itu akan hidup selama lima puluh sampai seratus tahun menurutnya waktu tiga tahun terlalu singkat untuk sebuah penantian, itu sungguh sepadan.Bianca mencatat perkembangan pohon Peony dan bunga lain di bukunya sebagai rutinitasnya setiap pagi setelah membuka toko dan Alma bertugas menjaga tokonya. Bianca juga memperkerjakan satu orang untuk membantunya mengurus tumbuhan di rumah kaca karena mustahil semua dikerjakan sendiri. "Bianca, apa kau sudah melihat bunga Lily kita??" tanya Don, orang yang ia percaya membantunya merawat bunga. "Aku belum melihatnya pagi ini," kata Bianca. "Kau harus melihatnya, ada satu yang memiliki kuncup. Sepertinya ia akan berbunga!" katanya dengan penuh sem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   7. Mencium Bianca

    Chapter 7Mencium Bianca"Kau tidak perlu pergi jika tidak ingin pergi, abaikan saja ancamannya," kata Lisa ketika Bianca sedang bersiap untuk pergi menemani Evander bertemu client. Dulu ketika menjadi mahasiswa di Complutense University of Madrid, Bianca dan Lisa adalah teman satu kamar di asrama. Bahkan ketika mereka sudah lulus pun pada akhirnya mereka masih memutuskan untuk tinggal berdekatan hingga Lisa menikah dan memutuskan tinggal di apartemen suaminya. Lalu ketika suami Lisa meninggal, Lisa kembali memutuskan untuk menyewa apartemen di gedung di mana Bianca tinggal agar mereka dapat kembali berdekatan.Bianca awalnya sangsi terhadap pertemanannya dengan Lisa, ia sedikit trauma. Takut akan dimanfaatkan sepeti apa yang Evander pernah lakukan padanya dulu. Tetapi, seiring berjalannya waktu Lisa tidak pernah memanfaatkannya. Jika Lisa memanfaatkannya saat ingin bekerja di Binter Canarias itu pengecualian, Bianca memaklumi karena keadaan Lisa yang sedang kurang beruntung dan ang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   8. Pacar Palsu

    Chapter 8Pacar Palsu “Astaga....” Bianca menggelengkan kepalanya karena Evander pagi-pagi sekali sudah berada di depan toko bunganya. Bahkan toko bunganya belum buka.“Aku hanya kebetulan lewat dan aku ingin melihat-lihat toko bungamu,” kata Evander.Bianca sanksi dengan ucapan Evander, bagaimanapun pria yang sedang ia hadapi adalah Evander yang dikenalnya sebagai pria licik jika menyangkut keuntungannya pribadi. Evander pasti memiliki tujuan lain padanya, entah itu ada hubungannya dengan Ilona atau tujuan lain, tetapi yang jelas kali ini Bianca bersumpah tidak akan terjebak dalam permainan Evander.Hanya katak bodoh yang terjatuh pada lubang yang sama dua kali dan Bianca tidak ingin menjadi kataka bodoh itu, ia harus lebih waspada terhadap Evander. Bianca tidak menggubrisnya, ia memasukkan kunci pada lubang kunci tokonya lalu memutarnya dan membuka pintu tokonya. Tidak lama Evander menyusulnya dan pria itu membawa boneka di tangannya.“Kuharap kau menyukainya,” ucap Evander seraya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   Prologue

    Halo....Jam berapa kalian membaca ini?Apa kabar semua?Jumpa lagi dengan Cherry di sini.Prologue Madrid, 09:30 am.Bianca mengumpat, tidak seharusnya ia sebagai seorang penjual bunga berada di sebuah gedung perkantoran dengan mengenakan pakaian berupa rok span ketat yang membuat bentuk bokongnya terekspos dan setelan blazer yang membuatnya terlihat seperti guru matematika yang selalu memasang tampang serius. "Sialan," umpatnya pelan sekali lagi sambil berkaca di toilet. Sahabatnya tersayang baru saja kehilangan suaminya yang meninggal akibat kecelakaan sementara Ia memiliki seorang anak yang masih kecil dan kebetulan anak itu sakit sehingga Lisa sahabatnya tidak bisa pergi untuk wawancara di perusahaan penerbangan Binter Canarias. Lisa sangat membutuhkan pekerjaan itu karena setelah kehilangan suaminya otomatis ia menjadi tulang punggung untuk dirinya sendiri dan anaknya yang masih kecil, hari ini Bianca datang ke kantor untuk bertemu bagian personalia mewakili Lisa bukan un

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • EX to NEXT 21+   1. Si Brengsek

    Chapter 1Si Brengsek "Ya Tuhan, Bianca... kau baru saja menghancurkan karierku," erang Lisa yang duduk di bangku tunggu rumah sakit."Karier yang belum dimulai," ralat Bianca tidak terima."Bi, itu satu-satunya harapanku," kata Lisa terlihat putus asa. Bianca Stanton, wanita berusia dua puluh tujuh tahun pemilik mata berwarna hijau itu menghela napas berat. Ia juga tidak menyangka kalau paginya akan menjadi hari yang sangat buruk pagi ini, ia tidak menyangka jika dirinya akan bertemu dengan Evander Torrado. Ia bahkan tidak menyangka seorang Evander secepat itu duduk di kursi CEO di sebuah perusahaan penerbangan di negaranya.Bianca lebih tidak percaya lagi jika perusahaan penerbangan itu ternyata milik keluarga Torrado setelah ia mencari tahu tentang perusahaan itu. Benar-benar ceroboh karena tidak mencari tahu terlebih dahulu sebelum memberikan bantuan kepada Lisa. "Aku tidak tahan lagi ingin sekali menamparnya," kata Bianca terlihat jengah. "Asal kau tahu, tamparan saja tidak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • EX to NEXT 21+   2. La Luna Florist

    Chapter 2La Luna Florist"Kau sepertinya dalam suasana hati yang tidak bagus," kata Valeria Adams, sekretaris Evander seraya meletakkan secangkir kopi di atas meja.Evander melirik gelas berisi kopi yang mengepulkan asap panas di atas meja, suasanya hatinya memang sedang sangat kacau dan penyebabnya tentu saja Bianca. Evander tidak menyangka jika hari kedua menduduki jabatan sebagai CEO di perusahaan penerbangan milik ayahnya justru mendapatkan tamparan dari seorang wanita, pria pemilik mata biru itu meraba pipinya yang beberapa jam lalu ditampar oleh Bianca.Evander secara tidak sengaja melihat Bianca sedang berbicara dengan resepsionis, ia lalu memerintahkan sekretarisnya untuk menyelidiki untuk apa Bianca datang ke kantornya. Evander lalu menginstruksikan kepada sekretarisnya agar mengarahkan Bianca ke ruangannya, tetapi Evander tidak menyangka jika kejadian sembilan tahun yang lalu masih membuat Bianca marah dan rupanya menyimpan dendam sehingga meluapkannya dengan menampar dir

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27

Bab terbaru

  • EX to NEXT 21+   8. Pacar Palsu

    Chapter 8Pacar Palsu “Astaga....” Bianca menggelengkan kepalanya karena Evander pagi-pagi sekali sudah berada di depan toko bunganya. Bahkan toko bunganya belum buka.“Aku hanya kebetulan lewat dan aku ingin melihat-lihat toko bungamu,” kata Evander.Bianca sanksi dengan ucapan Evander, bagaimanapun pria yang sedang ia hadapi adalah Evander yang dikenalnya sebagai pria licik jika menyangkut keuntungannya pribadi. Evander pasti memiliki tujuan lain padanya, entah itu ada hubungannya dengan Ilona atau tujuan lain, tetapi yang jelas kali ini Bianca bersumpah tidak akan terjebak dalam permainan Evander.Hanya katak bodoh yang terjatuh pada lubang yang sama dua kali dan Bianca tidak ingin menjadi kataka bodoh itu, ia harus lebih waspada terhadap Evander. Bianca tidak menggubrisnya, ia memasukkan kunci pada lubang kunci tokonya lalu memutarnya dan membuka pintu tokonya. Tidak lama Evander menyusulnya dan pria itu membawa boneka di tangannya.“Kuharap kau menyukainya,” ucap Evander seraya

  • EX to NEXT 21+   7. Mencium Bianca

    Chapter 7Mencium Bianca"Kau tidak perlu pergi jika tidak ingin pergi, abaikan saja ancamannya," kata Lisa ketika Bianca sedang bersiap untuk pergi menemani Evander bertemu client. Dulu ketika menjadi mahasiswa di Complutense University of Madrid, Bianca dan Lisa adalah teman satu kamar di asrama. Bahkan ketika mereka sudah lulus pun pada akhirnya mereka masih memutuskan untuk tinggal berdekatan hingga Lisa menikah dan memutuskan tinggal di apartemen suaminya. Lalu ketika suami Lisa meninggal, Lisa kembali memutuskan untuk menyewa apartemen di gedung di mana Bianca tinggal agar mereka dapat kembali berdekatan.Bianca awalnya sangsi terhadap pertemanannya dengan Lisa, ia sedikit trauma. Takut akan dimanfaatkan sepeti apa yang Evander pernah lakukan padanya dulu. Tetapi, seiring berjalannya waktu Lisa tidak pernah memanfaatkannya. Jika Lisa memanfaatkannya saat ingin bekerja di Binter Canarias itu pengecualian, Bianca memaklumi karena keadaan Lisa yang sedang kurang beruntung dan ang

  • EX to NEXT 21+   6. Selalu Mengancam

    Chapter 6Selalu Mengancam Bianca sedang mengamati pohon bunga Peony yang tingginya belum ada satu jengkal, menunggu waktu tiga tahun untuk Peony berbunga rasanya sangat konyol. Sialan! Tetapi, obsesinya menanam dan merawat bunga sendiri sudah bulat. Lagi pula menanti Peony-nya berbunga lalu bunga itu akan hidup selama lima puluh sampai seratus tahun menurutnya waktu tiga tahun terlalu singkat untuk sebuah penantian, itu sungguh sepadan.Bianca mencatat perkembangan pohon Peony dan bunga lain di bukunya sebagai rutinitasnya setiap pagi setelah membuka toko dan Alma bertugas menjaga tokonya. Bianca juga memperkerjakan satu orang untuk membantunya mengurus tumbuhan di rumah kaca karena mustahil semua dikerjakan sendiri. "Bianca, apa kau sudah melihat bunga Lily kita??" tanya Don, orang yang ia percaya membantunya merawat bunga. "Aku belum melihatnya pagi ini," kata Bianca. "Kau harus melihatnya, ada satu yang memiliki kuncup. Sepertinya ia akan berbunga!" katanya dengan penuh sem

  • EX to NEXT 21+   5. Wanita-wanita Evander

    Chapter 5 Wanita-wanita Evander Ilona Callie adalah wanita yang pernah paling dihindari oleh Evander sepanjang hidupnya. Sungguh sial semalam ia bertemu lagi dengan Ilona dan lebih sial lagi Bianca meninggalkannya, membuatnya terjebak dengan Ilona dan terpaksa meladeni Ilona yang berbicara tak tentu arah sementara dirinya harus berpura-pura menjadi pendengar yang baik. Evander tidak akan memaafkan Bianca dan wanita itu harus membayarnya, Evander akan membuat perhitungan dengannya. Evander dengan malas turun dari tempat tidur, pagi ini ada pertemuan penting yang harus dihadiri dan fakta dirinya kurang tidur membuatnya sedikit tidak bersemangat. Setelah membersihkan diri pria itu mengambil MacBook-nya dan membaca materi pertemuan ditemani secangkir kopi tanpa gula. Ia lalu mengaktifkan ponselnya dan suara pesan di ponselnya berbunyi dan Evander mengernyit membaca siapa pengirim pesan tersebut. Pesan itu dari Ilona dan Isabel, Evander tidak menggubrisnya dan melanjutkan kegiatann

  • EX to NEXT 21+   4. Bertemu Evander Lagi

    Chapter 4 Bertemu Evander Lagi "Bersiaplah, untuk makan malam bersamaku." Oh, Tuhan! Bianca ingin menghancurkan ponselnya setelah membaca pesan yang dikirimkan Evander. Baru satu hari Lisa bekerja di Binter Canarias dan Evander sudah berusaha menindasnya dengan memaksanya pergi makan malam. Pria itu benar-benar menjengkelkan. "Hari ini aku tidak bisa menemanimu makan malam karena aku harus menjaga putra Lisa." Tulis Bianca di pesan pendeknya. "Lalu, ke mana Lisa?" tanya Evander. "Dia baru sehari bekerja di kantormu, dia masih butuh biaya untuk membayar baby sitter yang menjaga putranya di siang hari," jawab Bianca. Evander tidak membalas pesannya lagi dan Bianca merasa bersyukur, akhirnya ia terbebas dari pria itu. Bianca lalu melanjutkan aktivitasnya di dapur, ia menyusun piring-piring dan peralatan dapur lainnya ke dalam mesin pencuci piring lalu mengaktifkan mesin. Bianca mengeluarkan sayuran, daging, susu, pasta, dan beberapa jenis bawang dari dalam kulkas lal

  • EX to NEXT 21+   3. Geram

    Chapter 3 Geram "Jadi, Evander memintamu melupakan dendam di masa lalu kalian lalu kalian harus berteman lagi?" tanya Lisa, ibu dari seorang balita yang sedang dirawat di rumah sakit. "Kumohom jangan menatapku seperti itu," kata Bianca lalu mendengus karena Lisa menatapnya seolah sedang membujuk dan memohon padanya. "Hanya berteman, Bi. Berteman. Setelah aku bekerja dan posisiku aman, kau bisa memutuskan pertemanan itu dan membalas dendam jika itu mungkin," kata Lisa sembari memotong tangkai mawar kemudian meletakkannya pada gundukan mawar yang belum disusun oleh Bianca. Balas dendam? Balas dendam seperti apa? Lagi pula menampar Evander di hari pertama mereka bertemu kembali sudah cukup membuat Bianca puas. "Aku lebih baik menghidupi putramu sampai kau mendapatkan pekerjaan ketimbang harus menjadi teman Evander lagi," kata Bianca cukup serius. "Kau pikir membesarkan anak hanya memberinya makan, pakaian, dan tempat tinggal? Ada asuransi pendidikan dan asuransi kese

  • EX to NEXT 21+   2. La Luna Florist

    Chapter 2La Luna Florist"Kau sepertinya dalam suasana hati yang tidak bagus," kata Valeria Adams, sekretaris Evander seraya meletakkan secangkir kopi di atas meja.Evander melirik gelas berisi kopi yang mengepulkan asap panas di atas meja, suasanya hatinya memang sedang sangat kacau dan penyebabnya tentu saja Bianca. Evander tidak menyangka jika hari kedua menduduki jabatan sebagai CEO di perusahaan penerbangan milik ayahnya justru mendapatkan tamparan dari seorang wanita, pria pemilik mata biru itu meraba pipinya yang beberapa jam lalu ditampar oleh Bianca.Evander secara tidak sengaja melihat Bianca sedang berbicara dengan resepsionis, ia lalu memerintahkan sekretarisnya untuk menyelidiki untuk apa Bianca datang ke kantornya. Evander lalu menginstruksikan kepada sekretarisnya agar mengarahkan Bianca ke ruangannya, tetapi Evander tidak menyangka jika kejadian sembilan tahun yang lalu masih membuat Bianca marah dan rupanya menyimpan dendam sehingga meluapkannya dengan menampar dir

  • EX to NEXT 21+   1. Si Brengsek

    Chapter 1Si Brengsek "Ya Tuhan, Bianca... kau baru saja menghancurkan karierku," erang Lisa yang duduk di bangku tunggu rumah sakit."Karier yang belum dimulai," ralat Bianca tidak terima."Bi, itu satu-satunya harapanku," kata Lisa terlihat putus asa. Bianca Stanton, wanita berusia dua puluh tujuh tahun pemilik mata berwarna hijau itu menghela napas berat. Ia juga tidak menyangka kalau paginya akan menjadi hari yang sangat buruk pagi ini, ia tidak menyangka jika dirinya akan bertemu dengan Evander Torrado. Ia bahkan tidak menyangka seorang Evander secepat itu duduk di kursi CEO di sebuah perusahaan penerbangan di negaranya.Bianca lebih tidak percaya lagi jika perusahaan penerbangan itu ternyata milik keluarga Torrado setelah ia mencari tahu tentang perusahaan itu. Benar-benar ceroboh karena tidak mencari tahu terlebih dahulu sebelum memberikan bantuan kepada Lisa. "Aku tidak tahan lagi ingin sekali menamparnya," kata Bianca terlihat jengah. "Asal kau tahu, tamparan saja tidak

  • EX to NEXT 21+   Prologue

    Halo....Jam berapa kalian membaca ini?Apa kabar semua?Jumpa lagi dengan Cherry di sini.Prologue Madrid, 09:30 am.Bianca mengumpat, tidak seharusnya ia sebagai seorang penjual bunga berada di sebuah gedung perkantoran dengan mengenakan pakaian berupa rok span ketat yang membuat bentuk bokongnya terekspos dan setelan blazer yang membuatnya terlihat seperti guru matematika yang selalu memasang tampang serius. "Sialan," umpatnya pelan sekali lagi sambil berkaca di toilet. Sahabatnya tersayang baru saja kehilangan suaminya yang meninggal akibat kecelakaan sementara Ia memiliki seorang anak yang masih kecil dan kebetulan anak itu sakit sehingga Lisa sahabatnya tidak bisa pergi untuk wawancara di perusahaan penerbangan Binter Canarias. Lisa sangat membutuhkan pekerjaan itu karena setelah kehilangan suaminya otomatis ia menjadi tulang punggung untuk dirinya sendiri dan anaknya yang masih kecil, hari ini Bianca datang ke kantor untuk bertemu bagian personalia mewakili Lisa bukan un

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status