Home / Romansa / EX to NEXT 21+ / 2. La Luna Florist

Share

2. La Luna Florist

last update Last Updated: 2025-02-27 17:11:49

Chapter 2

La Luna Florist

"Kau sepertinya dalam suasana hati yang tidak bagus," kata Valeria Adams, sekretaris Evander seraya meletakkan secangkir kopi di atas meja.

Evander melirik gelas berisi kopi yang mengepulkan asap panas di atas meja, suasanya hatinya memang sedang sangat kacau dan penyebabnya tentu saja Bianca. Evander tidak menyangka jika hari kedua menduduki jabatan sebagai CEO di perusahaan penerbangan milik ayahnya justru mendapatkan tamparan dari seorang wanita, pria pemilik mata biru itu meraba pipinya yang beberapa jam lalu ditampar oleh Bianca.

Evander secara tidak sengaja melihat Bianca sedang berbicara dengan resepsionis, ia lalu memerintahkan sekretarisnya untuk menyelidiki untuk apa Bianca datang ke kantornya. Evander lalu menginstruksikan kepada sekretarisnya agar mengarahkan Bianca ke ruangannya, tetapi Evander tidak menyangka jika kejadian sembilan tahun yang lalu masih membuat Bianca marah dan rupanya menyimpan dendam sehingga meluapkannya dengan menampar dirinya hanya karena sedikit kalimat ejekannya.

Menurut pria berusia dua puluh tujuh tahun itu kisah asmara mereka ketika itu tidak perlu dibesar-besarkan lagi, itu sudah terlalu lama dan itu juga hanya kisah cinta anak remaja sekolah menengah atas yang tidak serius. Lagi pula siapa suruh Bianca begitu polos saat itu sehingga begitu mudah diperdaya?

Namun, Evander tiba-tiba berpikir jika mungkin Bianca masih sepolos dulu sampai-sampai tidak tahu Binter Canarias adalah perusahaan milik siapa sehingga wanita itu bersedia datang menggantikan temannya. Apakah sebelum menggantikan temannya wawancara Bianca tidak menyelidiki latar belakang perusahaan terlebih dahulu? Bianca benar-benar konyol, pikir Evander.

"Kau baik-baik saja?" tanya Valeria membuyarkan lamunan Evander.

Evander menghela napasnya kemudian menatap Valeria, sekretarisnya yang sudah bersamanya beberapa bulan sejak ia masih menjadi wakil CEO.

"Aku baik-baik saja," jawab Evander muram.

"Hari ini kau ada jadwal pertemuan dengan petinggi perusahaan, apa kau sudah mempelajari susunan materi yang kusiapkan?" tanya Valeria.

Valeria selalu bekerja dengan baik, mengingatkan hal-hal kecil dan mengatur semua jadwal Evander dengan baik.

"Oh, iya. Isabel meneleponku tadi pagi, dia bilang ponselmu tidak aktif," ujar Valeria.

Evander memang belum mengaktifkan ponselnya dari kemarin malam, ponselnya masih dalam mode terbang dan itu biasa dilakukan untuk menjaga konsentrasinya dalam bekerja. Orang-orang terdekatnya tahu ke mana harus mencari Evander jika ponselnya tidak aktif dan Valeria tahu mana yang harus diprioritaskan.

"Aku kan meneleponnya nanti," jawab Evander malas.

Isabel adalah anak dari sahabat baik ayahnya. Ia dan isabel sudah lama berteman dan hubungan di antara mereka abu-abu. Mereka tidak memiliki hubungan spesial, tetapi mereka memiliki kedekatan dan Evan enggan menyebut Isabel sebagai teman tidurnya karena kedengarannya sepertinya terlalu kasar meskipun faktanya dirinya dan Isabel seperti itu.

Setelah Valeria pergi, pria tampan dengan tinggi 189 cm itu meraih ponselnya memerintahkan seseorang menyelidiki Bianca Stanton dan lima belas menit kemudian data-data Bianca sudah ada di genggamannya. Dengan pendidikannya Bianca justru membuka toko bunga padahal ia lulus sebagai Cumlaude saat mendapatkan gelar sarjana, pemikiran sederhana seperti itu tidak dapat dicerna menggunakan akal Evander.

La Luna Florist, Evander tersenyum menatap layar ponselnya, satu tangannya mengusap rambutnya yang berwarna cokelat gelap lalu bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruangan kerjanya kemudian melajukan mobil sport-nya menuju La Luna Florist.

Sesampainya di tempat yang ia tuju, Evander tidak langsung keluar dari mobil. Ia mengamati bangunan toko bunga yang sederhana, tetapi terlihat rapi dan bersih. Halamannya cukup luas sehingga memudahkan tempat parkir, di teras ada berbagai macam bunga yang dipajang menambah kesan toko bunga kecil yang manis dan estetik

Ketika Evander hendak memasuki pintu toko bunga, pintu toko itu merupakan pintu geser sepeti pintu ruang kerjanya, hanya saja tidak memakai teknologi otomatis sepeti pintu kerjanya.

Evander menggeser pintunya, suasana terlihat lengang dan tidak ada seorang pun di sana. Evander memutuskan untuk melihat-lihat beberapa bunga yang dipajang di dalam toko dan bibirnya mengulas senyum tipis.

"Ada yang bisa kubantu?"

Suara wanita itu membuat Evander memalingkan wajahnya dan ia mendapati Bianca mengenakan pakaian sederhana dengan celemek di tubuhnya memegangi gunting tanaman di tangan kirinya dan Evander baru ingat kalau Bianca kidal. Rambut panjang Bianca tidak lagi serapi tadi pagi saat mereka bertemu, tetapi justru terlihat lebih nyaman dipandang dibandingkan Bianca yang berpenampilan rapi.

Tatapan mereka bersobok, ekspresi Evander langsung serius dan terlihat dingin sementara Bianca memasang tampang galak.

"Untuk apa kau ke sini?" tanya Bianca langsung.

"Bianca?" tanya Evander berpura-pura terkejut melihat Bianca di sana. "Kau bekerja di sini?"

"Hari ini tokoku tidak buka," ucap Bianca.

"Oh. Jadi, ini tokomu? Tapi, kau memasang tanda 'open' di pintumu."

"Ya, aku buka untuk pelangganku."

Evander tersenyum sinis. "Aku bisa membeli toko bungamu jika aku mau."

"Tidak sopan!" kata Bianca sambil melotot. "Kau pikir mentang-mentang kau punya banyak uang dan orang tuamu putra orang penting di negara ini kau bisa seenaknya saja menggertakku?"

"Aku hanya ingin memesan 1001 mawar merah untuk kekasihku dan aku mau sekarang," kata Evander seraya menatap mata Bianca dengan tatapan lurus yang mengintimidasi.

"Sudah kubilang, aku hanya melayani pelangganku saja," ujar Bianca tegas dan membalas tatapan Evander.

Evander tersenyum sinis kepada Bianca meskipun batinnya tidak, menyaksikan Bianca yang begitu berani dan berbeda dengan Bianca di masa sekolah menengah atas benar-benar menarik dan terasa menyenangkan.

"Kubilang aku mau 1001 mawar merah, aku akan menunggunya. Berapa pun biayanya," tegas Evander.

Bianca menghela napas, wanita itu terlihat jengkel. "Silakan mencari toko bunga lain, bunga sebanyak itu kami tidak memilikinya. Kau harus memesanpalimg tidak satu hari sebelumnya."

"Kalau begitu, besok akan kuambil, dan hari ini aku ingin sembilan puluh sembilan mawar," kata Evander.

Bianca memutar bola matanya lalu berjalan ke meja kasir, ia mengambil tumpukan kertas nota dan menulis tagihan pesanan Evander.

"Kau selesaikan dulu pembayarannya," ucap Bianca dingin.

Membeli bunga sebanyak itu tentunya hanya akal-akalan Evander, ia akan menyuruh orang membagi-bagikan di jalanan besok dari pada memenuhi tempat tinggalnya.

Evander lalu membayar seluruh tagihannya, sementara Bianca mulai merangkai sembilan puluh sembilan mawar yang Evander pesan. Diam-diam Evander memperhatikan betapa cekatannya Bianca merangkai bunga dan betapa seriusnya wanita itu memperhatikan tiap detail letak bunga.

Evander berdehem kemudian berkata, "Bagaimana kabar anak temanmu?"

"Sudah lebih baik," jawab Bianca tanpa menoleh pada Evander.

"Aku bisa memberi temanmu kesempatan, jika kau mau."

Bianca mengangkat kepalanya dan tatapan mata wanita itu bersobok dengan tatapan Evander.

"Kenapa harus aku?"

"Ya. Hanya kau yang bisa."

Alis Bianca berkerut dalam. "Omong kosong."

Evander mengambil sebuah kartu nama di meja kasir dan memasukkannya ke dalam saku celananya. "Aku akan memberitahu caranya besok dan jika kita sepakat, dan temanmu lusa bisa mulai kerja di kantorku di departemen keuangan."

Bersambung....

Jangan lupa tinggalkan komentar dan bintang-bintang

Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
ngemes dengan interaksi mereka ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • EX to NEXT 21+   3. Geram

    Chapter 3 Geram "Jadi, Evander memintamu melupakan dendam di masa lalu kalian lalu kalian harus berteman lagi?" tanya Lisa, ibu dari seorang balita yang sedang dirawat di rumah sakit. "Kumohom jangan menatapku seperti itu," kata Bianca lalu mendengus karena Lisa menatapnya seolah sedang membujuk dan memohon padanya. "Hanya berteman, Bi. Berteman. Setelah aku bekerja dan posisiku aman, kau bisa memutuskan pertemanan itu dan membalas dendam jika itu mungkin," kata Lisa sembari memotong tangkai mawar kemudian meletakkannya pada gundukan mawar yang belum disusun oleh Bianca. Balas dendam? Balas dendam seperti apa? Lagi pula menampar Evander di hari pertama mereka bertemu kembali sudah cukup membuat Bianca puas. "Aku lebih baik menghidupi putramu sampai kau mendapatkan pekerjaan ketimbang harus menjadi teman Evander lagi," kata Bianca cukup serius. "Kau pikir membesarkan anak hanya memberinya makan, pakaian, dan tempat tinggal? Ada asuransi pendidikan dan asuransi kesehat

    Last Updated : 2025-02-27
  • EX to NEXT 21+   4. Bertemu Evander Lagi

    Chapter 4 Bertemu Evander Lagi "Bersiaplah, untuk makan malam bersamaku." Oh, Tuhan! Bianca ingin menghancurkan ponselnya setelah membaca pesan yang dikirimkan Evander. Baru satu hari Lisa bekerja di Binter Canarias dan Evander sudah berusaha menindasnya dengan memaksanya pergi makan malam. Pria itu benar-benar menjengkelkan. "Hari ini aku tidak bisa menemanimu makan malam karena aku harus menjaga putra Lisa." Tulis Bianca di pesan pendeknya. "Lalu, ke mana Lisa?" tanya Evander. "Dia baru sehari bekerja di kantormu, dia masih butuh biaya untuk membayar baby sitter yang menjaga putranya di siang hari," jawab Bianca. Evander tidak membalas pesannya lagi dan Bianca merasa bersyukur, akhirnya ia terbebas dari pria itu. Bianca lalu melanjutkan aktivitasnya di dapur, ia menyusun piring-piring dan peralatan dapur lainnya ke dalam mesin pencuci piring lalu mengaktifkan mesin. Bianca mengeluarkan sayuran, daging, susu, pasta, dan beberapa jenis bawang dari dalam kulkas lal

    Last Updated : 2025-02-28
  • EX to NEXT 21+   5. Wanita-wanita Evander

    Chapter 5 Wanita-wanita Evander Ilona Callie adalah wanita yang pernah paling dihindari oleh Evander sepanjang hidupnya. Sungguh sial semalam ia bertemu lagi dengan Ilona dan lebih sial lagi Bianca meninggalkannya, membuatnya terjebak dengan Ilona dan terpaksa meladeni Ilona yang berbicara tak tentu arah sementara dirinya harus berpura-pura menjadi pendengar yang baik. Evander tidak akan memaafkan Bianca dan wanita itu harus membayarnya, Evander akan membuat perhitungan dengannya. Evander dengan malas turun dari tempat tidur, pagi ini ada pertemuan penting yang harus dihadiri dan fakta dirinya kurang tidur membuatnya sedikit tidak bersemangat. Setelah membersihkan diri pria itu mengambil MacBook-nya dan membaca materi pertemuan ditemani secangkir kopi tanpa gula. Ia lalu mengaktifkan ponselnya dan suara pesan di ponselnya berbunyi dan Evander mengernyit membaca siapa pengirim pesan tersebut. Pesan itu dari Ilona dan Isabel, Evander tidak menggubrisnya dan melanjutkan kegiata

    Last Updated : 2025-02-28
  • EX to NEXT 21+   6. Selalu Mengancam

    Chapter 6 Selalu Mengancam Bianca sedang mengamati pohon bunga Peony yang tingginya belum ada satu jengkal, menunggu waktu tiga tahun untuk Peony berbunga rasanya sangat konyol. Sialan! Tetapi, obsesinya menanam dan merawat bunga sendiri sudah bulat. Lagi pula menanti Peony-nya berbunga lalu bunga itu akan hidup selama lima puluh sampai seratus tahun menurutnya waktu tiga tahun terlalu singkat untuk sebuah penantian, itu sungguh sepadan. Bianca mencatat perkembangan pohon Peony dan bunga lain di bukunya sebagai rutinitasnya setiap pagi setelah membuka toko dan Alma bertugas menjaga tokonya. Bianca juga memperkerjakan satu orang untuk membantunya mengurus tumbuhan di rumah kaca karena mustahil semua dikerjakan sendiri. "Bianca, apa kau sudah melihat bunga Lily kita??" tanya Don, orang yang ia percaya membantunya merawat bunga. "Aku belum melihatnya pagi ini," kata Bianca. "Kau harus melihatnya, ada satu yang memiliki kuncup. Sepertinya ia akan berbunga!" katanya denga

    Last Updated : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   7. Mencium Bianca

    Chapter 7Mencium Bianca"Kau tidak perlu pergi jika tidak ingin pergi, abaikan saja ancamannya," kata Lisa ketika Bianca sedang bersiap untuk pergi menemani Evander bertemu client. Dulu ketika menjadi mahasiswa di Complutense University of Madrid, Bianca dan Lisa adalah teman satu kamar di asrama. Bahkan ketika mereka sudah lulus pun pada akhirnya mereka masih memutuskan untuk tinggal berdekatan hingga Lisa menikah dan memutuskan tinggal di apartemen suaminya. Lalu ketika suami Lisa meninggal, Lisa kembali memutuskan untuk menyewa apartemen di gedung di mana Bianca tinggal agar mereka dapat kembali berdekatan.Bianca awalnya sangsi terhadap pertemanannya dengan Lisa, ia sedikit trauma. Takut akan dimanfaatkan sepeti apa yang Evander pernah lakukan padanya dulu. Tetapi, seiring berjalannya waktu Lisa tidak pernah memanfaatkannya. Jika Lisa memanfaatkannya saat ingin bekerja di Binter Canarias itu pengecualian, Bianca memaklumi karena keadaan Lisa yang sedang kurang beruntung dan ang

    Last Updated : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   8. Pacar Palsu

    Chapter 8Pacar Palsu “Astaga....” Bianca menggelengkan kepalanya karena Evander pagi-pagi sekali sudah berada di depan toko bunganya. Bahkan toko bunganya belum buka.“Aku hanya kebetulan lewat dan aku ingin melihat-lihat toko bungamu,” kata Evander.Bianca sanksi dengan ucapan Evander, bagaimanapun pria yang sedang ia hadapi adalah Evander yang dikenalnya sebagai pria licik jika menyangkut keuntungannya pribadi. Evander pasti memiliki tujuan lain padanya, entah itu ada hubungannya dengan Ilona atau tujuan lain, tetapi yang jelas kali ini Bianca bersumpah tidak akan terjebak dalam permainan Evander.Hanya katak bodoh yang terjatuh pada lubang yang sama dua kali dan Bianca tidak ingin menjadi kataka bodoh itu, ia harus lebih waspada terhadap Evander. Bianca tidak menggubrisnya, ia memasukkan kunci pada lubang kunci tokonya lalu memutarnya dan membuka pintu tokonya. Tidak lama Evander menyusulnya dan pria itu membawa boneka di tangannya.“Kuharap kau menyukainya,” ucap Evander seraya

    Last Updated : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   9. Berdamai

    Chapter 9 Berdamai Gawat, batin Lisa. Ia baru saja tiba di kantor dan kepala divisi memberitahu kalau dirinya dipanggil CEO. Evander memanggilnya pasti bukan masalah pekerjaan, tetapi pasti ada hubungannya dengan Bianca dan ketika memasuki ruangan Evander yang dilihat Evander sedang menekan pelipisnya seolah sedang berpikir keras. "Kau memanggilku, Sir?" tanya Lisa mencoba berhati-hati. "Duduklah," kata Evander. Ragu-ragu Lisa duduk di kursi seberang meja kerja Evander. "Apa ada yang salah dengan pekerjaanku?" tanya Lisa mencoba bersikap senormal mungkin sebagai seorang karyawan. "Valentine sebentar lagi," kata Evander lalu menjeda ucapannya beberapa saat dan menatap Lisa dengan serius. "Temanku mengundangku ke pesta valentine-nya." Lisa tidak berani menebak apa kalimat selanjutnya yang akan diucapkan Evander. "Dan?" "Aku ingin mengajak Bianca menghadiri pesta di malam Valentine." Lisa ingin tertawa keras-keras mendengar apa yang dituturkan Evander, terdengar kekanakan se

    Last Updated : 2025-03-14
  • EX to NEXT 21+   10. Badai

    Chapter 10BadaiBianca dan Evander keluar dari toko bunga lalu masuk ke dalam mobil, mereka menuju China Crown di Salamaca. Sementara hujan mulai membasahi jalanan dan gedung kota Madrid, Evander memeriksa perkiraan cuaca di layar yang terdapat di dasbor mobilnya. “Akan ada badai,” kata Evander. “Semoga tidak terjadi,” sahut Bianca. “Cuaca tidak menentu sekarang.” “Benar.” “Aku benci hujan.” “Karena memengaruhi jadwal penerbangan?” “Ya, salah satunya,” jawab Evander, “bagaimana denganmu?” “Aku menyukainya. Mendengarkan rintik hujan seperti mendengarkan alunan musik klasik, ada kedamaian di sana.” Evander tersenyum mendengar alasan Bianca. “Kau masih suka musik klasik?” “Kukira kau melupakannya.” Tidak ada yang dilupakan Evander, bahkan ciuman pertama mereka di perpustakaan pun Evander masih jelas mengingatnya. Itu adalah ciuman pertama Evander, juga Bianca. Mereka melakukannya di lorong perpustakaan, di antara jejeran rak-rak buku dan bersembunyi dari banyaknya orang di pe

    Last Updated : 2025-03-16

Latest chapter

  • EX to NEXT 21+   30. Skandal Pelanggan

    Chapter 30Skandal Pelanggan Besoknya Evander seperti hari-hari sebelumnya, datang ke tempat tinggal Bianca pagi-pagi sekali, mereka menyiapkan sarapan untuk bersama kemudian pergi ke toko bunga. Suasana tentu saja berubah, sepanjang jalan menuju toko bunga Evander menggenggam tangan Bianca dan sesekali mereka berciuman saat mobil berhenti di lampu merah, juga Evander yang tidak terhitung berapa kali mengecup punggung tangan Bianca hingga membuat pipi Bianca merah merona. “Aku akan menjemputmu untuk makan siang,” kata Evander ketika tiba di depan toko seraya menarik rem tangan mobil. “Bukankah kau bilang mau menjenguk sekretarismu saat istirahat makan siang?” tanya Bianca seraya melepaskan sabuk pengamannya. Evander juga melepaskan sabuk pengamannya. “Ya, bersamamu.” “Kau bilang baru akan mengumumkan hubungan kita setelah masalahmu dengan ayahmu selesai, kau bilang sekretarismu adalah orang yang dipilih langsung oleh ayahmu." Evander menekan tombol untuk memundurkan joknya lalu

  • EX to NEXT 21+   29. Mengaku Cemburu

    Chapter 29Mengaku Cemburu“Apa aku memiliki pilihan untuk menolakmu?” tanya Bianca sembari tersenyum dan matanya menatap Evander. “Aku tidak menerima penolakanmu.” “Kalau begitu, bukankah sudah jelas?” Evander menatap mata Bianca dengan penuh kasih sayang dan kebahagiaan yang tergambar jelas di matanya. “Aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkanmu, aku juga akan melakukan yang terbaik untukmu, untuk kita, dan... aku tidak akan mengulangi kesalahanku.” “Jika kau berani meninggalkanku lagi....” “Itu tidak akan terjadi,” potong Evander. “Tidak akan ada kesempatan ketiga, kesempatanmu hanya kali ini saja.” Evander menatap Bianca penuh kesungguhan, tangannya terulur menyentuh kening Bianca dengan lembut lalu berkata, “Aku pasti menepati janjiku, aku tidak akan mengecewakanmu lagi karena aku tidak ingin hidup tanpa dirimu. Kau tahu keadaan keluargaku, aku tidak memiliki tempat yang hangat yang disebut keluarga, tetapi bersamamu aku merasa semua ruang kosong itu terisi. Kau adala

  • EX to NEXT 21+   28. 365 Days

    Chapter 28365 DaysEvander tidak berkata-kata lagi, memilih bangkit dari duduknya untuk mencuci tangannya lalu mulai menikmati makanannya dengan hati-hati sembari dalam benaknya berpikir jika ia harus segera mendapatkan pengakuan cinta Bianca atau berada di dalam hubungan yang ambigu seperti dirinya dan Isabel. Tentunya Evander tidak ingin berada di posisi Isabel, ia tidak ingin mencintai sendirian dan Evander bersumpah akan membiarkan Bianca lolos. Wanita di depannya harus menjadi miliknya, secepatnya. Evander mengulurkan ayam yang sudah ia gigit kepada Bianca untuk mencairkan suasana yang lumayan tegang di antara mereka. “Ayamnya enak, cobalah,” katanya. Bianca menatap ayam di tangan Evander yang posisinya sangat dekat dengan mulutnya, ia sudah kenyang dan tidak memiliki selera makan lagi terlebih dengan suasana kaku yang membuat setiap detik yang dilalui terasa begitu lambat ia tidak berencana makan sambil menikmati ketegangan yang menyelimuti ruangan itu. Juga ayam yang disodor

  • EX to NEXT 21+   27. Cemburu pada Vanya

    Chapter 27Cemburu pada Vanya“Bukannya kau seharusnya makan siang dan mau menjenguk Valeria?” tanya Lisa. Bianca menatap ayam goreng di tangannya lalu mematah sayap ayam di tangannya seolah ingin menghancurkannya. “Evander ada kesibukan lain," sahutnya dengan muram dan pelan agar tidak kedengaran orang lain di kantin perusahaan. "Dia pergi dengan gadis itu."“Apa kau bilang?” kata Lisa dengan alis berkerut dalam. Tetapi, ia ingat sesuatu dan ia tidak bisa menahan untuk tersenyum. “Gadis yang di lobi tadi?” Bianca mengangguk dengan kesal dan semakin merengut karena Lisa tersenyum seperti mengejeknya. “Kau sedang cemburu, Bi!” kata Lisa sembari menahan suara tawanya agar tidak lepas kendali. Bianca menghela napas karena sangat kesal dan ia pun menyadari kalau kini sedang cemburu. Dadanya sangat panas hingga sepertinya hendak meledak dan ia sudah berusaha menahannya sekuat tenaga. Lagi pula apa haknya cemburu? Bukannya dirinya belum menerima cinta Evander dan mereka belum kembali m

  • EX to NEXT 21+   26. Salah Paham

    Chapter 26Salah Paham Pukul dua belas siang pertemuan berakhir, Evander menghela napas lega seraya menatap Bianca. Satu persatu peserta pertemuan meninggalkan ruangan, tetapi Mr. Alwar Benecio sepertinya tidak terburu-buru meninggalkan ruangan.Alwar Belecio salah satu orang yang duduk di kursi direksi dan orang yang pertama menyetujui perubahan yang Evander cetuskan. Selama pertemuan bisa dibilang Mr. Alwar menjadi orang yang paling sabar mendengarkan penjelasan-penjelasan Evander dan tidak segan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang hampir membunuh Evander.Namun, Evander menyukai kesan tegas dan terus terang itu. Sementara Mr. Alwar yang berusia enam puluh lima tahun itu adalah pria yang cukup modern di usianya yang tidak muda lagi dan ia menyukai anak muda yang berani seperti Evander yang berani memimpin perusahaan di usainya yang dinilainya belum matang. “Sebenarnya langkahmu sebagai orang yang baru memimpin perusahaan terlalu berani, Anak Muda,” kata Mr. Alwar seraya bangkit

  • EX to NEXT 21+   25. Membantu Evander

    Chapter 25Membantu Evander “Tapi, aku belum pernah....” “Kau pasti pernah melakukannya saat kuliah, di depan dosen, teman-teman kuliah,” potong Evander dan Bianca mengangguk meski terlihat ragu-ragu. “Kalau begitu, bukan masalah. Kau hanya tinggal membaca materinya.” “Bagaimana jika penampilanku buruk? Maksudku, aku takut terlalu gugup dan mengacaukannya,” kata Bianca dengan panik.“Aku akan berada di sampingmu, aku akan membantumu.” Bianca menghela napasnya dengan berat, juga iba menyaksikan Evander yang sepertinya sangat membutuhkan bantuannya. “Berikan materinya.” Evander mengambil ponselnya di dalam saku celananya lalu mengirimkan dokumen ke surat elektronik Bianca, tetapi ketika membukanya Bianca justru mengerutkan keningnya sangat dalam. “Aku butuh dokumen fisiknya, membaca dokumen sebanyak ini di layar membuat mataku lelah,” kata Bianca.“Apa kau memiliki printer?” tanya Evander. Bianca mengangguk. “Tapi kita harus ke toko untuk mencetaknya.” Evander berpikir sejenak.

  • EX to NEXT 21+   24. Membiasakan diri

    Chapter 24Membiasakan Diri Begitu ciuman bibir mereka terlepas Bianca segera menjauhi Evander seraya meraih sikunya lalu menyeret Evander keluar dari toko karena Bianca tidak ingin terjebak lebih lama lagi di dalam ruangan bersama Evander yang pasti akan membuatnya semakin canggung dan gugup. Sementara bibir Evander mengulas senyum tipis menyaksikan Bianca yang terlihat salah tingkah dengan wajah merah merona yang tidak bisa disembunyikan.Namun, alih-alih mengantar Bainca kembali ke tempat tinggalnya Evander justru membelokkan membelokkan mobil ke area street food terdekat.“Tapi, aku ingin makan di rumah. Aku sangat lelah,” kata Bianca seraya menatap malas ke arah luar. “Kalau begitu, tunggu di sini, oke? Aku akan membelikanmu makanan, kau tidak perlu memasak lagi di rumah,” kata Evander. Bianca sangat lelah hingga sepertinya setelah membersihkan tubuh ia hanya butuh tidur bukan makan. Tetapi, ia tidak ingin membantah Evander.“Apa yang ingin kau makan?” tanya Evander.“Apa saja

  • EX to NEXT 21+   23. Ciuman Mesra

    Chapter 23Ciuman Mesra“Aku sedang berusaha memperbaiki semuanya, kumohon jangan terus mendesakku untuk pergi,” lanjut Evander lambat-lambat seraya menggenggam tangan Bianca. “Aku akan membuktikan padamu kalau aku layak bersamamu lagi dan aku tidak akan menyerah.” Bianca menghela napasnya perlahan dan mengembuskannya dengan lembut kemudian berkata, “Sebenarnya akulah yang merasa tidak pantas untuk kau kejar hingga sebegitunya.” “Akulah yang tidak pantas untukmu,” kata Evander lalu mendekatkan telapak tangan Bianca ke bibirnya lalu mengecup punggung telapak tangan Bianca dengan lembut.Sentuhan bibir Evander di kulitnya seolah menghantarkan sengatan listrik yang mengaliri tubuhnya, refleks Bianca hendak menarik tangannya tetapi Evander menahannya. “Aku pernah menyakitimu dan aku bukanlah pria suci tanpa masa lalu, tapi kuharap kau menerimaku dan aku berjanji aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama, aku tidak akan pernah menyakitimu lagi,” ucap Evander dengan tegas tetapi lembu

  • EX to NEXT 21+   22. Banyak Kesalahan di Masa Lalu

    Chapter 22Banyak Kesalahan di Masa Lalu Evander duduk di kursi sebuah teras cafe di sekitar jalan A-6, ia sengaja memilih tempat duduk di luar ruangan meskipun cuaca cukup dingin di bulan Februari karena kedatangannya ke cafe tersebut bukan untuk bersantai ataupun menikmati hangatnya kopi di sana. Lima menit setelah Evander duduk dan dua gelas kopi telah tersaji di mejanya Isabel datang dengan mengenakan pakaian musim dinginnya yang berasal dari merk kenamaan duniadan merupakan edisi terbatas. “Kau yakin kita duduk di sini?” tanya Isabel seraya menarik bangku. “Aku hanya sebentar,” kata Evander dengan santai. Isabel duduk seraya mengeratkan mantelnya seraya matanya melirik kotak berwarna merah muda di atas meja. “Apa kau akan merayakan Valentine?” Evander kebetulan baru saja melewati sekumpulan orang-orang yang merayakan Valentine dan membagikan kado di jalanan di dekat cafe, ia menjadi salah satu orang mendapatkan kado dari orang-orang itu. Evander berencana membuang kado ters

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status