Home / Romansa / EX to NEXT 21+ / 4. Bertemu Evander Lagi

Share

4. Bertemu Evander Lagi

last update Last Updated: 2025-02-28 17:43:28

Chapter 4

Bertemu Evander Lagi

"Bersiaplah, untuk makan malam bersamaku."

Oh, Tuhan! Bianca ingin menghancurkan ponselnya setelah membaca pesan yang dikirimkan Evander. Baru satu hari Lisa bekerja di Binter Canarias dan Evander sudah berusaha menindasnya dengan memaksanya pergi makan malam. Pria itu benar-benar menjengkelkan.

"Hari ini aku tidak bisa menemanimu makan malam karena aku harus menjaga putra Lisa." Tulis Bianca di pesan pendeknya.

"Lalu, ke mana Lisa?" tanya Evander.

"Dia baru sehari bekerja di kantormu, dia masih butuh biaya untuk membayar baby sitter yang menjaga putranya di siang hari," jawab Bianca.

Evander tidak membalas pesannya lagi dan Bianca merasa bersyukur, akhirnya ia terbebas dari pria itu. Bianca lalu melanjutkan aktivitasnya di dapur, ia menyusun piring-piring dan peralatan dapur lainnya ke dalam mesin pencuci piring lalu mengaktifkan mesin.

Bianca mengeluarkan sayuran, daging, susu, pasta, dan beberapa jenis bawang dari dalam kulkas lalu mengenakan celemek di tubuhnya. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil ia mulai mengolah makanan untuk makan malamnya. Tetapi, baru saja ia mulai mencincang bawang ponselnya berdering.

Bianca meletakkan pisaunya sambil mendengus kesal karena Evander meneleponnya. Tidak bisakah pria itu membiarkannya tenang?

"Ada apa?" tanya Bianca ketus.

"Kirim lokasi tempat tinggalmu," jawab Evander.

"Aku tidak menerima tamu pria," kata Bianca semakin ketus.

"Aku mengirimkan seorang baby sitter untuk menjaga putra Lisa."

"Aku bisa menjaganya, terima kasih." Bianca kemudian mematikan telepon, tetapi ponselnya berdering lagi membuat Bianca benar-benar ingin memasukkan ponselnya ke dalam air.

"Aku belum selesai bicara, Bi," kata Evander.

Bianca mendengus. "Evan, aku tidak ingin berutang apa pun padamu lagi."

"Kau memang tidak berutang padaku, tetapi temanmu berutang padaku dan kau adalah jaminannya."

Benar-benar iblis brengsek, Bianca ingin sekali memaki Evander. Andai bukan karena Lisa mungkin jika Evander ada di depannya, Bianca akan menamparnya sekali lagi.

Bianca mengatur napasnya, dengan kesabaran yang setipis jaring laba-laba ia berkata, "Katakan apa yang kau inginkan."

"Kirimkan lokasimu, baby sitter akan datang dan pukul sembilang aku menunggumu di restoran Hotel Four Season."

Dengan geram Bianca kembali mematikan sambungan telepon lalu mengirimkan lokasinya pada Evander kemudian memasukkan kembali bahan-bahan makanannya ke dalam kulkas, setelah dapurnya kembali bersih ia pun pergi ke kamarnya untuk bersiap.

Sedikit bingung harus berpakaian seperti apa, Bianca mengaduk-aduk lemarinya memilih pakaian yang akan ia kenakan. Four Season Hotel adalah tempat orang kaya yang menghabiskan 1000 $ per malam hanya untuk menginap satu malam. Mustahil jika Bianca pergi mengenakan pakaian sembarangan ke sana, ia tidak ingin dikira gelandangan salah masuk hotel.

Setelah menimbang-nimbang ia memilih pakaian semi formal berwarna hitam dan dipadukan dengan sepatu hak tinggi berukuran 7cm berwarna hitam bercorak silver dan menenteng tas berwarna putih.

***

Evander melambaikan tangan pada Bianca yang memasuki restoran di Four Season Hotel, ketika Bianca mendekati mejanya tatapan Evander terpaku pada penampilan wanita itu.

Di toko bunganya Bianca berkesan tidak memperhatikan penampilannya, tetapi begitu keluar untuk makan malam Bianca menjelma sepeti bukan pemilik toko bunga kecil di Madrid dan Evander tidak menampik jika Bianca sangat menawan dengan pakaian semi formal pilihannya yang sebenarnya cukup sederhana, bukan dari brand kelas atas.

Kemudian tata rias wajah Bianca, wanita itu memilih lipstik berwarna kalem yang sesuai dengan kulitny yang putih. Warna bedaknya juga tidak terlalu kontras dengan warna kulitnya sehingga bintik-bintik cokelat samar di kulitnya yang tidak begitu banyak tidak tertutup sempurna dan rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai begitu saja.

Evander berdehem. "Mulai besok kau tidak perlu menjaga putra Lisa lagi."

Bianca menarik sebuah kursi lalu duduk. "Katakan apa maumu melakukan semua ini?"

Meskipun dulu Evander kuliah di Madrid, tetapi bukan berarti ia memiliki banyak teman di ibukota Spanyol itu. Beberapa teman akrabnya sama sepertinya yang memiliki banyak kesibukan sendiri, bahkan beberapa di antara mereka tidak lagi tinggal di negeri Matador.

Evander yang baru tinggal lagi di Madrid setelah dua tahun belajar mengelola kantor cabang Binter Canarias di Barcelona merasa sedikit bosan dan kesepian sehingga saat bertemu kembali dengan Bianca, satu-satunya kesenangan yang terbersit di otaknya adalah bermain-main dengan Bianca yang sepertinya sangat terganggu dengan keberadaan dirinya.

"Aku hanya ingin berteman denganmu," kata Evander lalu meletakkan ponselnya di atas meja kemudian melambaikan tangan pada pelayan.

"Aku tidak butuh teman lagi dan jika aku mau berteman denganmu itu karena sangat terpaksa demi Lisa dan putranya," kata Bianca dengan ketus.

Evander menyukai cara Bianca, semakin wanita itu ketus dan bermuka masam Evander merasa semakin tertantang untuk menaklukkannya lagi.

"Memangnya keluarga Lisa tidak ada sehingga harus kau yang menjaga anaknya?"

"Keluarga Lisa dan mendiang suaminya berada di Mexico," jawab Bianca datar.

"Kenapa dia tidak pulang saja ke Mexico?"

Bianca mengedikkan kedua bahunya bersamaan, enggan menjawab pertanyaan Evander lagi bersamaan dengan itu pelayan restoran datang membawakan buku menu lalu menyodorkan pada Bianca dan Evan.

Bianca memasang ekspresi begitu tenang membaca semua menu di buku yang ia pegang, tetapi sebenarnya tidak satu pun ada yang menarik di matanya apa lagi beberapa jenis menu tidak dikenalinya dan yang pastinya tidak memiliki selera makan meskipun sebenarnya dirinya sangat lapar.

Bianca akhirnya memesan seporsi taco dan air mineral, ia berencana menyantapnya cepat-cepat lalu pergi. Belum setengah jam berhadapan dengan Evander rasanya sudah sangat muak, bahkan seolah menduduki kurus berduri hingga ia tidak sanggup berlama-lama di sana.

"Omong-omong, sejak kapan kau tinggal di Madrid?" tanya Evander memecahkan keheninga di antara mereka.

"Dulu aku kuliah di sini," jawab Bianca tanpa menyembunyikan kemalasannya menjawab pertanyaan Evander.

Evander yang sudah tahu berpura-pura terkejut dan menaikkan kedua alisnya. "Oh, ya? Aku juga melanjutkan studi di sini. Tapi, kenapa kita tidak pernah bertemu?"

Tidak pernah bertemu lagi jauh lebih baik, kalau perlu selamanya, batin Bianca geram dan dia memilih untuk diam saja.

"Dan, omong-omong sejak kapan kau membuka toko bunga?" Pertanyaan kalinini murni Evander ingin tahu karena di dalam data yang ia terima dari anak buahnya hanya sebatas informasi akademis saja.

Membicarakan toko bunga mata Bianca berbina meskipun sedikit dan ekspresinya masih merengut. "Aku baru memulainya."

"Kenapa toko bunga?"

"Karena....."

"Evan? Evander?"

Bianca menggantungkan kalimatnya karena seorang wanita berambut pirang dengan dandanan kekinian muncul entah dari mana dan langsung mendekati Evander.

"Evan, lama tidak melihatmu. Ya Tuhan, ke mana saja kau?" tanya wanita itu.

"Hai," sapa Evander dan bangkit dari duduknya.

Wanita berambut pirang itu langsung memeluk Evander, sementara bersamaan dengan itu seorang pelayan datang mengantarkan makanan pesanan Bianca dan Evan.

"Apa sekarang kau sedang ada pekerjaan di sini?" tanya wanita berambut pirang yang mengenakan gaun berwarna biru muda itu sembari melepaskan pelukannya.

"Ya."

"Kau menginap di sini?" tanya wanita bernama Ilona Callie itu dengan gaya manja.

"Tidak, aku hanya...."

"Oh, apa wanita itu teman kencanmu?" tanya Ilona sambil menengok kepada Bianca yang dengan tenang sedang menggigit Taco. Sekilas Ilona mengamati penampilan Bianca. "Oh, tidak mungkin. Dia pasti bukan teman kencanmu, 'kan?"

Evander berdehem. "Apa kau mau bergabung bersama kami?"

Ilona langsung menarik kursi di samping Evander. "Aku tidak mengganggu, 'kan?"

Evander mengangguk lalu duduk, tangannya terulur kepada Bianca dan berkata, "Dia Bianca, temanku."

"Kami hanya kenalan lama," sahut Bianca kemudian tersenyum yang dibuat-buat kepada Evander dan batinnya bersorak karena Evander menyipitkan matanya tanda tidak senang.

"Oh, ini seperti sebuah reuni rupanya," kata Ilona sambil duduk.

"Bianca, kau bisa panggil aku Ilona. Aku adalah mantan kekasih Evander ketika kami sama-sama menjadi mahasiswa," ujar Ilona.

Bianca kembali tersenyum yang dibuat-buat. "Mengesankan. Kalian pasangan yang sangat cocok."

"Sayang sekali sekarang dia hanya mantanku, dulu kami putus karena sering bertengkar, dan itu hanya karena kami masih terlalu muda. Kurasa."

Bianca mengangguk, senyumnya masih dibuat-buat. "Sayang sekali."

Namun, setidaknya nasib Ilona jauh lebih baik dibandingkan dengan dirinya yang dibuang seperti sampah oleh Evander setelah dimanfaatkan sedemikan rupa. Mengingat hal itu membuat Bianca kembali geram dan ingin sekali mencabik-cabik wajah Evander.

Bianca mengangkat gelasnya lalu meneguk air putih dari gelas berkaki tinggi kemudian meletakkan kembali gelasnya, setelah menyapu bibirnya menggunakan kain bersih yang tersedia ia mengambil tasnya yang berada di kursi khusus untuk meletakkan tas di dekatnya kemudian berdiri.

"Terima kasih traktirannya," ucap Bianca dan tersenyum mengejek kepada Evander. "Sampai jumpa, Ilona." Lalu Bianca melenggang begitu saja menjauh.

Bianca meninggalkan Four Season Hotel dan karena kebetulan jalan menuju rumahnya melewati toko bunganya. Jadi, Bianca memutuskan untuk singgah ke toko, kebetulan ia juga membawa kunci tokonya.

Ia membuka pintu kemudian masuk dan mengamati ruangan yang didesain sendiri, beberapa menit kemudia duduk di sofa berwarna abu-abu tua yang berada di tengah ruangan.

Bianca menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, memejamkan matanya beberapa saat sembari bebberapa kali menghela napas cukup dalam. Rasanya sudah lama sekali tidak menikmati waktu santai, sepertinya sejak memutuskan membuat rumah kaca untuk budidaya bunga impiannya lalu ditambah kematian suami Lisa. Ia hampir tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Bahkan untuk pergi ke salon kecantikan untuk merapikan rambutnya saja tidak ada waktu.

Pagi-pagi sekali ia harus menyiapkan diri membuka toko bunga, lalu memantau beberapa pekerjanya yang mengurus tanaman di rumah kaca lalu merangkai bunga pesanan pelanggannya. Merangkai bunga adalah pekerjaan yang tidak ia serahkan sepenuhnya pada karyawannya. Hanya buket bunga dasar yang ia percayakan pada anak buahnya sementara pesanan yang rumit dan unik ia kerjakan sendiri.

Bianca belajar dari pengalamannya selama empat tahun bekerja sebagai perangkai bunga, toko bunga bosnya dulu sangat ramai sehingga Bianca sering mau tidak mau harus belajar merangkai berbagai macam jenis bunga termasuk rangkaian bunga yang unik dan rumit.

Pada akhirnya ketika Bianca memiliki cukup modal dan keberanian, juga kemampuan merangakai bunga, ia memilih membuka bisnis sendiri meskipun toko bunganya belum bisa dibilang menjadi saingan toko bunga mantan bosnya dulu.

Bersambung....

Jangan lupa tap bintangnya ya! Dan komen biar rame, biar menyala!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • EX to NEXT 21+   5. Wanita-wanita Evander

    Chapter 5 Wanita-wanita Evander Ilona Callie adalah wanita yang pernah paling dihindari oleh Evander sepanjang hidupnya. Sungguh sial semalam ia bertemu lagi dengan Ilona dan lebih sial lagi Bianca meninggalkannya, membuatnya terjebak dengan Ilona dan terpaksa meladeni Ilona yang berbicara tak tentu arah sementara dirinya harus berpura-pura menjadi pendengar yang baik. Evander tidak akan memaafkan Bianca dan wanita itu harus membayarnya, Evander akan membuat perhitungan dengannya. Evander dengan malas turun dari tempat tidur, pagi ini ada pertemuan penting yang harus dihadiri dan fakta dirinya kurang tidur membuatnya sedikit tidak bersemangat. Setelah membersihkan diri pria itu mengambil MacBook-nya dan membaca materi pertemuan ditemani secangkir kopi tanpa gula. Ia lalu mengaktifkan ponselnya dan suara pesan di ponselnya berbunyi dan Evander mengernyit membaca siapa pengirim pesan tersebut. Pesan itu dari Ilona dan Isabel, Evander tidak menggubrisnya dan melanjutkan kegiatann

    Last Updated : 2025-02-28
  • EX to NEXT 21+   6. Selalu Mengancam

    Chapter 6Selalu Mengancam Bianca sedang mengamati pohon bunga Peony yang tingginya belum ada satu jengkal, menunggu waktu tiga tahun untuk Peony berbunga rasanya sangat konyol. Sialan! Tetapi, obsesinya menanam dan merawat bunga sendiri sudah bulat. Lagi pula menanti Peony-nya berbunga lalu bunga itu akan hidup selama lima puluh sampai seratus tahun menurutnya waktu tiga tahun terlalu singkat untuk sebuah penantian, itu sungguh sepadan.Bianca mencatat perkembangan pohon Peony dan bunga lain di bukunya sebagai rutinitasnya setiap pagi setelah membuka toko dan Alma bertugas menjaga tokonya. Bianca juga memperkerjakan satu orang untuk membantunya mengurus tumbuhan di rumah kaca karena mustahil semua dikerjakan sendiri. "Bianca, apa kau sudah melihat bunga Lily kita??" tanya Don, orang yang ia percaya membantunya merawat bunga. "Aku belum melihatnya pagi ini," kata Bianca. "Kau harus melihatnya, ada satu yang memiliki kuncup. Sepertinya ia akan berbunga!" katanya dengan penuh sem

    Last Updated : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   7. Mencium Bianca

    Chapter 7Mencium Bianca"Kau tidak perlu pergi jika tidak ingin pergi, abaikan saja ancamannya," kata Lisa ketika Bianca sedang bersiap untuk pergi menemani Evander bertemu client. Dulu ketika menjadi mahasiswa di Complutense University of Madrid, Bianca dan Lisa adalah teman satu kamar di asrama. Bahkan ketika mereka sudah lulus pun pada akhirnya mereka masih memutuskan untuk tinggal berdekatan hingga Lisa menikah dan memutuskan tinggal di apartemen suaminya. Lalu ketika suami Lisa meninggal, Lisa kembali memutuskan untuk menyewa apartemen di gedung di mana Bianca tinggal agar mereka dapat kembali berdekatan.Bianca awalnya sangsi terhadap pertemanannya dengan Lisa, ia sedikit trauma. Takut akan dimanfaatkan sepeti apa yang Evander pernah lakukan padanya dulu. Tetapi, seiring berjalannya waktu Lisa tidak pernah memanfaatkannya. Jika Lisa memanfaatkannya saat ingin bekerja di Binter Canarias itu pengecualian, Bianca memaklumi karena keadaan Lisa yang sedang kurang beruntung dan ang

    Last Updated : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   8. Pacar Palsu

    Chapter 8Pacar Palsu “Astaga....” Bianca menggelengkan kepalanya karena Evander pagi-pagi sekali sudah berada di depan toko bunganya. Bahkan toko bunganya belum buka.“Aku hanya kebetulan lewat dan aku ingin melihat-lihat toko bungamu,” kata Evander.Bianca sanksi dengan ucapan Evander, bagaimanapun pria yang sedang ia hadapi adalah Evander yang dikenalnya sebagai pria licik jika menyangkut keuntungannya pribadi. Evander pasti memiliki tujuan lain padanya, entah itu ada hubungannya dengan Ilona atau tujuan lain, tetapi yang jelas kali ini Bianca bersumpah tidak akan terjebak dalam permainan Evander.Hanya katak bodoh yang terjatuh pada lubang yang sama dua kali dan Bianca tidak ingin menjadi kataka bodoh itu, ia harus lebih waspada terhadap Evander. Bianca tidak menggubrisnya, ia memasukkan kunci pada lubang kunci tokonya lalu memutarnya dan membuka pintu tokonya. Tidak lama Evander menyusulnya dan pria itu membawa boneka di tangannya.“Kuharap kau menyukainya,” ucap Evander seraya

    Last Updated : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   Prologue

    Halo....Jam berapa kalian membaca ini?Apa kabar semua?Jumpa lagi dengan Cherry di sini.Prologue Madrid, 09:30 am.Bianca mengumpat, tidak seharusnya ia sebagai seorang penjual bunga berada di sebuah gedung perkantoran dengan mengenakan pakaian berupa rok span ketat yang membuat bentuk bokongnya terekspos dan setelan blazer yang membuatnya terlihat seperti guru matematika yang selalu memasang tampang serius. "Sialan," umpatnya pelan sekali lagi sambil berkaca di toilet. Sahabatnya tersayang baru saja kehilangan suaminya yang meninggal akibat kecelakaan sementara Ia memiliki seorang anak yang masih kecil dan kebetulan anak itu sakit sehingga Lisa sahabatnya tidak bisa pergi untuk wawancara di perusahaan penerbangan Binter Canarias. Lisa sangat membutuhkan pekerjaan itu karena setelah kehilangan suaminya otomatis ia menjadi tulang punggung untuk dirinya sendiri dan anaknya yang masih kecil, hari ini Bianca datang ke kantor untuk bertemu bagian personalia mewakili Lisa bukan un

    Last Updated : 2025-02-27
  • EX to NEXT 21+   1. Si Brengsek

    Chapter 1Si Brengsek "Ya Tuhan, Bianca... kau baru saja menghancurkan karierku," erang Lisa yang duduk di bangku tunggu rumah sakit."Karier yang belum dimulai," ralat Bianca tidak terima."Bi, itu satu-satunya harapanku," kata Lisa terlihat putus asa. Bianca Stanton, wanita berusia dua puluh tujuh tahun pemilik mata berwarna hijau itu menghela napas berat. Ia juga tidak menyangka kalau paginya akan menjadi hari yang sangat buruk pagi ini, ia tidak menyangka jika dirinya akan bertemu dengan Evander Torrado. Ia bahkan tidak menyangka seorang Evander secepat itu duduk di kursi CEO di sebuah perusahaan penerbangan di negaranya.Bianca lebih tidak percaya lagi jika perusahaan penerbangan itu ternyata milik keluarga Torrado setelah ia mencari tahu tentang perusahaan itu. Benar-benar ceroboh karena tidak mencari tahu terlebih dahulu sebelum memberikan bantuan kepada Lisa. "Aku tidak tahan lagi ingin sekali menamparnya," kata Bianca terlihat jengah. "Asal kau tahu, tamparan saja tidak

    Last Updated : 2025-02-27
  • EX to NEXT 21+   2. La Luna Florist

    Chapter 2La Luna Florist"Kau sepertinya dalam suasana hati yang tidak bagus," kata Valeria Adams, sekretaris Evander seraya meletakkan secangkir kopi di atas meja.Evander melirik gelas berisi kopi yang mengepulkan asap panas di atas meja, suasanya hatinya memang sedang sangat kacau dan penyebabnya tentu saja Bianca. Evander tidak menyangka jika hari kedua menduduki jabatan sebagai CEO di perusahaan penerbangan milik ayahnya justru mendapatkan tamparan dari seorang wanita, pria pemilik mata biru itu meraba pipinya yang beberapa jam lalu ditampar oleh Bianca.Evander secara tidak sengaja melihat Bianca sedang berbicara dengan resepsionis, ia lalu memerintahkan sekretarisnya untuk menyelidiki untuk apa Bianca datang ke kantornya. Evander lalu menginstruksikan kepada sekretarisnya agar mengarahkan Bianca ke ruangannya, tetapi Evander tidak menyangka jika kejadian sembilan tahun yang lalu masih membuat Bianca marah dan rupanya menyimpan dendam sehingga meluapkannya dengan menampar dir

    Last Updated : 2025-02-27
  • EX to NEXT 21+   3. Geram

    Chapter 3 Geram "Jadi, Evander memintamu melupakan dendam di masa lalu kalian lalu kalian harus berteman lagi?" tanya Lisa, ibu dari seorang balita yang sedang dirawat di rumah sakit. "Kumohom jangan menatapku seperti itu," kata Bianca lalu mendengus karena Lisa menatapnya seolah sedang membujuk dan memohon padanya. "Hanya berteman, Bi. Berteman. Setelah aku bekerja dan posisiku aman, kau bisa memutuskan pertemanan itu dan membalas dendam jika itu mungkin," kata Lisa sembari memotong tangkai mawar kemudian meletakkannya pada gundukan mawar yang belum disusun oleh Bianca. Balas dendam? Balas dendam seperti apa? Lagi pula menampar Evander di hari pertama mereka bertemu kembali sudah cukup membuat Bianca puas. "Aku lebih baik menghidupi putramu sampai kau mendapatkan pekerjaan ketimbang harus menjadi teman Evander lagi," kata Bianca cukup serius. "Kau pikir membesarkan anak hanya memberinya makan, pakaian, dan tempat tinggal? Ada asuransi pendidikan dan asuransi kese

    Last Updated : 2025-02-27

Latest chapter

  • EX to NEXT 21+   8. Pacar Palsu

    Chapter 8Pacar Palsu “Astaga....” Bianca menggelengkan kepalanya karena Evander pagi-pagi sekali sudah berada di depan toko bunganya. Bahkan toko bunganya belum buka.“Aku hanya kebetulan lewat dan aku ingin melihat-lihat toko bungamu,” kata Evander.Bianca sanksi dengan ucapan Evander, bagaimanapun pria yang sedang ia hadapi adalah Evander yang dikenalnya sebagai pria licik jika menyangkut keuntungannya pribadi. Evander pasti memiliki tujuan lain padanya, entah itu ada hubungannya dengan Ilona atau tujuan lain, tetapi yang jelas kali ini Bianca bersumpah tidak akan terjebak dalam permainan Evander.Hanya katak bodoh yang terjatuh pada lubang yang sama dua kali dan Bianca tidak ingin menjadi kataka bodoh itu, ia harus lebih waspada terhadap Evander. Bianca tidak menggubrisnya, ia memasukkan kunci pada lubang kunci tokonya lalu memutarnya dan membuka pintu tokonya. Tidak lama Evander menyusulnya dan pria itu membawa boneka di tangannya.“Kuharap kau menyukainya,” ucap Evander seraya

  • EX to NEXT 21+   7. Mencium Bianca

    Chapter 7Mencium Bianca"Kau tidak perlu pergi jika tidak ingin pergi, abaikan saja ancamannya," kata Lisa ketika Bianca sedang bersiap untuk pergi menemani Evander bertemu client. Dulu ketika menjadi mahasiswa di Complutense University of Madrid, Bianca dan Lisa adalah teman satu kamar di asrama. Bahkan ketika mereka sudah lulus pun pada akhirnya mereka masih memutuskan untuk tinggal berdekatan hingga Lisa menikah dan memutuskan tinggal di apartemen suaminya. Lalu ketika suami Lisa meninggal, Lisa kembali memutuskan untuk menyewa apartemen di gedung di mana Bianca tinggal agar mereka dapat kembali berdekatan.Bianca awalnya sangsi terhadap pertemanannya dengan Lisa, ia sedikit trauma. Takut akan dimanfaatkan sepeti apa yang Evander pernah lakukan padanya dulu. Tetapi, seiring berjalannya waktu Lisa tidak pernah memanfaatkannya. Jika Lisa memanfaatkannya saat ingin bekerja di Binter Canarias itu pengecualian, Bianca memaklumi karena keadaan Lisa yang sedang kurang beruntung dan ang

  • EX to NEXT 21+   6. Selalu Mengancam

    Chapter 6Selalu Mengancam Bianca sedang mengamati pohon bunga Peony yang tingginya belum ada satu jengkal, menunggu waktu tiga tahun untuk Peony berbunga rasanya sangat konyol. Sialan! Tetapi, obsesinya menanam dan merawat bunga sendiri sudah bulat. Lagi pula menanti Peony-nya berbunga lalu bunga itu akan hidup selama lima puluh sampai seratus tahun menurutnya waktu tiga tahun terlalu singkat untuk sebuah penantian, itu sungguh sepadan.Bianca mencatat perkembangan pohon Peony dan bunga lain di bukunya sebagai rutinitasnya setiap pagi setelah membuka toko dan Alma bertugas menjaga tokonya. Bianca juga memperkerjakan satu orang untuk membantunya mengurus tumbuhan di rumah kaca karena mustahil semua dikerjakan sendiri. "Bianca, apa kau sudah melihat bunga Lily kita??" tanya Don, orang yang ia percaya membantunya merawat bunga. "Aku belum melihatnya pagi ini," kata Bianca. "Kau harus melihatnya, ada satu yang memiliki kuncup. Sepertinya ia akan berbunga!" katanya dengan penuh sem

  • EX to NEXT 21+   5. Wanita-wanita Evander

    Chapter 5 Wanita-wanita Evander Ilona Callie adalah wanita yang pernah paling dihindari oleh Evander sepanjang hidupnya. Sungguh sial semalam ia bertemu lagi dengan Ilona dan lebih sial lagi Bianca meninggalkannya, membuatnya terjebak dengan Ilona dan terpaksa meladeni Ilona yang berbicara tak tentu arah sementara dirinya harus berpura-pura menjadi pendengar yang baik. Evander tidak akan memaafkan Bianca dan wanita itu harus membayarnya, Evander akan membuat perhitungan dengannya. Evander dengan malas turun dari tempat tidur, pagi ini ada pertemuan penting yang harus dihadiri dan fakta dirinya kurang tidur membuatnya sedikit tidak bersemangat. Setelah membersihkan diri pria itu mengambil MacBook-nya dan membaca materi pertemuan ditemani secangkir kopi tanpa gula. Ia lalu mengaktifkan ponselnya dan suara pesan di ponselnya berbunyi dan Evander mengernyit membaca siapa pengirim pesan tersebut. Pesan itu dari Ilona dan Isabel, Evander tidak menggubrisnya dan melanjutkan kegiatann

  • EX to NEXT 21+   4. Bertemu Evander Lagi

    Chapter 4 Bertemu Evander Lagi "Bersiaplah, untuk makan malam bersamaku." Oh, Tuhan! Bianca ingin menghancurkan ponselnya setelah membaca pesan yang dikirimkan Evander. Baru satu hari Lisa bekerja di Binter Canarias dan Evander sudah berusaha menindasnya dengan memaksanya pergi makan malam. Pria itu benar-benar menjengkelkan. "Hari ini aku tidak bisa menemanimu makan malam karena aku harus menjaga putra Lisa." Tulis Bianca di pesan pendeknya. "Lalu, ke mana Lisa?" tanya Evander. "Dia baru sehari bekerja di kantormu, dia masih butuh biaya untuk membayar baby sitter yang menjaga putranya di siang hari," jawab Bianca. Evander tidak membalas pesannya lagi dan Bianca merasa bersyukur, akhirnya ia terbebas dari pria itu. Bianca lalu melanjutkan aktivitasnya di dapur, ia menyusun piring-piring dan peralatan dapur lainnya ke dalam mesin pencuci piring lalu mengaktifkan mesin. Bianca mengeluarkan sayuran, daging, susu, pasta, dan beberapa jenis bawang dari dalam kulkas lal

  • EX to NEXT 21+   3. Geram

    Chapter 3 Geram "Jadi, Evander memintamu melupakan dendam di masa lalu kalian lalu kalian harus berteman lagi?" tanya Lisa, ibu dari seorang balita yang sedang dirawat di rumah sakit. "Kumohom jangan menatapku seperti itu," kata Bianca lalu mendengus karena Lisa menatapnya seolah sedang membujuk dan memohon padanya. "Hanya berteman, Bi. Berteman. Setelah aku bekerja dan posisiku aman, kau bisa memutuskan pertemanan itu dan membalas dendam jika itu mungkin," kata Lisa sembari memotong tangkai mawar kemudian meletakkannya pada gundukan mawar yang belum disusun oleh Bianca. Balas dendam? Balas dendam seperti apa? Lagi pula menampar Evander di hari pertama mereka bertemu kembali sudah cukup membuat Bianca puas. "Aku lebih baik menghidupi putramu sampai kau mendapatkan pekerjaan ketimbang harus menjadi teman Evander lagi," kata Bianca cukup serius. "Kau pikir membesarkan anak hanya memberinya makan, pakaian, dan tempat tinggal? Ada asuransi pendidikan dan asuransi kese

  • EX to NEXT 21+   2. La Luna Florist

    Chapter 2La Luna Florist"Kau sepertinya dalam suasana hati yang tidak bagus," kata Valeria Adams, sekretaris Evander seraya meletakkan secangkir kopi di atas meja.Evander melirik gelas berisi kopi yang mengepulkan asap panas di atas meja, suasanya hatinya memang sedang sangat kacau dan penyebabnya tentu saja Bianca. Evander tidak menyangka jika hari kedua menduduki jabatan sebagai CEO di perusahaan penerbangan milik ayahnya justru mendapatkan tamparan dari seorang wanita, pria pemilik mata biru itu meraba pipinya yang beberapa jam lalu ditampar oleh Bianca.Evander secara tidak sengaja melihat Bianca sedang berbicara dengan resepsionis, ia lalu memerintahkan sekretarisnya untuk menyelidiki untuk apa Bianca datang ke kantornya. Evander lalu menginstruksikan kepada sekretarisnya agar mengarahkan Bianca ke ruangannya, tetapi Evander tidak menyangka jika kejadian sembilan tahun yang lalu masih membuat Bianca marah dan rupanya menyimpan dendam sehingga meluapkannya dengan menampar dir

  • EX to NEXT 21+   1. Si Brengsek

    Chapter 1Si Brengsek "Ya Tuhan, Bianca... kau baru saja menghancurkan karierku," erang Lisa yang duduk di bangku tunggu rumah sakit."Karier yang belum dimulai," ralat Bianca tidak terima."Bi, itu satu-satunya harapanku," kata Lisa terlihat putus asa. Bianca Stanton, wanita berusia dua puluh tujuh tahun pemilik mata berwarna hijau itu menghela napas berat. Ia juga tidak menyangka kalau paginya akan menjadi hari yang sangat buruk pagi ini, ia tidak menyangka jika dirinya akan bertemu dengan Evander Torrado. Ia bahkan tidak menyangka seorang Evander secepat itu duduk di kursi CEO di sebuah perusahaan penerbangan di negaranya.Bianca lebih tidak percaya lagi jika perusahaan penerbangan itu ternyata milik keluarga Torrado setelah ia mencari tahu tentang perusahaan itu. Benar-benar ceroboh karena tidak mencari tahu terlebih dahulu sebelum memberikan bantuan kepada Lisa. "Aku tidak tahan lagi ingin sekali menamparnya," kata Bianca terlihat jengah. "Asal kau tahu, tamparan saja tidak

  • EX to NEXT 21+   Prologue

    Halo....Jam berapa kalian membaca ini?Apa kabar semua?Jumpa lagi dengan Cherry di sini.Prologue Madrid, 09:30 am.Bianca mengumpat, tidak seharusnya ia sebagai seorang penjual bunga berada di sebuah gedung perkantoran dengan mengenakan pakaian berupa rok span ketat yang membuat bentuk bokongnya terekspos dan setelan blazer yang membuatnya terlihat seperti guru matematika yang selalu memasang tampang serius. "Sialan," umpatnya pelan sekali lagi sambil berkaca di toilet. Sahabatnya tersayang baru saja kehilangan suaminya yang meninggal akibat kecelakaan sementara Ia memiliki seorang anak yang masih kecil dan kebetulan anak itu sakit sehingga Lisa sahabatnya tidak bisa pergi untuk wawancara di perusahaan penerbangan Binter Canarias. Lisa sangat membutuhkan pekerjaan itu karena setelah kehilangan suaminya otomatis ia menjadi tulang punggung untuk dirinya sendiri dan anaknya yang masih kecil, hari ini Bianca datang ke kantor untuk bertemu bagian personalia mewakili Lisa bukan un

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status