Home / Romansa / EX to NEXT 21+ / 4. Bertemu Evander Lagi

Share

4. Bertemu Evander Lagi

last update Huling Na-update: 2025-02-28 17:43:28

Chapter 4

Bertemu Evander Lagi

"Bersiaplah, untuk makan malam bersamaku."

Oh, Tuhan! Bianca ingin menghancurkan ponselnya setelah membaca pesan yang dikirimkan Evander. Baru satu hari Lisa bekerja di Binter Canarias dan Evander sudah berusaha menindasnya dengan memaksanya pergi makan malam. Pria itu benar-benar menjengkelkan.

"Hari ini aku tidak bisa menemanimu makan malam karena aku harus menjaga putra Lisa." Tulis Bianca di pesan pendeknya.

"Lalu, ke mana Lisa?" tanya Evander.

"Dia baru sehari bekerja di kantormu, dia masih butuh biaya untuk membayar baby sitter yang menjaga putranya di siang hari," jawab Bianca.

Evander tidak membalas pesannya lagi dan Bianca merasa bersyukur, akhirnya ia terbebas dari pria itu. Bianca lalu melanjutkan aktivitasnya di dapur, ia menyusun piring-piring dan peralatan dapur lainnya ke dalam mesin pencuci piring lalu mengaktifkan mesin.

Bianca mengeluarkan sayuran, daging, susu, pasta, dan beberapa jenis bawang dari dalam kulkas lalu mengenakan celemek di tubuhnya. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil ia mulai mengolah makanan untuk makan malamnya. Tetapi, baru saja ia mulai mencincang bawang ponselnya berdering.

Bianca meletakkan pisaunya sambil mendengus kesal karena Evander meneleponnya. Tidak bisakah pria itu membiarkannya tenang?

"Ada apa?" tanya Bianca ketus.

"Kirim lokasi tempat tinggalmu," jawab Evander.

"Aku tidak menerima tamu pria," kata Bianca semakin ketus.

"Aku mengirimkan seorang baby sitter untuk menjaga putra Lisa."

"Aku bisa menjaganya, terima kasih." Bianca kemudian mematikan telepon, tetapi ponselnya berdering lagi membuat Bianca benar-benar ingin memasukkan ponselnya ke dalam air.

"Aku belum selesai bicara, Bi," kata Evander.

Bianca mendengus. "Evan, aku tidak ingin berutang apa pun padamu lagi."

"Kau memang tidak berutang padaku, tetapi temanmu berutang padaku dan kau adalah jaminannya."

Benar-benar iblis brengsek, Bianca ingin sekali memaki Evander. Andai bukan karena Lisa mungkin jika Evander ada di depannya, Bianca akan menamparnya sekali lagi.

Bianca mengatur napasnya, dengan kesabaran yang setipis jaring laba-laba ia berkata, "Katakan apa yang kau inginkan."

"Kirimkan lokasimu, baby sitter akan datang dan pukul sembilang aku menunggumu di restoran Hotel Four Season."

Dengan geram Bianca kembali mematikan sambungan telepon lalu mengirimkan lokasinya pada Evander kemudian memasukkan kembali bahan-bahan makanannya ke dalam kulkas, setelah dapurnya kembali bersih ia pun pergi ke kamarnya untuk bersiap.

Sedikit bingung harus berpakaian seperti apa, Bianca mengaduk-aduk lemarinya memilih pakaian yang akan ia kenakan. Four Season Hotel adalah tempat orang kaya yang menghabiskan 1000 $ per malam hanya untuk menginap satu malam. Mustahil jika Bianca pergi mengenakan pakaian sembarangan ke sana, ia tidak ingin dikira gelandangan salah masuk hotel.

Setelah menimbang-nimbang ia memilih pakaian semi formal berwarna hitam dan dipadukan dengan sepatu hak tinggi berukuran 7cm berwarna hitam bercorak silver dan menenteng tas berwarna putih.

***

Evander melambaikan tangan pada Bianca yang memasuki restoran di Four Season Hotel, ketika Bianca mendekati mejanya tatapan Evander terpaku pada penampilan wanita itu.

Di toko bunganya Bianca berkesan tidak memperhatikan penampilannya, tetapi begitu keluar untuk makan malam Bianca menjelma sepeti bukan pemilik toko bunga kecil di Madrid dan Evander tidak menampik jika Bianca sangat menawan dengan pakaian semi formal pilihannya yang sebenarnya cukup sederhana, bukan dari brand kelas atas.

Kemudian tata rias wajah Bianca, wanita itu memilih lipstik berwarna kalem yang sesuai dengan kulitny yang putih. Warna bedaknya juga tidak terlalu kontras dengan warna kulitnya sehingga bintik-bintik cokelat samar di kulitnya yang tidak begitu banyak tidak tertutup sempurna dan rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai begitu saja.

Evander berdehem. "Mulai besok kau tidak perlu menjaga putra Lisa lagi."

Bianca menarik sebuah kursi lalu duduk. "Katakan apa maumu melakukan semua ini?"

Meskipun dulu Evander kuliah di Madrid, tetapi bukan berarti ia memiliki banyak teman di ibukota Spanyol itu. Beberapa teman akrabnya sama sepertinya yang memiliki banyak kesibukan sendiri, bahkan beberapa di antara mereka tidak lagi tinggal di negeri Matador.

Evander yang baru tinggal lagi di Madrid setelah dua tahun belajar mengelola kantor cabang Binter Canarias di Barcelona merasa sedikit bosan dan kesepian sehingga saat bertemu kembali dengan Bianca, satu-satunya kesenangan yang terbersit di otaknya adalah bermain-main dengan Bianca yang sepertinya sangat terganggu dengan keberadaan dirinya.

"Aku hanya ingin berteman denganmu," kata Evander lalu meletakkan ponselnya di atas meja kemudian melambaikan tangan pada pelayan.

"Aku tidak butuh teman lagi dan jika aku mau berteman denganmu itu karena sangat terpaksa demi Lisa dan putranya," kata Bianca dengan ketus.

Evander menyukai cara Bianca, semakin wanita itu ketus dan bermuka masam Evander merasa semakin tertantang untuk menaklukkannya lagi.

"Memangnya keluarga Lisa tidak ada sehingga harus kau yang menjaga anaknya?"

"Keluarga Lisa dan mendiang suaminya berada di Mexico," jawab Bianca datar.

"Kenapa dia tidak pulang saja ke Mexico?"

Bianca mengedikkan kedua bahunya bersamaan, enggan menjawab pertanyaan Evander lagi bersamaan dengan itu pelayan restoran datang membawakan buku menu lalu menyodorkan pada Bianca dan Evan.

Bianca memasang ekspresi begitu tenang membaca semua menu di buku yang ia pegang, tetapi sebenarnya tidak satu pun ada yang menarik di matanya apa lagi beberapa jenis menu tidak dikenalinya dan yang pastinya tidak memiliki selera makan meskipun sebenarnya dirinya sangat lapar.

Bianca akhirnya memesan seporsi taco dan air mineral, ia berencana menyantapnya cepat-cepat lalu pergi. Belum setengah jam berhadapan dengan Evander rasanya sudah sangat muak, bahkan seolah menduduki kurus berduri hingga ia tidak sanggup berlama-lama di sana.

"Omong-omong, sejak kapan kau tinggal di Madrid?" tanya Evander memecahkan keheninga di antara mereka.

"Dulu aku kuliah di sini," jawab Bianca tanpa menyembunyikan kemalasannya menjawab pertanyaan Evander.

Evander yang sudah tahu berpura-pura terkejut dan menaikkan kedua alisnya. "Oh, ya? Aku juga melanjutkan studi di sini. Tapi, kenapa kita tidak pernah bertemu?"

Tidak pernah bertemu lagi jauh lebih baik, kalau perlu selamanya, batin Bianca geram dan dia memilih untuk diam saja.

"Dan, omong-omong sejak kapan kau membuka toko bunga?" Pertanyaan kalinini murni Evander ingin tahu karena di dalam data yang ia terima dari anak buahnya hanya sebatas informasi akademis saja.

Membicarakan toko bunga mata Bianca berbina meskipun sedikit dan ekspresinya masih merengut. "Aku baru memulainya."

"Kenapa toko bunga?"

"Karena....."

"Evan? Evander?"

Bianca menggantungkan kalimatnya karena seorang wanita berambut pirang dengan dandanan kekinian muncul entah dari mana dan langsung mendekati Evander.

"Evan, lama tidak melihatmu. Ya Tuhan, ke mana saja kau?" tanya wanita itu.

"Hai," sapa Evander dan bangkit dari duduknya.

Wanita berambut pirang itu langsung memeluk Evander, sementara bersamaan dengan itu seorang pelayan datang mengantarkan makanan pesanan Bianca dan Evan.

"Apa sekarang kau sedang ada pekerjaan di sini?" tanya wanita berambut pirang yang mengenakan gaun berwarna biru muda itu sembari melepaskan pelukannya.

"Ya."

"Kau menginap di sini?" tanya wanita bernama Ilona Callie itu dengan gaya manja.

"Tidak, aku hanya...."

"Oh, apa wanita itu teman kencanmu?" tanya Ilona sambil menengok kepada Bianca yang dengan tenang sedang menggigit Taco. Sekilas Ilona mengamati penampilan Bianca. "Oh, tidak mungkin. Dia pasti bukan teman kencanmu, 'kan?"

Evander berdehem. "Apa kau mau bergabung bersama kami?"

Ilona langsung menarik kursi di samping Evander. "Aku tidak mengganggu, 'kan?"

Evander mengangguk lalu duduk, tangannya terulur kepada Bianca dan berkata, "Dia Bianca, temanku."

"Kami hanya kenalan lama," sahut Bianca kemudian tersenyum yang dibuat-buat kepada Evander dan batinnya bersorak karena Evander menyipitkan matanya tanda tidak senang.

"Oh, ini seperti sebuah reuni rupanya," kata Ilona sambil duduk.

"Bianca, kau bisa panggil aku Ilona. Aku adalah mantan kekasih Evander ketika kami sama-sama menjadi mahasiswa," ujar Ilona.

Bianca kembali tersenyum yang dibuat-buat. "Mengesankan. Kalian pasangan yang sangat cocok."

"Sayang sekali sekarang dia hanya mantanku, dulu kami putus karena sering bertengkar, dan itu hanya karena kami masih terlalu muda. Kurasa."

Bianca mengangguk, senyumnya masih dibuat-buat. "Sayang sekali."

Namun, setidaknya nasib Ilona jauh lebih baik dibandingkan dengan dirinya yang dibuang seperti sampah oleh Evander setelah dimanfaatkan sedemikan rupa. Mengingat hal itu membuat Bianca kembali geram dan ingin sekali mencabik-cabik wajah Evander.

Bianca mengangkat gelasnya lalu meneguk air putih dari gelas berkaki tinggi kemudian meletakkan kembali gelasnya, setelah menyapu bibirnya menggunakan kain bersih yang tersedia ia mengambil tasnya yang berada di kursi khusus untuk meletakkan tas di dekatnya kemudian berdiri.

"Terima kasih traktirannya," ucap Bianca dan tersenyum mengejek kepada Evander. "Sampai jumpa, Ilona." Lalu Bianca melenggang begitu saja menjauh.

Bianca meninggalkan Four Season Hotel dan karena kebetulan jalan menuju rumahnya melewati toko bunganya. Jadi, Bianca memutuskan untuk singgah ke toko, kebetulan ia juga membawa kunci tokonya.

Ia membuka pintu kemudian masuk dan mengamati ruangan yang didesain sendiri, beberapa menit kemudia duduk di sofa berwarna abu-abu tua yang berada di tengah ruangan.

Bianca menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, memejamkan matanya beberapa saat sembari bebberapa kali menghela napas cukup dalam. Rasanya sudah lama sekali tidak menikmati waktu santai, sepertinya sejak memutuskan membuat rumah kaca untuk budidaya bunga impiannya lalu ditambah kematian suami Lisa. Ia hampir tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Bahkan untuk pergi ke salon kecantikan untuk merapikan rambutnya saja tidak ada waktu.

Pagi-pagi sekali ia harus menyiapkan diri membuka toko bunga, lalu memantau beberapa pekerjanya yang mengurus tanaman di rumah kaca lalu merangkai bunga pesanan pelanggannya. Merangkai bunga adalah pekerjaan yang tidak ia serahkan sepenuhnya pada karyawannya. Hanya buket bunga dasar yang ia percayakan pada anak buahnya sementara pesanan yang rumit dan unik ia kerjakan sendiri.

Bianca belajar dari pengalamannya selama empat tahun bekerja sebagai perangkai bunga, toko bunga bosnya dulu sangat ramai sehingga Bianca sering mau tidak mau harus belajar merangkai berbagai macam jenis bunga termasuk rangkaian bunga yang unik dan rumit.

Pada akhirnya ketika Bianca memiliki cukup modal dan keberanian, juga kemampuan merangakai bunga, ia memilih membuka bisnis sendiri meskipun toko bunganya belum bisa dibilang menjadi saingan toko bunga mantan bosnya dulu.

Bersambung....

Jangan lupa tap bintangnya ya! Dan komen biar rame, biar menyala!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Cherry Blossom
Iya kak salah copas
goodnovel comment avatar
ann’sbooks
Oalah harusnya part di bab sebelumnya itu ke double up toh
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • EX to NEXT 21+   5. Wanita-wanita Evander

    Chapter 5 Wanita-wanita Evander Ilona Callie adalah wanita yang pernah paling dihindari oleh Evander sepanjang hidupnya. Sungguh sial semalam ia bertemu lagi dengan Ilona dan lebih sial lagi Bianca meninggalkannya, membuatnya terjebak dengan Ilona dan terpaksa meladeni Ilona yang berbicara tak tentu arah sementara dirinya harus berpura-pura menjadi pendengar yang baik. Evander tidak akan memaafkan Bianca dan wanita itu harus membayarnya, Evander akan membuat perhitungan dengannya. Evander dengan malas turun dari tempat tidur, pagi ini ada pertemuan penting yang harus dihadiri dan fakta dirinya kurang tidur membuatnya sedikit tidak bersemangat. Setelah membersihkan diri pria itu mengambil MacBook-nya dan membaca materi pertemuan ditemani secangkir kopi tanpa gula. Ia lalu mengaktifkan ponselnya dan suara pesan di ponselnya berbunyi dan Evander mengernyit membaca siapa pengirim pesan tersebut. Pesan itu dari Ilona dan Isabel, Evander tidak menggubrisnya dan melanjutkan kegiata

    Huling Na-update : 2025-02-28
  • EX to NEXT 21+   6. Selalu Mengancam

    Chapter 6 Selalu Mengancam Bianca sedang mengamati pohon bunga Peony yang tingginya belum ada satu jengkal, menunggu waktu tiga tahun untuk Peony berbunga rasanya sangat konyol. Sialan! Tetapi, obsesinya menanam dan merawat bunga sendiri sudah bulat. Lagi pula menanti Peony-nya berbunga lalu bunga itu akan hidup selama lima puluh sampai seratus tahun menurutnya waktu tiga tahun terlalu singkat untuk sebuah penantian, itu sungguh sepadan. Bianca mencatat perkembangan pohon Peony dan bunga lain di bukunya sebagai rutinitasnya setiap pagi setelah membuka toko dan Alma bertugas menjaga tokonya. Bianca juga memperkerjakan satu orang untuk membantunya mengurus tumbuhan di rumah kaca karena mustahil semua dikerjakan sendiri. "Bianca, apa kau sudah melihat bunga Lily kita??" tanya Don, orang yang ia percaya membantunya merawat bunga. "Aku belum melihatnya pagi ini," kata Bianca. "Kau harus melihatnya, ada satu yang memiliki kuncup. Sepertinya ia akan berbunga!" katanya denga

    Huling Na-update : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   7. Mencium Bianca

    Chapter 7Mencium Bianca"Kau tidak perlu pergi jika tidak ingin pergi, abaikan saja ancamannya," kata Lisa ketika Bianca sedang bersiap untuk pergi menemani Evander bertemu client. Dulu ketika menjadi mahasiswa di Complutense University of Madrid, Bianca dan Lisa adalah teman satu kamar di asrama. Bahkan ketika mereka sudah lulus pun pada akhirnya mereka masih memutuskan untuk tinggal berdekatan hingga Lisa menikah dan memutuskan tinggal di apartemen suaminya. Lalu ketika suami Lisa meninggal, Lisa kembali memutuskan untuk menyewa apartemen di gedung di mana Bianca tinggal agar mereka dapat kembali berdekatan.Bianca awalnya sangsi terhadap pertemanannya dengan Lisa, ia sedikit trauma. Takut akan dimanfaatkan sepeti apa yang Evander pernah lakukan padanya dulu. Tetapi, seiring berjalannya waktu Lisa tidak pernah memanfaatkannya. Jika Lisa memanfaatkannya saat ingin bekerja di Binter Canarias itu pengecualian, Bianca memaklumi karena keadaan Lisa yang sedang kurang beruntung dan ang

    Huling Na-update : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   8. Pacar Palsu

    Chapter 8Pacar Palsu “Astaga....” Bianca menggelengkan kepalanya karena Evander pagi-pagi sekali sudah berada di depan toko bunganya. Bahkan toko bunganya belum buka.“Aku hanya kebetulan lewat dan aku ingin melihat-lihat toko bungamu,” kata Evander.Bianca sanksi dengan ucapan Evander, bagaimanapun pria yang sedang ia hadapi adalah Evander yang dikenalnya sebagai pria licik jika menyangkut keuntungannya pribadi. Evander pasti memiliki tujuan lain padanya, entah itu ada hubungannya dengan Ilona atau tujuan lain, tetapi yang jelas kali ini Bianca bersumpah tidak akan terjebak dalam permainan Evander.Hanya katak bodoh yang terjatuh pada lubang yang sama dua kali dan Bianca tidak ingin menjadi kataka bodoh itu, ia harus lebih waspada terhadap Evander. Bianca tidak menggubrisnya, ia memasukkan kunci pada lubang kunci tokonya lalu memutarnya dan membuka pintu tokonya. Tidak lama Evander menyusulnya dan pria itu membawa boneka di tangannya.“Kuharap kau menyukainya,” ucap Evander seraya

    Huling Na-update : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   9. Berdamai

    Chapter 9 Berdamai Gawat, batin Lisa. Ia baru saja tiba di kantor dan kepala divisi memberitahu kalau dirinya dipanggil CEO. Evander memanggilnya pasti bukan masalah pekerjaan, tetapi pasti ada hubungannya dengan Bianca dan ketika memasuki ruangan Evander yang dilihat Evander sedang menekan pelipisnya seolah sedang berpikir keras. "Kau memanggilku, Sir?" tanya Lisa mencoba berhati-hati. "Duduklah," kata Evander. Ragu-ragu Lisa duduk di kursi seberang meja kerja Evander. "Apa ada yang salah dengan pekerjaanku?" tanya Lisa mencoba bersikap senormal mungkin sebagai seorang karyawan. "Valentine sebentar lagi," kata Evander lalu menjeda ucapannya beberapa saat dan menatap Lisa dengan serius. "Temanku mengundangku ke pesta valentine-nya." Lisa tidak berani menebak apa kalimat selanjutnya yang akan diucapkan Evander. "Dan?" "Aku ingin mengajak Bianca menghadiri pesta di malam Valentine." Lisa ingin tertawa keras-keras mendengar apa yang dituturkan Evander, terdengar kekanakan se

    Huling Na-update : 2025-03-14
  • EX to NEXT 21+   10. Badai

    Chapter 10BadaiBianca dan Evander keluar dari toko bunga lalu masuk ke dalam mobil, mereka menuju China Crown di Salamaca. Sementara hujan mulai membasahi jalanan dan gedung kota Madrid, Evander memeriksa perkiraan cuaca di layar yang terdapat di dasbor mobilnya. “Akan ada badai,” kata Evander. “Semoga tidak terjadi,” sahut Bianca. “Cuaca tidak menentu sekarang.” “Benar.” “Aku benci hujan.” “Karena memengaruhi jadwal penerbangan?” “Ya, salah satunya,” jawab Evander, “bagaimana denganmu?” “Aku menyukainya. Mendengarkan rintik hujan seperti mendengarkan alunan musik klasik, ada kedamaian di sana.” Evander tersenyum mendengar alasan Bianca. “Kau masih suka musik klasik?” “Kukira kau melupakannya.” Tidak ada yang dilupakan Evander, bahkan ciuman pertama mereka di perpustakaan pun Evander masih jelas mengingatnya. Itu adalah ciuman pertama Evander, juga Bianca. Mereka melakukannya di lorong perpustakaan, di antara jejeran rak-rak buku dan bersembunyi dari banyaknya orang di pe

    Huling Na-update : 2025-03-16
  • EX to NEXT 21+   11. Evander Cemburu

    Chapter 11 Evander Cemburu Badai yang menerjang Madrid kemarin sore membuat atap kaca kebun bunganya roboh dan menimpa beberapa tanaman bunga, untungnya kerusakannya tidak terlalu parah sehingga tidak menimbulkan masalah besar. Hanya saja beberapa bunga yang memerlukan perlakuan khusus di bawah bangunan beratap kaca harus dipindahkan untuk sementara, terutama bunga Lily of the Valey yang memerlukan banyak matahari tetapi harus tetap terjaga kelembapannya. Bianca mengulurkan botol minuman dingin pada Evander yang beru selesai memindahkan kotak berisi tanaman Lily, mantan kekasihnya itu datang pagi-pagi sekali bahkan saat toko bunganya belum buka dan membantunya melakukan pekerjaan memperbaiki kebun bunganya yang rusak sehingga mempercepat pekerjaan para pekerja. Entah apa motif Evander, antahlah. Bianca tidak mau ambil pusing saat ini yang pasti ia hanya ingin kebunnya diperbaiki secepatnya dan bunga-bunganya aman. “Kurasa bangunan ini harus dirombak secara menyeluruh, mate

    Huling Na-update : 2025-03-18
  • EX to NEXT 21+   12. Bukan Mainan

    Chapter 12Bukan Mainan Saat memasuki lobi apartemennya, Evander mendapati Valeria berada di sana. Ia memang tidak memberikan kode akses tempat tinggalnya kepada siapa pun termasuk sekretaris pribadinya, bukan tanpa alasan. Ia tidak ingin privasinya terganggu. Wanita itu terlihat kesal menatap Evander sambil melangkah mendekat. “Ada sesuatu yang mendesak?” tanya Evander dengan santai. “Kau tidak mengaktifkan ponselmu dan aku tidak tahu harus ke mana mencarimu,” jawab Valeria. Evander melangkah dengan acuh diikuti Valeria menuju lift. “Mulai sekarang kau bisa mencariku ke La Luna Florist.” “Kau harus bisa membedakan mana kepentingan pribadi dan pekerjaan, kau tidak bisa mencampuradukkannya bahkan mematikan ponselmu dan mengabaikan pekerjaan karena wanita,” kata Valeria dengan ketus. “Kurasa kau tidak berhak menceramahiku,” kata Evander tanpa menoleh. “Kau kesal karena Isabel?” “Salah satunya iya dan orang tua mantan kekasihmu belum menyerah ingin menanamkan saham di perusahaan

    Huling Na-update : 2025-03-20

Pinakabagong kabanata

  • EX to NEXT 21+   30. Skandal Pelanggan

    Chapter 30Skandal Pelanggan Besoknya Evander seperti hari-hari sebelumnya, datang ke tempat tinggal Bianca pagi-pagi sekali, mereka menyiapkan sarapan untuk bersama kemudian pergi ke toko bunga. Suasana tentu saja berubah, sepanjang jalan menuju toko bunga Evander menggenggam tangan Bianca dan sesekali mereka berciuman saat mobil berhenti di lampu merah, juga Evander yang tidak terhitung berapa kali mengecup punggung tangan Bianca hingga membuat pipi Bianca merah merona. “Aku akan menjemputmu untuk makan siang,” kata Evander ketika tiba di depan toko seraya menarik rem tangan mobil. “Bukankah kau bilang mau menjenguk sekretarismu saat istirahat makan siang?” tanya Bianca seraya melepaskan sabuk pengamannya. Evander juga melepaskan sabuk pengamannya. “Ya, bersamamu.” “Kau bilang baru akan mengumumkan hubungan kita setelah masalahmu dengan ayahmu selesai, kau bilang sekretarismu adalah orang yang dipilih langsung oleh ayahmu." Evander menekan tombol untuk memundurkan joknya lalu

  • EX to NEXT 21+   29. Mengaku Cemburu

    Chapter 29Mengaku Cemburu“Apa aku memiliki pilihan untuk menolakmu?” tanya Bianca sembari tersenyum dan matanya menatap Evander. “Aku tidak menerima penolakanmu.” “Kalau begitu, bukankah sudah jelas?” Evander menatap mata Bianca dengan penuh kasih sayang dan kebahagiaan yang tergambar jelas di matanya. “Aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkanmu, aku juga akan melakukan yang terbaik untukmu, untuk kita, dan... aku tidak akan mengulangi kesalahanku.” “Jika kau berani meninggalkanku lagi....” “Itu tidak akan terjadi,” potong Evander. “Tidak akan ada kesempatan ketiga, kesempatanmu hanya kali ini saja.” Evander menatap Bianca penuh kesungguhan, tangannya terulur menyentuh kening Bianca dengan lembut lalu berkata, “Aku pasti menepati janjiku, aku tidak akan mengecewakanmu lagi karena aku tidak ingin hidup tanpa dirimu. Kau tahu keadaan keluargaku, aku tidak memiliki tempat yang hangat yang disebut keluarga, tetapi bersamamu aku merasa semua ruang kosong itu terisi. Kau adala

  • EX to NEXT 21+   28. 365 Days

    Chapter 28365 DaysEvander tidak berkata-kata lagi, memilih bangkit dari duduknya untuk mencuci tangannya lalu mulai menikmati makanannya dengan hati-hati sembari dalam benaknya berpikir jika ia harus segera mendapatkan pengakuan cinta Bianca atau berada di dalam hubungan yang ambigu seperti dirinya dan Isabel. Tentunya Evander tidak ingin berada di posisi Isabel, ia tidak ingin mencintai sendirian dan Evander bersumpah akan membiarkan Bianca lolos. Wanita di depannya harus menjadi miliknya, secepatnya. Evander mengulurkan ayam yang sudah ia gigit kepada Bianca untuk mencairkan suasana yang lumayan tegang di antara mereka. “Ayamnya enak, cobalah,” katanya. Bianca menatap ayam di tangan Evander yang posisinya sangat dekat dengan mulutnya, ia sudah kenyang dan tidak memiliki selera makan lagi terlebih dengan suasana kaku yang membuat setiap detik yang dilalui terasa begitu lambat ia tidak berencana makan sambil menikmati ketegangan yang menyelimuti ruangan itu. Juga ayam yang disodor

  • EX to NEXT 21+   27. Cemburu pada Vanya

    Chapter 27Cemburu pada Vanya“Bukannya kau seharusnya makan siang dan mau menjenguk Valeria?” tanya Lisa. Bianca menatap ayam goreng di tangannya lalu mematah sayap ayam di tangannya seolah ingin menghancurkannya. “Evander ada kesibukan lain," sahutnya dengan muram dan pelan agar tidak kedengaran orang lain di kantin perusahaan. "Dia pergi dengan gadis itu."“Apa kau bilang?” kata Lisa dengan alis berkerut dalam. Tetapi, ia ingat sesuatu dan ia tidak bisa menahan untuk tersenyum. “Gadis yang di lobi tadi?” Bianca mengangguk dengan kesal dan semakin merengut karena Lisa tersenyum seperti mengejeknya. “Kau sedang cemburu, Bi!” kata Lisa sembari menahan suara tawanya agar tidak lepas kendali. Bianca menghela napas karena sangat kesal dan ia pun menyadari kalau kini sedang cemburu. Dadanya sangat panas hingga sepertinya hendak meledak dan ia sudah berusaha menahannya sekuat tenaga. Lagi pula apa haknya cemburu? Bukannya dirinya belum menerima cinta Evander dan mereka belum kembali m

  • EX to NEXT 21+   26. Salah Paham

    Chapter 26Salah Paham Pukul dua belas siang pertemuan berakhir, Evander menghela napas lega seraya menatap Bianca. Satu persatu peserta pertemuan meninggalkan ruangan, tetapi Mr. Alwar Benecio sepertinya tidak terburu-buru meninggalkan ruangan.Alwar Belecio salah satu orang yang duduk di kursi direksi dan orang yang pertama menyetujui perubahan yang Evander cetuskan. Selama pertemuan bisa dibilang Mr. Alwar menjadi orang yang paling sabar mendengarkan penjelasan-penjelasan Evander dan tidak segan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang hampir membunuh Evander.Namun, Evander menyukai kesan tegas dan terus terang itu. Sementara Mr. Alwar yang berusia enam puluh lima tahun itu adalah pria yang cukup modern di usianya yang tidak muda lagi dan ia menyukai anak muda yang berani seperti Evander yang berani memimpin perusahaan di usainya yang dinilainya belum matang. “Sebenarnya langkahmu sebagai orang yang baru memimpin perusahaan terlalu berani, Anak Muda,” kata Mr. Alwar seraya bangkit

  • EX to NEXT 21+   25. Membantu Evander

    Chapter 25Membantu Evander “Tapi, aku belum pernah....” “Kau pasti pernah melakukannya saat kuliah, di depan dosen, teman-teman kuliah,” potong Evander dan Bianca mengangguk meski terlihat ragu-ragu. “Kalau begitu, bukan masalah. Kau hanya tinggal membaca materinya.” “Bagaimana jika penampilanku buruk? Maksudku, aku takut terlalu gugup dan mengacaukannya,” kata Bianca dengan panik.“Aku akan berada di sampingmu, aku akan membantumu.” Bianca menghela napasnya dengan berat, juga iba menyaksikan Evander yang sepertinya sangat membutuhkan bantuannya. “Berikan materinya.” Evander mengambil ponselnya di dalam saku celananya lalu mengirimkan dokumen ke surat elektronik Bianca, tetapi ketika membukanya Bianca justru mengerutkan keningnya sangat dalam. “Aku butuh dokumen fisiknya, membaca dokumen sebanyak ini di layar membuat mataku lelah,” kata Bianca.“Apa kau memiliki printer?” tanya Evander. Bianca mengangguk. “Tapi kita harus ke toko untuk mencetaknya.” Evander berpikir sejenak.

  • EX to NEXT 21+   24. Membiasakan diri

    Chapter 24Membiasakan Diri Begitu ciuman bibir mereka terlepas Bianca segera menjauhi Evander seraya meraih sikunya lalu menyeret Evander keluar dari toko karena Bianca tidak ingin terjebak lebih lama lagi di dalam ruangan bersama Evander yang pasti akan membuatnya semakin canggung dan gugup. Sementara bibir Evander mengulas senyum tipis menyaksikan Bianca yang terlihat salah tingkah dengan wajah merah merona yang tidak bisa disembunyikan.Namun, alih-alih mengantar Bainca kembali ke tempat tinggalnya Evander justru membelokkan membelokkan mobil ke area street food terdekat.“Tapi, aku ingin makan di rumah. Aku sangat lelah,” kata Bianca seraya menatap malas ke arah luar. “Kalau begitu, tunggu di sini, oke? Aku akan membelikanmu makanan, kau tidak perlu memasak lagi di rumah,” kata Evander. Bianca sangat lelah hingga sepertinya setelah membersihkan tubuh ia hanya butuh tidur bukan makan. Tetapi, ia tidak ingin membantah Evander.“Apa yang ingin kau makan?” tanya Evander.“Apa saja

  • EX to NEXT 21+   23. Ciuman Mesra

    Chapter 23Ciuman Mesra“Aku sedang berusaha memperbaiki semuanya, kumohon jangan terus mendesakku untuk pergi,” lanjut Evander lambat-lambat seraya menggenggam tangan Bianca. “Aku akan membuktikan padamu kalau aku layak bersamamu lagi dan aku tidak akan menyerah.” Bianca menghela napasnya perlahan dan mengembuskannya dengan lembut kemudian berkata, “Sebenarnya akulah yang merasa tidak pantas untuk kau kejar hingga sebegitunya.” “Akulah yang tidak pantas untukmu,” kata Evander lalu mendekatkan telapak tangan Bianca ke bibirnya lalu mengecup punggung telapak tangan Bianca dengan lembut.Sentuhan bibir Evander di kulitnya seolah menghantarkan sengatan listrik yang mengaliri tubuhnya, refleks Bianca hendak menarik tangannya tetapi Evander menahannya. “Aku pernah menyakitimu dan aku bukanlah pria suci tanpa masa lalu, tapi kuharap kau menerimaku dan aku berjanji aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama, aku tidak akan pernah menyakitimu lagi,” ucap Evander dengan tegas tetapi lembu

  • EX to NEXT 21+   22. Banyak Kesalahan di Masa Lalu

    Chapter 22Banyak Kesalahan di Masa Lalu Evander duduk di kursi sebuah teras cafe di sekitar jalan A-6, ia sengaja memilih tempat duduk di luar ruangan meskipun cuaca cukup dingin di bulan Februari karena kedatangannya ke cafe tersebut bukan untuk bersantai ataupun menikmati hangatnya kopi di sana. Lima menit setelah Evander duduk dan dua gelas kopi telah tersaji di mejanya Isabel datang dengan mengenakan pakaian musim dinginnya yang berasal dari merk kenamaan duniadan merupakan edisi terbatas. “Kau yakin kita duduk di sini?” tanya Isabel seraya menarik bangku. “Aku hanya sebentar,” kata Evander dengan santai. Isabel duduk seraya mengeratkan mantelnya seraya matanya melirik kotak berwarna merah muda di atas meja. “Apa kau akan merayakan Valentine?” Evander kebetulan baru saja melewati sekumpulan orang-orang yang merayakan Valentine dan membagikan kado di jalanan di dekat cafe, ia menjadi salah satu orang mendapatkan kado dari orang-orang itu. Evander berencana membuang kado ters

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status