Beranda / Romansa / EX to NEXT 21+ / 7. Mencium Bianca

Share

7. Mencium Bianca

Penulis: Cherry Blossom
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-13 12:39:37

Chapter 7

Mencium Bianca

"Kau tidak perlu pergi jika tidak ingin pergi, abaikan saja ancamannya," kata Lisa ketika Bianca sedang bersiap untuk pergi menemani Evander bertemu client.

Dulu ketika menjadi mahasiswa di Complutense University of Madrid, Bianca dan Lisa adalah teman satu kamar di asrama. Bahkan ketika mereka sudah lulus pun pada akhirnya mereka masih memutuskan untuk tinggal berdekatan hingga Lisa menikah dan memutuskan tinggal di apartemen suaminya. Lalu ketika suami Lisa meninggal, Lisa kembali memutuskan untuk menyewa apartemen di gedung di mana Bianca tinggal agar mereka dapat kembali berdekatan.

Bianca awalnya sangsi terhadap pertemanannya dengan Lisa, ia sedikit trauma. Takut akan dimanfaatkan sepeti apa yang Evander pernah lakukan padanya dulu. Tetapi, seiring berjalannya waktu Lisa tidak pernah memanfaatkannya.

Jika Lisa memanfaatkannya saat ingin bekerja di Binter Canarias itu pengecualian, Bianca memaklumi karena keadaan Lisa yang sedang kurang beruntung dan ang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • EX to NEXT 21+   8. Pacar Palsu

    Chapter 8Pacar Palsu “Astaga....” Bianca menggelengkan kepalanya karena Evander pagi-pagi sekali sudah berada di depan toko bunganya. Bahkan toko bunganya belum buka.“Aku hanya kebetulan lewat dan aku ingin melihat-lihat toko bungamu,” kata Evander.Bianca sanksi dengan ucapan Evander, bagaimanapun pria yang sedang ia hadapi adalah Evander yang dikenalnya sebagai pria licik jika menyangkut keuntungannya pribadi. Evander pasti memiliki tujuan lain padanya, entah itu ada hubungannya dengan Ilona atau tujuan lain, tetapi yang jelas kali ini Bianca bersumpah tidak akan terjebak dalam permainan Evander.Hanya katak bodoh yang terjatuh pada lubang yang sama dua kali dan Bianca tidak ingin menjadi kataka bodoh itu, ia harus lebih waspada terhadap Evander. Bianca tidak menggubrisnya, ia memasukkan kunci pada lubang kunci tokonya lalu memutarnya dan membuka pintu tokonya. Tidak lama Evander menyusulnya dan pria itu membawa boneka di tangannya.“Kuharap kau menyukainya,” ucap Evander seraya

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-13
  • EX to NEXT 21+   9. Berdamai

    Chapter 9 Berdamai Gawat, batin Lisa. Ia baru saja tiba di kantor dan kepala divisi memberitahu kalau dirinya dipanggil CEO. Evander memanggilnya pasti bukan masalah pekerjaan, tetapi pasti ada hubungannya dengan Bianca dan ketika memasuki ruangan Evander yang dilihat Evander sedang menekan pelipisnya seolah sedang berpikir keras. "Kau memanggilku, Sir?" tanya Lisa mencoba berhati-hati. "Duduklah," kata Evander. Ragu-ragu Lisa duduk di kursi seberang meja kerja Evander. "Apa ada yang salah dengan pekerjaanku?" tanya Lisa mencoba bersikap senormal mungkin sebagai seorang karyawan. "Valentine sebentar lagi," kata Evander lalu menjeda ucapannya beberapa saat dan menatap Lisa dengan serius. "Temanku mengundangku ke pesta valentine-nya." Lisa tidak berani menebak apa kalimat selanjutnya yang akan diucapkan Evander. "Dan?" "Aku ingin mengajak Bianca menghadiri pesta di malam Valentine." Lisa ingin tertawa keras-keras mendengar apa yang dituturkan Evander, terdengar kekanakan se

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • EX to NEXT 21+   10. Badai

    Chapter 10BadaiBianca dan Evander keluar dari toko bunga lalu masuk ke dalam mobil, mereka menuju China Crown di Salamaca. Sementara hujan mulai membasahi jalanan dan gedung kota Madrid, Evander memeriksa perkiraan cuaca di layar yang terdapat di dasbor mobilnya. “Akan ada badai,” kata Evander. “Semoga tidak terjadi,” sahut Bianca. “Cuaca tidak menentu sekarang.” “Benar.” “Aku benci hujan.” “Karena memengaruhi jadwal penerbangan?” “Ya, salah satunya,” jawab Evander, “bagaimana denganmu?” “Aku menyukainya. Mendengarkan rintik hujan seperti mendengarkan alunan musik klasik, ada kedamaian di sana.” Evander tersenyum mendengar alasan Bianca. “Kau masih suka musik klasik?” “Kukira kau melupakannya.” Tidak ada yang dilupakan Evander, bahkan ciuman pertama mereka di perpustakaan pun Evander masih jelas mengingatnya. Itu adalah ciuman pertama Evander, juga Bianca. Mereka melakukannya di lorong perpustakaan, di antara jejeran rak-rak buku dan bersembunyi dari banyaknya orang di pe

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • EX to NEXT 21+   11. Evander Cemburu

    Chapter 11 Evander Cemburu Badai yang menerjang Madrid kemarin sore membuat atap kaca kebun bunganya roboh dan menimpa beberapa tanaman bunga, untungnya kerusakannya tidak terlalu parah sehingga tidak menimbulkan masalah besar. Hanya saja beberapa bunga yang memerlukan perlakuan khusus di bawah bangunan beratap kaca harus dipindahkan untuk sementara, terutama bunga Lily of the Valey yang memerlukan banyak matahari tetapi harus tetap terjaga kelembapannya. Bianca mengulurkan botol minuman dingin pada Evander yang beru selesai memindahkan kotak berisi tanaman Lily, mantan kekasihnya itu datang pagi-pagi sekali bahkan saat toko bunganya belum buka dan membantunya melakukan pekerjaan memperbaiki kebun bunganya yang rusak sehingga mempercepat pekerjaan para pekerja. Entah apa motif Evander, antahlah. Bianca tidak mau ambil pusing saat ini yang pasti ia hanya ingin kebunnya diperbaiki secepatnya dan bunga-bunganya aman. “Kurasa bangunan ini harus dirombak secara menyeluruh, mate

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-18
  • EX to NEXT 21+   12. Bukan Mainan

    Chapter 12Bukan Mainan Saat memasuki lobi apartemennya, Evander mendapati Valeria berada di sana. Ia memang tidak memberikan kode akses tempat tinggalnya kepada siapa pun termasuk sekretaris pribadinya, bukan tanpa alasan. Ia tidak ingin privasinya terganggu. Wanita itu terlihat kesal menatap Evander sambil melangkah mendekat. “Ada sesuatu yang mendesak?” tanya Evander dengan santai. “Kau tidak mengaktifkan ponselmu dan aku tidak tahu harus ke mana mencarimu,” jawab Valeria. Evander melangkah dengan acuh diikuti Valeria menuju lift. “Mulai sekarang kau bisa mencariku ke La Luna Florist.” “Kau harus bisa membedakan mana kepentingan pribadi dan pekerjaan, kau tidak bisa mencampuradukkannya bahkan mematikan ponselmu dan mengabaikan pekerjaan karena wanita,” kata Valeria dengan ketus. “Kurasa kau tidak berhak menceramahiku,” kata Evander tanpa menoleh. “Kau kesal karena Isabel?” “Salah satunya iya dan orang tua mantan kekasihmu belum menyerah ingin menanamkan saham di perusahaan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-20
  • EX to NEXT 21+   13. Kesempatan Kedua

    Chapter 13 Kesempatan Kedua Bianca terbelalak karena Evander tiba-tiba merebut ponselnya lalu mematikan telepon. “Kau,” desis Bianca geram. Evander dengan gerakan santai memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. “Aku tidak suka ada orang yang mengganggu makan malamku,” kata Evander dengan tegas dan menatap Bianca dengan tatapan datar. Bianca menghela napas dan menatap Evander dengan jengah sementara Lisa berdiri meninggalkan tempat tinggal Bianca. “Dia pelanggan tokoku dan dia memesan bunga, kau tidak seharusnya....” “Pria itu memiliki maksud lain, memesan bunga hanya alasannya saja,” potong Evander. “Aku tidak peduli apa modus pria itu, yang aku pedulikan hanya dia membeli bungaku,” kata Bianca seraya mengangkat dagunya tinggi-tinggi seolah menentang Evander. Evander menatap Bianca dengan jengkel, ia bisa saja membeli seluruh bunga di toko Bianca beserta tokonya dan Bianca seharusnya tahu jika ia bisa melakukannya. Tetapi, Evander menahan diri untuk tidak memperlihatkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-22
  • EX to NEXT 21+   14. Calon Istri

    Chapter 14Calon IstriBianca mengira jika urusannya dengan Evander telah selesai kemarin malam setelah dengan tegas ia menolak pria itu, tetapi di luar dugaan pria itu pagi-pagi sekali sudah berada di depan toko bunganya. Bianca menghela napasnya karena kesal pagi harinya harus berurusan dengan Evander padahal kemarin malam setelah mendapatkan penolakan darinya, Evander meninggalkan tempat tinggal Bianca.“Kurasa hari ini kau tidak perlu membantuku lagi karena rumah kacaku sudah hampir selesai,” kata Bianca dingin seraya memasukkan kunci pintu toko bunganya. “Aku tahu, tapi aku datang ke sini bukan untuk membantu pekerjaan kebunmu lagi,” jawab Evander membuat Bianca mengerutkan kedua alisnya. “Aku membawa laptopku.”Bianca menoleh pada Evander yang berdiri di sampingnya dan memang benar pria itu menjinjing tas laptop lalu pandangan Bianca beralih ke mata Evander. “Dengar, kau seharusnya bekerja di kantormu,” kata Bianca seraya memutar kuci pintu.Evander membalas tatapan Bianca den

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-27
  • EX to NEXT 21+   15. Kesepakatan

    Chapter 15Kesepakatan Bianca belum mengucapkan apa pun kepada Evander atas pengakuan pria di depannya ketika ponselnya berdering dan saat ia menjawab panggilan itu berasal dari wanita yang tidak dikenal dan parahnya wanita itu mencari Evander. Ia ingin sekali memaki Evander yang menurutnya lancang memberikan nomornya kepada orang lain apalagi kepada wanita. Bianca memberikan ponselnya kepada Evander sambil merengut lalu bersedekap di depan Evander tanpa berniat menjauh, ia menatap Evander dengan tatapan mengintimidasi. “Valeria,” kata Evander.“Aku sudah bilang jangan mematikan ponselmu dan kau tidak mengindahkan aku,” sembur Valeria begitu mendengar suara Evander.“Ada apa?” tanya Evander seraya tersenyum kepada Bianca dan satu tangannya terulur mengusap-usap kepala Bianca. “Ayahmu meminta bertemu hari ini,” jawab Valeria. “Dia di Madrid?” “Jam berapa dia tiba?” “Ayahmu ada di ruanganmu.” Seketika alis Evander berkerut dalam. “Kau tidak serius, kan?” “Apa aku pernah bercan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-08

Bab terbaru

  • EX to NEXT 21+   30. Skandal Pelanggan

    Chapter 30Skandal Pelanggan Besoknya Evander seperti hari-hari sebelumnya, datang ke tempat tinggal Bianca pagi-pagi sekali, mereka menyiapkan sarapan untuk bersama kemudian pergi ke toko bunga. Suasana tentu saja berubah, sepanjang jalan menuju toko bunga Evander menggenggam tangan Bianca dan sesekali mereka berciuman saat mobil berhenti di lampu merah, juga Evander yang tidak terhitung berapa kali mengecup punggung tangan Bianca hingga membuat pipi Bianca merah merona. “Aku akan menjemputmu untuk makan siang,” kata Evander ketika tiba di depan toko seraya menarik rem tangan mobil. “Bukankah kau bilang mau menjenguk sekretarismu saat istirahat makan siang?” tanya Bianca seraya melepaskan sabuk pengamannya. Evander juga melepaskan sabuk pengamannya. “Ya, bersamamu.” “Kau bilang baru akan mengumumkan hubungan kita setelah masalahmu dengan ayahmu selesai, kau bilang sekretarismu adalah orang yang dipilih langsung oleh ayahmu." Evander menekan tombol untuk memundurkan joknya lalu

  • EX to NEXT 21+   29. Mengaku Cemburu

    Chapter 29Mengaku Cemburu“Apa aku memiliki pilihan untuk menolakmu?” tanya Bianca sembari tersenyum dan matanya menatap Evander. “Aku tidak menerima penolakanmu.” “Kalau begitu, bukankah sudah jelas?” Evander menatap mata Bianca dengan penuh kasih sayang dan kebahagiaan yang tergambar jelas di matanya. “Aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkanmu, aku juga akan melakukan yang terbaik untukmu, untuk kita, dan... aku tidak akan mengulangi kesalahanku.” “Jika kau berani meninggalkanku lagi....” “Itu tidak akan terjadi,” potong Evander. “Tidak akan ada kesempatan ketiga, kesempatanmu hanya kali ini saja.” Evander menatap Bianca penuh kesungguhan, tangannya terulur menyentuh kening Bianca dengan lembut lalu berkata, “Aku pasti menepati janjiku, aku tidak akan mengecewakanmu lagi karena aku tidak ingin hidup tanpa dirimu. Kau tahu keadaan keluargaku, aku tidak memiliki tempat yang hangat yang disebut keluarga, tetapi bersamamu aku merasa semua ruang kosong itu terisi. Kau adala

  • EX to NEXT 21+   28. 365 Days

    Chapter 28365 DaysEvander tidak berkata-kata lagi, memilih bangkit dari duduknya untuk mencuci tangannya lalu mulai menikmati makanannya dengan hati-hati sembari dalam benaknya berpikir jika ia harus segera mendapatkan pengakuan cinta Bianca atau berada di dalam hubungan yang ambigu seperti dirinya dan Isabel. Tentunya Evander tidak ingin berada di posisi Isabel, ia tidak ingin mencintai sendirian dan Evander bersumpah akan membiarkan Bianca lolos. Wanita di depannya harus menjadi miliknya, secepatnya. Evander mengulurkan ayam yang sudah ia gigit kepada Bianca untuk mencairkan suasana yang lumayan tegang di antara mereka. “Ayamnya enak, cobalah,” katanya. Bianca menatap ayam di tangan Evander yang posisinya sangat dekat dengan mulutnya, ia sudah kenyang dan tidak memiliki selera makan lagi terlebih dengan suasana kaku yang membuat setiap detik yang dilalui terasa begitu lambat ia tidak berencana makan sambil menikmati ketegangan yang menyelimuti ruangan itu. Juga ayam yang disodor

  • EX to NEXT 21+   27. Cemburu pada Vanya

    Chapter 27Cemburu pada Vanya“Bukannya kau seharusnya makan siang dan mau menjenguk Valeria?” tanya Lisa. Bianca menatap ayam goreng di tangannya lalu mematah sayap ayam di tangannya seolah ingin menghancurkannya. “Evander ada kesibukan lain," sahutnya dengan muram dan pelan agar tidak kedengaran orang lain di kantin perusahaan. "Dia pergi dengan gadis itu."“Apa kau bilang?” kata Lisa dengan alis berkerut dalam. Tetapi, ia ingat sesuatu dan ia tidak bisa menahan untuk tersenyum. “Gadis yang di lobi tadi?” Bianca mengangguk dengan kesal dan semakin merengut karena Lisa tersenyum seperti mengejeknya. “Kau sedang cemburu, Bi!” kata Lisa sembari menahan suara tawanya agar tidak lepas kendali. Bianca menghela napas karena sangat kesal dan ia pun menyadari kalau kini sedang cemburu. Dadanya sangat panas hingga sepertinya hendak meledak dan ia sudah berusaha menahannya sekuat tenaga. Lagi pula apa haknya cemburu? Bukannya dirinya belum menerima cinta Evander dan mereka belum kembali m

  • EX to NEXT 21+   26. Salah Paham

    Chapter 26Salah Paham Pukul dua belas siang pertemuan berakhir, Evander menghela napas lega seraya menatap Bianca. Satu persatu peserta pertemuan meninggalkan ruangan, tetapi Mr. Alwar Benecio sepertinya tidak terburu-buru meninggalkan ruangan.Alwar Belecio salah satu orang yang duduk di kursi direksi dan orang yang pertama menyetujui perubahan yang Evander cetuskan. Selama pertemuan bisa dibilang Mr. Alwar menjadi orang yang paling sabar mendengarkan penjelasan-penjelasan Evander dan tidak segan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang hampir membunuh Evander.Namun, Evander menyukai kesan tegas dan terus terang itu. Sementara Mr. Alwar yang berusia enam puluh lima tahun itu adalah pria yang cukup modern di usianya yang tidak muda lagi dan ia menyukai anak muda yang berani seperti Evander yang berani memimpin perusahaan di usainya yang dinilainya belum matang. “Sebenarnya langkahmu sebagai orang yang baru memimpin perusahaan terlalu berani, Anak Muda,” kata Mr. Alwar seraya bangkit

  • EX to NEXT 21+   25. Membantu Evander

    Chapter 25Membantu Evander “Tapi, aku belum pernah....” “Kau pasti pernah melakukannya saat kuliah, di depan dosen, teman-teman kuliah,” potong Evander dan Bianca mengangguk meski terlihat ragu-ragu. “Kalau begitu, bukan masalah. Kau hanya tinggal membaca materinya.” “Bagaimana jika penampilanku buruk? Maksudku, aku takut terlalu gugup dan mengacaukannya,” kata Bianca dengan panik.“Aku akan berada di sampingmu, aku akan membantumu.” Bianca menghela napasnya dengan berat, juga iba menyaksikan Evander yang sepertinya sangat membutuhkan bantuannya. “Berikan materinya.” Evander mengambil ponselnya di dalam saku celananya lalu mengirimkan dokumen ke surat elektronik Bianca, tetapi ketika membukanya Bianca justru mengerutkan keningnya sangat dalam. “Aku butuh dokumen fisiknya, membaca dokumen sebanyak ini di layar membuat mataku lelah,” kata Bianca.“Apa kau memiliki printer?” tanya Evander. Bianca mengangguk. “Tapi kita harus ke toko untuk mencetaknya.” Evander berpikir sejenak.

  • EX to NEXT 21+   24. Membiasakan diri

    Chapter 24Membiasakan Diri Begitu ciuman bibir mereka terlepas Bianca segera menjauhi Evander seraya meraih sikunya lalu menyeret Evander keluar dari toko karena Bianca tidak ingin terjebak lebih lama lagi di dalam ruangan bersama Evander yang pasti akan membuatnya semakin canggung dan gugup. Sementara bibir Evander mengulas senyum tipis menyaksikan Bianca yang terlihat salah tingkah dengan wajah merah merona yang tidak bisa disembunyikan.Namun, alih-alih mengantar Bainca kembali ke tempat tinggalnya Evander justru membelokkan membelokkan mobil ke area street food terdekat.“Tapi, aku ingin makan di rumah. Aku sangat lelah,” kata Bianca seraya menatap malas ke arah luar. “Kalau begitu, tunggu di sini, oke? Aku akan membelikanmu makanan, kau tidak perlu memasak lagi di rumah,” kata Evander. Bianca sangat lelah hingga sepertinya setelah membersihkan tubuh ia hanya butuh tidur bukan makan. Tetapi, ia tidak ingin membantah Evander.“Apa yang ingin kau makan?” tanya Evander.“Apa saja

  • EX to NEXT 21+   23. Ciuman Mesra

    Chapter 23Ciuman Mesra“Aku sedang berusaha memperbaiki semuanya, kumohon jangan terus mendesakku untuk pergi,” lanjut Evander lambat-lambat seraya menggenggam tangan Bianca. “Aku akan membuktikan padamu kalau aku layak bersamamu lagi dan aku tidak akan menyerah.” Bianca menghela napasnya perlahan dan mengembuskannya dengan lembut kemudian berkata, “Sebenarnya akulah yang merasa tidak pantas untuk kau kejar hingga sebegitunya.” “Akulah yang tidak pantas untukmu,” kata Evander lalu mendekatkan telapak tangan Bianca ke bibirnya lalu mengecup punggung telapak tangan Bianca dengan lembut.Sentuhan bibir Evander di kulitnya seolah menghantarkan sengatan listrik yang mengaliri tubuhnya, refleks Bianca hendak menarik tangannya tetapi Evander menahannya. “Aku pernah menyakitimu dan aku bukanlah pria suci tanpa masa lalu, tapi kuharap kau menerimaku dan aku berjanji aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama, aku tidak akan pernah menyakitimu lagi,” ucap Evander dengan tegas tetapi lembu

  • EX to NEXT 21+   22. Banyak Kesalahan di Masa Lalu

    Chapter 22Banyak Kesalahan di Masa Lalu Evander duduk di kursi sebuah teras cafe di sekitar jalan A-6, ia sengaja memilih tempat duduk di luar ruangan meskipun cuaca cukup dingin di bulan Februari karena kedatangannya ke cafe tersebut bukan untuk bersantai ataupun menikmati hangatnya kopi di sana. Lima menit setelah Evander duduk dan dua gelas kopi telah tersaji di mejanya Isabel datang dengan mengenakan pakaian musim dinginnya yang berasal dari merk kenamaan duniadan merupakan edisi terbatas. “Kau yakin kita duduk di sini?” tanya Isabel seraya menarik bangku. “Aku hanya sebentar,” kata Evander dengan santai. Isabel duduk seraya mengeratkan mantelnya seraya matanya melirik kotak berwarna merah muda di atas meja. “Apa kau akan merayakan Valentine?” Evander kebetulan baru saja melewati sekumpulan orang-orang yang merayakan Valentine dan membagikan kado di jalanan di dekat cafe, ia menjadi salah satu orang mendapatkan kado dari orang-orang itu. Evander berencana membuang kado ters

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status