Ranti dan Kevin terus berlari tanpa arah, namun yang pasti kini mereka tengah berlarian masuk jauh ke dalam hutan, mencari tempat untuk bersembunyi. Akhirnya mereka berhenti di tengah-tengah hutan dengan nafas yang masih terengah-engah. Ranti menepis tangan Kevin dan pemuda itu tau jika kekasihnya marah dan kini Ranti menatap Kevin dengan penuh rasa penasaran dan meminta penjelasan mengenai apa yang sedang terjadi .
“Sepertinya Ibuku datang kemari,” ucap Kevin mencoba menjelaskan.
“Memangnya kenapa jika Ibumu datang? Dan kenapa juga kita harus sembunyi? Bukankah beliau orang yang baik dan kau bilang Ibumu bersedia membantu Ibuku, jadi kenapa kita harus lari?” pertanyaan bertubi-tubi yang datangnya dari Ranti membuat Kevin berteriak kesal entah karena apa.
“Sepertinya aku salah, mungkin Ibu merencanakan sesuatu karena ia membawa semua asistennya untuk menangkapku,” jawab Kevin yang terlihat panik.
“Rencana? Soal apa? Kenapa ini semakin rumit saja,” sahut Ranti yang ikutan berteriak karena kesal/
“Mereka mengincar kita karena tadinya aku sempat menguping pembicaraan di antara mereka dan mengetahui bahwa mereka ingin menangkap kita dan membawa kita kembali pulang,” kini Kevin yakin jika ia akan ditangkap dan dipisahkan lagi dari Ranti.
“Kalau begitu, ayo kita pulang saja,” ujar Ranti yang hendak menyerahkan diri namun Kevin menarik lengannya.
Kevin terlihat memohon agar Ranti tidak melakukannya, namun gadis itu malah menangis histeris setelahnya.
“Kau bilang jika Ibumu akan membantu Ibuku mendapatkan hak asuh atas diriku dan Lisa, tapi kenapa jadi begini? Aku hanya ingin pulang dan tinggal bersama Ibuku, kenapa sulit sekali?” tangis itu terdengar perih namun Kevin hanya bisa diam dan tak tau harus mengatakan apa lagi.
Langit pun bergemuruh, lalu berubah menjadi gelap dan mulai menitikkan air membasahi bumi. Dengan perasaan yang bersalah, Kevin menarik Ranti untuk berani menatap kearahnya, namun Ranti tak mampu menatapnya lagi.
“Maafkan aku atas semua yang kuperbuat dan sebaiknya sekarang kita mencari tempat untuk berteduh dulu,” ucap Kevin yang dituruti saja oleh Ranti dan kemudian mereka kembali berjalan masuk ke dalam hutan.
Tidak jauh dari sana, mereka berhasil menemukan sebuah rumah kecil yang terlihat telah ditinggalkan. Ketika mereka masuk, keadaan rumah terlihat lumayan berantakan dengan beberapa barang yang berjatuhan dan berserakan di lantai. Sesekali bisa Kevin dengar jika Ranti terus saja bersin, lalu pemuda itu lihat jika Ranti tengah menggigil kedinginan karena sempat terkena hujan tadi. Pada akhirnya Kevin menemukan sebuah lemari pakaian, dicarinya beberapa selimut di dalam sana dan Kevin menemukan banyak sekali selimut untuk menghangatkan diri, Kevin pun tersenyum kegirangan.
“Ranti lihat, aku menemukan selimut untuk menghangatkan kita,” ujar Kevin dengan senyum lebar di wajah tampannya.
Tapi ketika Kevin membalikkan badannya untuk mengecek keadaan Ranti, gadis itu sudah terkulai lemas di lantai. Kevin berubah panik dan mencoba menggoyang-goyangkan tubuh kekasihnya itu, namun Ranti masih dalam keadaan dingin dan setengah sadar. Akhirnya Kevin melepaskan seluruh pakaian Ranti yang basah dan menyelimutinya dengan selimut yang pemuda itu temui tadi, hal itu harus dilakukan agar gadis itu bisa merasa hangat. Namun hujan semakin lebat saja, bahkan sekarang Kevin yang terlihat mulai merasa kedinginan juga dan akhirnya pemuda itu juga melepas pakaiannya. Diambilnya selimut yang sangat tebal untuk menyelimuti dirinya sendiri, lalu kembali dilihatnya Ranti yang diam tak bergerak.
“Ranti, Ranti … bangun,” panggil Kevin dengan bibir yang bergemetaran.
Namun gadis itu tak menyahut, sepertinya Ranti sudah hilang kesadaran. Di ceknya nafas dan urat nadi gadis itu dan Kevin sadar jika kekasihnya itu dalam keadaan yang lemah. Di bukanya selimut yang melekat pada tubuh Ranti, lalu ditariknya tubuh itu mendekati tubuhnya untuk saling menghangatkan diri. Kevin menyelimuti tubuh mereka dengan selimut yang tak tau berapa banyaknya membuat tubuhnya merasakan sedikit kehangatan, ia harap Ranti juga merasakannya.
“Bertahanlah, Ranti,”
.
Disisi lain, Reni terlihat berang ketika ia masuk ke dalam Villa miliknya. Ia tau jika Kevin dan Ranti tinggal bersama disana, karena ia menemukan keadaan rumah yang lumayan bersih padahal sudah lama ditinggalkan, lalu wanita itu juga menemukan beberapa ponsel dan sejumlah uang yang sebelumnya ia berikan untuk putranya. Namun saat mendengar Romi tidak bisa menemukan Kevin, Rena dibuat pusing karenanya.
“Ganti kata sandi pada pintu depan Villa ini dengan yang baru,” perintah Reni yang diangguki dengan cepat oleh Romi yang bergegas mengganti kata sandi di pintu depan.
Reni tau jika kemungkinan Kevin dan Ranti kini tengah bersembunyi di suatu tempat, namun Reni tidak bisa dengan sengaja masuk kerumah-rumah penduduk untuk mencari anaknya. Rani tidak mau jika pencarian ini membuat warga yang ada disana merasa terganggu dan melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Memang sejak dulu Reni dan warga yang ada disana sangat tidak suka di usik, karena dulu saja saat ia akan membangun Villa miliknya di atas bukit, mengharuskan Reni berurusan dengan pihak kepolisian karena harus menggusur daerah milik warga yang di sana.
“Romi, kau tetap disini dan awasi keadaan. Aku yakin anak itu masih ada disekitaran sini,” ucap Reni yang diangguki oleh asistennya dan kemudian ketika hujan sudah sedikit mereda, wanita itu kembali ke kota dikarenakan pekerjaannya tidak bisa di tinggal.
.
Hujan akhirnya berhenti, Ranti lebih dulu bangun dibandingkan Kevin. Tiba-tiba saja ia merasakan sakit yang luar biasa pada kemaluannya. Kemudian Ranti memberanikan diri untuk mengejek kemaluannya, namun ada bercak kemarahan yang menandakan jika bercak itu adalah bercak darah. Ranti kaget bukan kepalang saat ia mendapati tubuhnya tak berbalutkan pakaian sehelai pun, begitu juga dengan Kevin yang belum sadarkan diri disebelahnya.
“Kevin,” panggil Ranti mencoba menggoyang-goyangkan tubuh pemuda itu agar Kevin segera bangun.
Kevin akhirnya membuka matanya dan menatap ke sekeliling. Namun ketika ia ingin berbalik menatap Ranti, gadis itu menamparnya bahkan mulai memukulinya dengan sekuat tenaga.
“Apa yang kau lakukan padaku?” tanya Ranti dan keadaan berubah semakin runyam ketika gadis itu mulai mengaduh kesakitan bahkan terlihat dan lebih kagetnya lagi, ada berberapa bekas gigitan di sekitaran tubuhnya.
“Maafkan aku, kau terlihat kedinginan jadi aku mencoba menghangatkanmu,” jawab Kevin yang coba mendekati gadis itu namun Ranti sekali lagi mencoba untuk menjauh darinya.
“Dengan memperkosaku?” kali ini pertanyaan itu serasa seperti menohok ke dalam hati tapi memang benar Kevin melakukan hal yang salah karena tak mampu mengontrol hawa nafsunya
Kali ini Kevin berkali-kali memukul dirinya dan menonjok wajahnya sendiri, bahkan pemuda itu mulai ikut menangis. Sekarang ia merasa teramat bodoh dengan apa yang dilakukannya. Dimulai dari berfoya-foya, melarikan diri, hingga memperkosa kekasihnya sendiri. Melihat hal itu, Ranti berubah menjadi tidak tega dengan apa yang Kevin lakukan dan ia mulai menghentikan Kevin untuk memukuli dirinya sendiri. Kemudian Ranti membekap pemuda itu kedalam pelukannya.
“Sudahlah,” ujar Ranti lirih
Kevin menatap kearah Ranti dengan perasaan bersalah saat gadis itu terlihat sangat kesakitan, dibantunya Ranti untuk berdiri. dan memakaikan kembali pakaian gadis itu. Namun hanya sunyi yang menemani diantara mereka karena keduanya tak tau harus mengatakan apa. Sesaat kemudian mereka keluar dari rumah tersebut sehabis selesai mengenakan pakaian masing-masing. Namun baru saja beberapa langkah untuk pergi dari sana, mereka bertemu Bian yang secara tidak sengaja menciduk keberadaan mereka.
“Wah, wah, wah, apalagi ini. Sekarang apa yang kalian lakukan saat berada di dalam sana?” tanya Bian menunjuki sebuah rumah tua yang tadinya Ranti dan Kevin gunakan untuk berteduh dari hujan.
“Siapa dia?” tanya Kevin pada Ranti yang hanya dijawab oleh gelengan kepala saja.
“Kalian pasti buronan kan, sampai tiba-tiba saja harus lari sampai kemari. Aku tadi sudah melihat jika banyak orang yang mencari kalian dan apa yang akan dikatakan kepala desa saat mengetahui desa ini menyembunyikan dua pasang buronan yang masih remaja,” ujar Bian panjang lebar dengan senyum licik di wajahnya.
Kevin menghampiri Bian dan menarik kerah bajunya, lalu Kevin dengan marahnya menonjok wajah pemuda itu hingga Bian jatuh tersungkur di atas tanah.
“Sebaiknya kau tutup mulut busukmu itu,” ucap Kevin kepada Bian yang bangun dari posisinya dan kembali membalas pukulan Kevin.
Perkelahian di antara keduanya tidak terelakkan hingga kemudian Pak Akbar datang melerai pertengkaran mereka, sedangkan Ranti hanya diam kebingungan tak tau harus berbuat apa.
“Ada apa ini?,” tanya Pak Akbar berteriak dan datang melerai perkelahian tersebut.
“Pak, mereka ini buronan,” jawab Bian membuat Pak Akbar terlihat bingung dan menatap kearah Kevin beserta Ranti secara bergantian.
“Mana mungkin, anak ini saudara Bapak yang baru saja datang dari kota dan sudah pasti kau salah paham,” sahut Pak Akbar mencoba untuk menolong Kevin yang kemudian dibalas dengan tawa oleh Bian.
“Baru saja aku melihat jika ada banyak orang berjaskan hitam mencari keberadaan mereka,” ucap Bian lagi sambil masih tertawa.
“Sudahlah Nak Bian, sekarang pulanglah kerumahmu. Biar mereka Bapak yang urus,” ucap Pak Akbar menyuruh Bian agar segera pergi ketika melihat keadaan Kevin dan juga Ranti yang sepertinya masih kedinginan karena bahkan basah kuyup.
“Terimakasih, Pak,” ujar Kevin disaat melihat Bian sudah pergi karena menuruti saja perkataan Pak Akbar.
“Sekarang ikut Bapak pulang, kalian harus berganti pakaian dan setelah itu jelaskan apa yang sudah terjadi nanti di rumah Bapak,” mendengar hal itu, Ranti terlihat ragu namun Kevin tetap akan mengajak Ranti untuk ikut karena mereka tidak mungkin kembali ke Villa sekarang.
... To be continued ...
Sesampainya dirumah Pak Akbar, Pak Akbar lebih dahulu menyuruh Ranti agar membersihkan dirinya serta memberikan beberapa pakaian yang ditinggalkan mendiang istrinya untuk dipakai oleh Ranti. Dengan tatapan yang menanti penjelasan, Pak Akbar menatap Kevin yang kini tengah duduk di hadapannya.“Jadi, apa benar yang Bian katakan jika kalian adalah buronan?” tanya Pak Akbar dengan hati-hati.“Kami bukannya melakukan hal yang buruk, tapi ada hal yang mengharuskan kami untuk melarikan diri dari kota,” jawab Kevin membuat Pak Akbar hanya mengangguk pelan.“Bapak juga yakin jika kalian bukan orang jahat, tapi sebelumnya kalian tinggal dimana?” tanya Pak Akbar lagi membuat Kevin merasa ragu akan menjawabnya.“Um … itu, kami tinggal di Villa yang ada di atas bukit,” jawab Kevin lagi sembari menggaruk-garuk tengkuknya tanda tak yakin apakah ia harus menjawab pertanyaan itu“Ternyata kau anak wanita itu ya, Re
Keesokan harinya, Pak Akbar menatap Ratih dengan tatapan kasihan. Sejak tadi, gadis itu hanya diam termenung tanpa mau makan, bahkan wajahnya terlihat begitu pucat. Pak Akbar tak tau harus mengatakan apa dan berbuat apa, untuk menghibur saja dirasa tak akan mampu ia lakukan. Tak beberapa lama, seseorang mengetuk pintu Pak Akbar dan dengan segera pria itu membukakan dan mempersilahkan seorang wanita untuk masuk.“Ratih,” lirih suara itu pelan.“Ibu?” kali ini Ratih sedikit terkejut dengan kedatangan Ibunya yang dirasa sangat tiba-tiba.Ratih memeluk Ibunya erat dan menangis sejadi-jadinya membuat Pak Akbar yang melihat akan hal tersebut, sedikit menghela nafas lega.“Bagaimana Ibu bisa ada disini?” tanya Ratih dan Laila membekap anaknya erat.“Ibu dibawa kemari oleh Ibunya Kevin dan sungguh terkejut Ibu setelah mendengar bahwa kau lari hingga sejauh ini,” ujarLaila membuat Ratih merasa bersalah karenanya.&
Ranti keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sangat pucat dan Ibunya yang melihat mimik wajah Ranti kembali khawatir dengan keadaan anaknya. Beberapa hari ini juga, Ranti dirasa dalam keadaan yang sangat lemah dan walaupun Ibunya sudah melarangnya untuk bekerja, Ranti tetap saja menolaknya.“Ranti sayang, ada apa? Sepertinya kau kelihatan kurang sehat belakangan ini,” tanya Ibu Ranti yang mencium aroma minyak angin yang begitu menyengat menguar dari tubuh Ranti.“Sepertinya aku kecapean saja Ibu,” jawab Ranti yang kemudian berbaring meringkuk di kasurnya.“Apa Ibu belikan obat saja?” tanya Ibunya menawarkan diri namun Ranti menggelengkan kepalanya.“Tidak Ibu, palingan besok keadaan ku akan membaik,” jawab Ranti lagi yang kemudian melanjutkan tidurnya. Di dalam mimpinya, Ranti bertemu dengan seorang anak kecil yang memiliki wajah sangat cantik jelita. Bahkan suara tawanya s
Dengan sembari berlutut, Ranti memohon agar Bian mau menyimpan rahasia ini bersama. Melihat Ranti yang hampir putus asa, Bian menghela nafasnya dan mengangguk setuju. Dengan perasaan yang resah, Bian dan Ranti menghampiri meja makan yangsudah di tunggu oleh Ibunya Ranti, Bu Sasmi beserta Pak Akbar. Di sela-sela makan, sesekali mereka bersenda gurau seperti tak terjadi apa-apa. Namun Ranti yakin jika Bian kini sedang marah dengannya.Setelah selesai menyantap makan malam, masing-masing sibuk melakukan hal masing-masing hingga Bian mendatangi Ranti yang tengah mencuci piring.“Apa kau ingin ikut aku sebentar? Sekedar mencari udara segar,” tanya Bian dengan suara yang lantang membuat Ranti mengerti jika Bian ingin agar ia mau ikut keluar walau hanya sebentar.“Iya, tunggu saja diluar. Selesai mencuci piring, aku akan mendatangimu,” jawab Ranti yang kemudian melihat Bian pergi keluar terlebih dahulu.Ibu Sasmi yang mendengar bahwa Bian mengajak Ranti keluarpun tersenyu
Ranti terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara Ibunya yang membangun, setelah itu dirinya bergegas untuk bersiap-siap. Tidak lama kemudian, Ranti turun menemui Ibunya yang sudah membuatkan sarapan untuknya. Kali ini Bian mempersilahkan agar Ranti duduk disebelahnya, hal itu membuat Lisa tersenyum kemudian menggoda keduanya. “Ehem, ada adegan romantis nih pagi-pagi,” ucap Lisa kemudian terkekeh pelan. Laila yang mendengar bahwa anak bungsunya mencoba untuk menggoda kakanya, segera mencubit lengan Lisa gemas. Lisa hanya makin cengengesan setelah mendapat terguran dari Ibunya, sementara Ranti menatap adiknya tajam seakan ingin mencekik adiknya itu hidup-hidup. “Kau sudah bilang pada Ibumu jika kau punya janji temu dengan Kevin?” tanya Bian yang kemidan berbisik pelan namun digelengi cepat oleh Ranti. “Bagaimana bisa aku mengatakannya kepada Ibu? Tentu saja Ibu tidak akan mengizinka
Pagi itu di sebuah taman, terlihat sesosok gadis tengah duduk di bangku taman. Gadis itu adalah Ranti dan hari ini adalah ulang tahunnya. Di umur yang menginjak angka 18 tahun kali ini, gadis itu sangat ingin merayakannya bersama kedua orangtuanya. Namun semua yang sedari awal Ranti persiapkan, kini hanya omong kosong belaka. Gadis itu hanya bisa diam menunduk mencoba menahan tangisnya hingga sebuah tangan tiba-tiba membekapnya erat.Betapa terkejutnya Ranti saat mendapati bahwa seseorang yang memeluknya itu adalah Kevin, kekasihnya. Kevin menyodorkan sebuah buket bunga kepadanya sembari mengucapkan selamat ulang tahun kepada kekasihnya itu. Rantipun tak sanggup menahan tangisnya hingga tangis itu pecah menjadi haru. Di dekapnya pemuda itu sembari mengucapkan terimakasih.“Tadinya aku datang ke rumahmu, tapi adikmu bilang kau tidak ada dirumah,” ujar Kevin yang kemudian ditanggapi oleh Ranti dengan sedikit tersenyum.Namun senyuman itu bukanlah senyu
“Ayah selingkuh,”Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Lisa yang kemudian hanya tersenyum sinis kepada Imelda. Namun bukannya marah, Ayah mereka hanya terlihat berusaha mengacuhkan apa yang Lisa katakan. Dengan senyum yang terukir di wajahnya, Ayah mereka mempersilahkan Imelda untuk masuk ke dalam rumah. Dengan mencoba mengirimkan kode keras kepada Lisa, Ranti menyuruh agar Lisa segera pergi dari sana dan masuk ke kamarnya. Namun Lisa bersikeras untuk menolak, yang dilakukan Lisa adalah mencoba untuk ikut duduk serta memperhatikan apa yang akan Ayahnya lakukan. Kali ini Lisa bertanya-tanya, permainan seperti apa yang akan Ayahnya dan Tante Imelda mainkan.“Tante Imelda ini rekan kerja Ayah dan mungkin beberapa kali beliau akan datang kerumah untuk mengerjakan beberapa pekerjaan bersama Ayah,” ucap Ayahnya yang hanya diangguki oleh Lisa sembari tersenyum mengiyakan.Sedangkan Ranti kini sedang berada diluar rumah, karena tadinya ia
Pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan di dalam pikiran Ranti, terlebih Ibunya tak mampu mengatakan apapun kepada anak gadisnya itu. Ia tak bisa mengatakan segalanya, mengatakan jika benar Ayah mereka berselingkuh dan semua terasa sulit untuk baginya. Alasannya jika Laila mengatakan segalanya, itu semua sangat tidak baik untuk kesehatan mental Ranti dan juga Lisa. Apalagi Lisa dirasa masih duduk di bangku sekolah, bahkan kabar perceraian mereka saja sudah cukup membuat anak-anaknya itu terkejut, mana bisa ditambahi dengan kabar miring tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh Ayah mereka. Walaupun tanpa adanya jawaban, tetap saja perceraian itu akan terus berlanjut. Dan hari demi hari telah berlalu, setelah keluar dari rumah sakitpun Laila harus tetap kuat menjalani sisa hari menuju perceraian. Beberapa kali juga ia dipanggil untuk datang ke Pengadilan Agama untuk mengurus segala keperluan dalam mengurus surat perceraian, namun ia sangat terharu karena ia ditemani oleh kedua anak