Ranti terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara Ibunya yang membangun, setelah itu dirinya bergegas untuk bersiap-siap. Tidak lama kemudian, Ranti turun menemui Ibunya yang sudah membuatkan sarapan untuknya. Kali ini Bian mempersilahkan agar Ranti duduk disebelahnya, hal itu membuat Lisa tersenyum kemudian menggoda keduanya.
“Ehem, ada adegan romantis nih pagi-pagi,” ucap Lisa kemudian terkekeh pelan.
Laila yang mendengar bahwa anak bungsunya mencoba untuk menggoda kakanya, segera mencubit lengan Lisa gemas. Lisa hanya makin cengengesan setelah mendapat terguran dari Ibunya, sementara Ranti menatap adiknya tajam seakan ingin mencekik adiknya itu hidup-hidup.
“Kau sudah bilang pada Ibumu jika kau punya janji temu dengan Kevin?” tanya Bian yang kemidan berbisik pelan namun digelengi cepat oleh Ranti.
“Bagaimana bisa aku mengatakannya kepada Ibu? Tentu saja Ibu tidak akan mengizinkannya,” jawab Ranti yang diangguki mengerti oleh Bian.
“Bu Laila, apa boleh hari ini aku dan Ranti berjalan-jalan keluar?” ucap Bian meminta izin dan kemudian mendapat persetujuan dari Ibunya Ranti.
“Tentu saja boleh, kau harus melihat-lihat sekitaran atau mungkin sekalian pergi mencari pekerjaan di sekitaran sini,” ujar Ibu Ranti membuat Bian tersenyum mendengarnya.
Sejujurnya Bian tidak punya keahlian yang memadai, terlebih pemuda itu hanya tamatan SMP saja. Jadi sudah pasti Bian tidak merasa percaya diri jika ada yang mau menerimanya bekerja, apalagi di kota selalu memiliki kriteria tersendiri untuk mencari pekerja. Namun setelah Ranti selesai membereskan rumah, Bian dan Ranti akhirnya berpamitan untuk pergi berjalan-jalan.
Bertepatan dengan hal itu, mobil yang dibawa oleh Romi terlihat sedang menuju ke rumah milik Ranti. Untungnya gadis itu sudah lebih dulu melihatnya sehingga membuat gadis itu memberhentikan mobil tersebut di tengah jalan setapak menuju rumah Ranti.
“Mundur,” ucap Ranti memperintahkan Romi untuk berbalik arah agar Ibunya Ranti tidak melihat kedatangannya.
“Baru saja akan menjemput …,” ucapan Romi tertahan disaat Ranti dan Bian secara tiba-tiba masuk ke dalam mobil.
“Saya mengerti karena baru saja keluar supaya Anda tidak perlu repot-repot menjemput sampai rumah,” ucap Ranti lagi membuat Romi yang mendengarkan malah sedikit kebingungan.
Ranti hanya tak mau jika Ibunya melihat kedatangan Romi yang tanpa disadari menjemput dirinya, karena sebelumnya tidak diberitahu bahwa Ranti akan dijemput. Tapi entah mengapa, Bian jadinya malah bisa ikut untuk juga menemui Kevin. Padahal sebenarnya rumah Ranti dan Kevin tidaklah jauh, dengan berjalan kaki saja mereka akan tiba tak lebih dari 5 menit. Hingga akhirnya mereka sampai dirumah megah itu dengan banyaknya penjaga rumah dimana-mana. Terakhir kali Ranti ingat, rumah Kevin tak perlu dijaga ketat bahkan terlihat sepi akan penjaga sebelumnya.
Ranti diminta berjalan sendiri mencari Kevin, sedangkan Bian hanya disuruh agar menunggu di ruang tamu saja. Ranti berjalan menyusuri lorong rumah yang cukup lebar hingga akhirnya ia menemukan sebuah ruang kerja yang dikatakan akan ada Kevin di sana. Dan benar saja, ketika gadis itu membuka pintu ruangan tersebut, terlihat sosok pemuda tampan tengah menunggu kedatangannya.
“Ranti,” Kevin berlari menghampiri kekasihnya itu dan memeluknya erat untuk melepaskan segala kerinduan terhadap gadis itu.
“Lepaskan,” ucap Ranti sembari memberontak ingin melepaskan pelukan itu, namun Kevin semakin memeluknya erat.
Ranti benar-benar kesal dibuatnya dan berkali-kali gadis itu melepaskan bekapan Kevin hingga akhirnya pemuda itu menyerah.
“Ada apa? Kau tidak senang melihatku?” tanya Kevin dengan mata yang berkaca-kaca.
“Mustahil,” jawab Ranti tegas.
Akhirnya Kevin berlutut meminta maaf atas semua yang telah ia lakukan terhadap gadis itu hingga Ranti terlihat sangat membencinya, tapi sesuai dengan janjinya juga Kevin berhasil menepati janjinya. Sesekali Ranti mengernyitkan dahinya, ia merasa terheran-heran mengapa Kevin tak menyinggung tentang kehamilannya. Di sini seharusnya mereka membicarakan perkara ini dan mengambil keputusan yang sekiranya baik untuk mereka, namun Kevin terlihat tak peduli.
“Lalu bagaimana dengan masalah baru yang kau timbulkan kini? Apa yang harus kulakukan?” tanya Ranti namun Kevin hanya diam saja dan tak tau apa yang dimaksud oleh Ranti.
“Oh soal pernikahanku? Kau sudah mendengarnya,” namun diluar dugaan Kevin memperburuk keadaan.
Hal itu ia lakukan karena ia tidak mendengar apa yang sebelumnya Ranti katakana di telepon, sebelum Ibunya membanting handphone milik Kevin ke lantai. Sunggu Ranti merasa kecewa karena gadis itu mengira jika pemuda ini tengah bermain-main dengannya.
“Maafkan aku Ranti, namun pernikahan ini harus tetap berlanjut. Semua ini kulakukan demi menolong Ibumu Ranti. Ibuku berjanji akan membantu dirimu jika aku setuju dengan pernikahan ini,” ucap Kevin yang kemudian membuat Ranti terisak serta berteriak histeris.
.
Disisi lain, Bian tengah bersembunyi dibalik sofa sesaat setelah Ayah Kevin masuk dan duduk-duduk di sana. Dengan memasang kuping, ia mendengar jika Rio membutuhkan pekerja untuk merawat kebun belakang rumah. Rio berencana akan menanam tanaman anggur untuk dijadikan wine jika nanti siap panen. Tentu ini kesempatan baik bagi Bian, terlebih Rian punya keahlian dibidang tanam-menanam. Dan setelah Rio pergi, pemuda itu menghampiri salah satu pengawal yang tadinya mengawal Rio kesana-kemari.
“Paman, boleh saya mendaftar jadi tukang kebun Tuan Rio?” tanya Bian membuat pengawal tersebut terkejut melihat kehadiran Bian yang entah dari mana.
“Kau ini siapa? Tiba-tiba ada di sini?” tanya balik pria tersebut sembari memegangi lengan Bian dan berniat ingin mengusir pemuda itu keluar.
Tapi hal tersebut di urungkan saat Romi menghampiri dan mengatakan kepada pria tersebut jika Bian adalah tamunya Kevin. Walaupun kurang yakin, pria itu membebaskan Bian. Tak lama kemudian, Ranti berlarian dan menghampiri Bian. Gadis itu menangis sembari menarik Bian agar segera pulang ke rumah, Ranti merasa tak tahan lagi untuk berada di sana.
“Ada apa?” tanya Bian yang khawatir.
“Nanti akan kuceritakan,” jawab Ranti singkat.
.
Sementara Kevin, pemuda itu terdiam sembari memegangi rambutnya. Terlihat jika pemuda itu tengah kebingungan karena Ranti marah dengannya lagi. Awalnya tak tau apa penyebabnya, namun kini ia tau jika Ranti tengah hamil anaknya. Beberapa kali pemuda itu memukuli dirinya karena merasa bersalah akan apa yang telah ia lakukan, terlebih beberapa hari lagi pernikahannya. Kevin sudah diancam tidak boleh membatalkan pernikahan, kemudian ia harus menikahi gadis lain disaat kekasihnya sedang hamil.
“Bodoh sekali kau Kevin,” ucap Kevin sembari menitikkan air matanya.
Sesaat kemudian Rio masuk mengecek keberadaan putranya dan dibuat terkejut karena putranya ia menitikkan air mata. Rio tau jika Kevin baru saja bertemu dengan Ranti, namun Rio tak mengerti apakah pertemuan mereka benar-benar sesedih itu sampai-sampai Kevin terlihat menangis tanpa sebab.
“Seorang pria tidak seharusnya menangis,” ucap Rio menguatkan.
Kevin yang terkejut akan kehadiran Ayahnya, segera mengelap air matanya dan kemudian tersenyum seakan tidak terjadi apa-apa.
“Kau bukan anak kecil lagi, tumbuhlah menjadi seorang pria dan dapatkan apa yang kau mau serta pertahankan apa yang kau miliki,” ucap Rio menambahkan.
Perkataan Rio barusan sukses membuat Kevin merasa tertegun karenanya. Ada benarnya yang dikatakan ayahnya jika ia harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan yang ia mau dan mempertahankan apa yang ia miliki. Caranya ia harus bekerja keras menjatuhkan kekuasaan Ibu dan Ayahnya agar tiada orang yang bisa memerintahnya lagi.
… To Be Continued …
Pagi itu di sebuah taman, terlihat sesosok gadis tengah duduk di bangku taman. Gadis itu adalah Ranti dan hari ini adalah ulang tahunnya. Di umur yang menginjak angka 18 tahun kali ini, gadis itu sangat ingin merayakannya bersama kedua orangtuanya. Namun semua yang sedari awal Ranti persiapkan, kini hanya omong kosong belaka. Gadis itu hanya bisa diam menunduk mencoba menahan tangisnya hingga sebuah tangan tiba-tiba membekapnya erat.Betapa terkejutnya Ranti saat mendapati bahwa seseorang yang memeluknya itu adalah Kevin, kekasihnya. Kevin menyodorkan sebuah buket bunga kepadanya sembari mengucapkan selamat ulang tahun kepada kekasihnya itu. Rantipun tak sanggup menahan tangisnya hingga tangis itu pecah menjadi haru. Di dekapnya pemuda itu sembari mengucapkan terimakasih.“Tadinya aku datang ke rumahmu, tapi adikmu bilang kau tidak ada dirumah,” ujar Kevin yang kemudian ditanggapi oleh Ranti dengan sedikit tersenyum.Namun senyuman itu bukanlah senyu
“Ayah selingkuh,”Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Lisa yang kemudian hanya tersenyum sinis kepada Imelda. Namun bukannya marah, Ayah mereka hanya terlihat berusaha mengacuhkan apa yang Lisa katakan. Dengan senyum yang terukir di wajahnya, Ayah mereka mempersilahkan Imelda untuk masuk ke dalam rumah. Dengan mencoba mengirimkan kode keras kepada Lisa, Ranti menyuruh agar Lisa segera pergi dari sana dan masuk ke kamarnya. Namun Lisa bersikeras untuk menolak, yang dilakukan Lisa adalah mencoba untuk ikut duduk serta memperhatikan apa yang akan Ayahnya lakukan. Kali ini Lisa bertanya-tanya, permainan seperti apa yang akan Ayahnya dan Tante Imelda mainkan.“Tante Imelda ini rekan kerja Ayah dan mungkin beberapa kali beliau akan datang kerumah untuk mengerjakan beberapa pekerjaan bersama Ayah,” ucap Ayahnya yang hanya diangguki oleh Lisa sembari tersenyum mengiyakan.Sedangkan Ranti kini sedang berada diluar rumah, karena tadinya ia
Pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan di dalam pikiran Ranti, terlebih Ibunya tak mampu mengatakan apapun kepada anak gadisnya itu. Ia tak bisa mengatakan segalanya, mengatakan jika benar Ayah mereka berselingkuh dan semua terasa sulit untuk baginya. Alasannya jika Laila mengatakan segalanya, itu semua sangat tidak baik untuk kesehatan mental Ranti dan juga Lisa. Apalagi Lisa dirasa masih duduk di bangku sekolah, bahkan kabar perceraian mereka saja sudah cukup membuat anak-anaknya itu terkejut, mana bisa ditambahi dengan kabar miring tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh Ayah mereka. Walaupun tanpa adanya jawaban, tetap saja perceraian itu akan terus berlanjut. Dan hari demi hari telah berlalu, setelah keluar dari rumah sakitpun Laila harus tetap kuat menjalani sisa hari menuju perceraian. Beberapa kali juga ia dipanggil untuk datang ke Pengadilan Agama untuk mengurus segala keperluan dalam mengurus surat perceraian, namun ia sangat terharu karena ia ditemani oleh kedua anak
Keesokan harinya, Ranti tengah melamun di ruang tamu berusaha untuk mencerna apa yang Kevin katakan tadi malam. Gadis itu masih bingung apakah dengan cara melarikan diri bersama Kevin adalah jalan keluar dari setiap permasalahannya? Terlebih sejujurnya Ranti sudah muak dengan keadaannya sekarang. Perseteruan di antara kedua orangtuanya juga tak kunjung selesai, Ranti hanya ingin keadaan semakin membaik setiap harinya dan bukannya bertambah besar. Sesaat kemudian, Ranti mendengar suara ketukan pintu membuatnya beranjak membukakan pintu dan yang datang adalah Pamannya, Adi. Seperti biasa, sesudah Pamannya itu datang ke rumah, sudah pasti sesaat kemudian akan datang Ayahnya yang menyusul dengan diikuti oleh pengacara pribadinya. “Selamat pagi, Ranti,” sapa Paman Adi kepada Ranti yang sama sekali tidak berniat untuk membalas sapaan itu. &
Ranti terbangun dari tidurnya, kemudian gadis itu mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari keberadaan Kevin. Namun sepertinya pemuda itu sudah sejak pagi tadi berangkat untuk bekerja, karena Ranti tak dapat menemukannya saat gadis itu mencari-cari disegala ruangan. Ranti pun akhirnya merasa bosan karena ia tidak tau harus melakukan apa ketika hanya bisa diam dirumah saja. Akhirnya gadis itu pun memutuskan untuk keluar rumah sebentar saja, karena apa salahnya jika ia pergi untuk menghirup udara segar di pagi hari. Ranti akhirnya pergi untuk mandi dan bersiap-siap, setelah itu Ranti terkejut saat menemukan di atas meja makan sudah ada dua pasang pancake yang Kevin siapkan untuknya.“Manis sekali,” ucap Ranti saat mendapati pancake buatan Kevin di hiasi dengan selai blueberry berbentuk gambar hati di atasnya.Sambil menyantap makanannya, Ranti terlihat sesekali tengah berpiki
Ranti dan Kevin terus berlari tanpa arah, namun yang pasti kini mereka tengah berlarian masuk jauh ke dalam hutan, mencari tempat untuk bersembunyi. Akhirnya mereka berhenti di tengah-tengah hutan dengan nafas yang masih terengah-engah. Ranti menepis tangan Kevin dan pemuda itu tau jika kekasihnya marah dan kini Ranti menatap Kevin dengan penuh rasa penasaran dan meminta penjelasan mengenai apa yang sedang terjadi .“Sepertinya Ibuku datang kemari,” ucap Kevin mencoba menjelaskan.“Memangnya kenapa jika Ibumu datang? Dan kenapa juga kita harus sembunyi? Bukankah beliau orang yang baik dan kau bilang Ibumu bersedia membantu Ibuku, jadi kenapa kita harus lari?” pertanyaan bertubi-tubi yang datangnya dari Ranti membuat Kevin berteriak kesal entah karena apa.“Sepertinya aku salah, mungkin Ibu merencanakan sesuatu karena ia membawa semua asistennya untuk menangkapku,” jawab Kevin yang terlihat panik.“Rencana? Soal ap
Sesampainya dirumah Pak Akbar, Pak Akbar lebih dahulu menyuruh Ranti agar membersihkan dirinya serta memberikan beberapa pakaian yang ditinggalkan mendiang istrinya untuk dipakai oleh Ranti. Dengan tatapan yang menanti penjelasan, Pak Akbar menatap Kevin yang kini tengah duduk di hadapannya.“Jadi, apa benar yang Bian katakan jika kalian adalah buronan?” tanya Pak Akbar dengan hati-hati.“Kami bukannya melakukan hal yang buruk, tapi ada hal yang mengharuskan kami untuk melarikan diri dari kota,” jawab Kevin membuat Pak Akbar hanya mengangguk pelan.“Bapak juga yakin jika kalian bukan orang jahat, tapi sebelumnya kalian tinggal dimana?” tanya Pak Akbar lagi membuat Kevin merasa ragu akan menjawabnya.“Um … itu, kami tinggal di Villa yang ada di atas bukit,” jawab Kevin lagi sembari menggaruk-garuk tengkuknya tanda tak yakin apakah ia harus menjawab pertanyaan itu“Ternyata kau anak wanita itu ya, Re
Keesokan harinya, Pak Akbar menatap Ratih dengan tatapan kasihan. Sejak tadi, gadis itu hanya diam termenung tanpa mau makan, bahkan wajahnya terlihat begitu pucat. Pak Akbar tak tau harus mengatakan apa dan berbuat apa, untuk menghibur saja dirasa tak akan mampu ia lakukan. Tak beberapa lama, seseorang mengetuk pintu Pak Akbar dan dengan segera pria itu membukakan dan mempersilahkan seorang wanita untuk masuk.“Ratih,” lirih suara itu pelan.“Ibu?” kali ini Ratih sedikit terkejut dengan kedatangan Ibunya yang dirasa sangat tiba-tiba.Ratih memeluk Ibunya erat dan menangis sejadi-jadinya membuat Pak Akbar yang melihat akan hal tersebut, sedikit menghela nafas lega.“Bagaimana Ibu bisa ada disini?” tanya Ratih dan Laila membekap anaknya erat.“Ibu dibawa kemari oleh Ibunya Kevin dan sungguh terkejut Ibu setelah mendengar bahwa kau lari hingga sejauh ini,” ujarLaila membuat Ratih merasa bersalah karenanya.&