Ranti terbangun dari tidurnya, kemudian gadis itu mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari keberadaan Kevin. Namun sepertinya pemuda itu sudah sejak pagi tadi berangkat untuk bekerja, karena Ranti tak dapat menemukannya saat gadis itu mencari-cari disegala ruangan. Ranti pun akhirnya merasa bosan karena ia tidak tau harus melakukan apa ketika hanya bisa diam dirumah saja. Akhirnya gadis itu pun memutuskan untuk keluar rumah sebentar saja, karena apa salahnya jika ia pergi untuk menghirup udara segar di pagi hari. Ranti akhirnya pergi untuk mandi dan bersiap-siap, setelah itu Ranti terkejut saat menemukan di atas meja makan sudah ada dua pasang pancake yang Kevin siapkan untuknya.
“Manis sekali,” ucap Ranti saat mendapati pancake buatan Kevin di hiasi dengan selai blueberry berbentuk gambar hati di atasnya.
Sambil menyantap makanannya, Ranti terlihat sesekali tengah berpikir apakah dengan melarikan diri seperti ini adalah hal yang benar untuk dilakukan? Terlebih sekarang Ranti sangat penasaran mengenai kabar Ibu dan Adiknya. Tapi Kevin kemarin sudah bilang jika ia meminta Ibunya untuk membantu keluarga Ranti bukan? Dan Ranti harap sekarang Ibu dan adiknya akan baik-baik saja. Ranti pun berubah menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap ponselnya yang sedari tadi ia genggam. Gadis itu mengurungkan niatnya untuk menghubungi Ibunya karena Ranti memutuskan untuk percaya kepada Kevin, lalu ketika keadaan dirasa sudah cukup baik, sudah pasti ia dan Kevin akan kembali lagi ke kota.
“Aku ingin menghubungi Ibu, tapi masih belum berani,” ucap Ranti dengan perasaan yang sedikit tercampur aduk berperang akan batinnya sendiri.
.
Dilain sisi, Laila berusaha untuk mencari Ranti dengan berusaha bertanya pada teman-teman Ranti yang ia kenal. Mirisnya, Lisa sudah lebih dulu dibawa oleh Toni tanpa berusaha terlihat peduli dan turut mencari keberadaan Ranti juga. Hingga tiba-tiba seorang wanita tampak memperhatikannya dari jauh. Wanita tersebut terlihat glamour dengan apa yang dikenakannya, terlihat sangat berkelas. Wanita itu tak lain adalah Ibu Kevin, Reni. Reni menghampiri Laila secara tiba-tiba, ia menampar Laila dengan tangannya sendiri membuat Laila merasa berang terhadap wanita sombong itu.
“Apa maksudmu yang tiba-tiba menamparku seperti ini?” tanya Laila dengan mata yang melotot sembari memegangi pipinya yang mulai kemerahan.
“Dimana kau sembunyikan anakku?” tanya Reni balik yang membuat Laila terlihat kebingungan karenanya.
“Kenapa kau harus tanyakan padaku, jelas-jelas itu anakmu sendiri dan tidak ada sangkut pautnya denganku,” jawab Laila yang tidak tau siapa sebenarnya yang sedang dicari oleh wanita aneh itu.
Beberapa orang berjaskan hitam, menangkap Laila dan memasukkannya pada sebuah mobil yang memang membawa Reni datang padanya tadi. Beberapa kali Laila berteriak meminta tolong, namun sepertinya tidak ada yang akan menolongnya karena tidak ingin ikut campur dengan apa yang telah terjadi.
“Untungnya aku menemukanmu dengan cepat tanpa harus repot-repot datang kerumah kotormu itu. Kau harus tau karena anak perempuanmu, putra kesayanganku Kevin harus melarikan diri dari rumah. Jadi jika kau tidak memberitahu keberadaannya, kau tidak akan aku lepaskan sampai akhirnya Kevin berhasil ditemukan,” kini Laila akhirnya mengerti apa yang sebenarnya terjadi disini setelah apa yang dikatakan Reani barusan.
“Jadi kau pikir karena putriku, anakmu melarikan diri dari rumah? Yang sebenarnya terjadi adalah anakmu lah yang membawa anakku pergi. Aku sudah berusaha mencari keberadaan anakku, tapi sepertinya mereka pergi jauh dari kota ini,” ujar Laila yang membuat Rani berubah menjadi sedikit terkejut akan apa yang dikatakan Laila barusan.
“Apa? Jadi anakmu juga melarikan diri? Kupikir Kevin selama ini bersembunyi di rumah kalian,” kini Reni menunjukkan sebuah pesan yang Kevin kirimkan kepada dirinyanya di hari dimana Kevin melarikan diri dari rumah untuk kedua kalinya.
Pesan itu tentu saja berisikan permohonan dari Kevin kepada Ibunya agar mau membantu Laila mendapatkan hak asuh atas Ranti dan juga Lisa, namun Reni bukanlah wanita yang akan mudah mengatakan iya, terlebih yang ia mau hanyalah keberadaan Kevin sekarang. Wanita itu tak mau ambil pusing atas urusan orang lain, jadi tidak ada alasan baginya untuk membantu. Dan sore kemarin kejadiannya diluar dugaan, setelah apa yang Kevin lakukan sore itu telah merubah segalanya. Setelah Ibunya mengizinkan Kevin untuk pergi lagi dari rumah, Ayah Kevin mengatakan akan memberikan Reni sebagian sahamnya jika wanita itu berhasil menemukan keberadaan putra mereka. Itu sebabnya Reni menginginkan agar anak kembali pulang, jadi ia bisa mendapatkan sebagian saham suaminya. Dan mau tidak mau, Reni sendiri yang harus turun tangan dalam mencari keberadaan Kevin. Namun Reni pikir tadinya mencari Kevin adalah pekerjaan yang mudah karena wanita itu mendapatkan pesan dari anaknya yang mengarah pada keberadaan keluarga Ranti . Bahkan terakhir kali nomor ponsel itu dilacak, lokasi keberadaan Kevin berada di lokasi sekitaran rumah Ranti ketika Kevin menjemut gadis itu kerumahnya sebelum membawa Ranti kabur. Tapi ternyata semua ini tidaklah mudah disaat Reni tau jika kedua remaja itu melarikan diri bersama, bahkan ia tidak tau kemana kedua remaja itu akan pergi.
“Romi, kerahkan semua anak buahmu untuk mencari keberadaan Kevin. Dan pastikan mereka tidak memesan tiket keluar kota. Cari data keberangkatan yang mengatas namakan dirinya dan Ranti, mau itu di stasiun kereta atau bandara sekalipun,” perintah Reni kepada anak buahnya yang bernama Romi yang kemudian mengangguk paham sambil tetap fokus menyetir di jalan.
.
Kembali kepada Ranti yang kini tengah berjalan-jalan di sebuah pemukiman yang ramai akan penduduk, beberapa orang menyapa Ranti hangat. Bahkan ada beberapa yang menawarkannya untuk duduk bersama sambil memberikan beberapa cemilan pagi kepadanya dan tentu saja Ranti tidak bisa menolak.
“Kalau boleh tau, siapa namamu?” tanya seorang wanita yang tersenyum sembari menyodorkan sepotong kue bolu pandan kepada Ranti.
“Nama saya Ranti, Bu,” jawab Ranti yang dengan sopannya juga menerima kue bolu buatan Ibu tersebut.
“Nama yang cantik, perkenalkan Ibu namanya Ibu Sasmi. Kamu boleh sesekali mampir kerumah Ibu, kalau mau. Ibu soalnya seneng sama anak perempuan, apalagi yang cantiknya seperti kamu. Maklum saja karena anak Ibu laki-laki semua,” tawa Bu Sasmi membuat Ranti ikut juga ikut tertawa karenanya.
Ranti akhirnya merasakan ada sedikit kehangatan dihatinya, walaupun hanya sesaat ia merasakan seperti berada di rumah. Untuk sesaat pula, gadis itu bisa melupakan apa yang selama ini menumpuk dan menjadi beban di pikirannya. Bahkan dengan semangatnya, Ranti juga ikut membantu pekerjaan Bu Sasmi dalam memanen biji bunga matahari. Lalu setelah mendengarkan Ibu Sasmi yang bercerita panjang lebar, Ranti tau jika Ibu Sasmi hanya tinggal bersama kedua anak lelakinya dirumah, sementara suaminya hanya beberapa minggu sekali pulang karena bekerja merantau ke sana sini. Tak lama kemudian, di sela percakapan yang dirasa amat menyenangkan itu, seorang pemuda lainnya datang menghampiri Bu Sasmi. Dengan mata yang menatap dingin ke arah Ranti, pemuda itu bertanya dengan tidak sopannya.
“Ibu, siapa dia?” tanya pemuda itu kepada Ibu Sasmi yang jelas jika pemuda itu adalah anak dari Bu Sasmi sendiri
“Oalah iya, ini perkenalkan Ranti dan ia baru saja pindah kesini, orangnya cantik kan?” goda Bu Sasmi membuat Ranti tersipu malu.
“Ranti,” ujar Ranti mengulurkan tangannya untuk berkenalan namun pemuda itu tak menjawab sapaannya.
“Ini anak Ibu yang paling bungsu, namanya Bian dan emang anak ini agak sedikit cuek orangnya tapi Bian pemuda yang berhati hangat kok,” ujar Bu Sasmi sambil sedikit menyenggol lengan Bian agar pemuda itu mau bersalaman dengan Ranti.
“Bian,” ujar Bian singkat sembari menjabat tangan Ranti.
Dengan cepatnya pula Bian melepaskan jabat tangan mereka dan berlarian masuk ke dalam rumah. Ranti hanya tertawa cekikikan karena Bian dirasanya bukan sosok orang yang terlihat jahat atau terkesan cuek, tapi pemuda itu hanyalah sosok pemuda yang pemalu, jadi mungkin saja ia akan sangat malu jika bertemu orang yang baru. Disisi lain, Bu Sasmi memperhatikan gerak gerik keduanya dengan senyum mengembang di wajahnya, Bu Sasmi berkata …
“Neng, mau kerja sama Ibu? Ibu masih punya kebun buah lainnya dan mungkin dalam waktu dekat akan panen besar-besaran, Ibu butuh tenaga kerja lebih sepertinya,” ujar Bu Sasmi yang dibalas dengan senyuman saja oleh Ranti.
“Nanti ya Bu, coba saya tanyakan dulu ke keluarga saya,” jawab Ranti membuat Bu Sasmi paham akan hal itu.
Tadinya Ranti berbohong kepada Bu Sasmi jika ia datang bersama keluarganya untuk pindah ke sana dari kota, tentu saja Ranti tidak bisa mengatakan jika ia baru saja melarikan diri dan datang berdua dengan kekasihnya, Kevin. Dengan langkah lunglai, Ranti berjalan pulang sebelum ia akhirnya pamit harus segera pulang kerumah kepada Bu Sasmi. Untungnya juga, Villa yang ditinggali ia bersama dengan Kevin berada cukup jauh dari pemukiman warga, jadi jelas ia masih bisa bersembunyi tanpa ketahuan oleh siapapun.
Baru saja sampai setengah jalan untuk pulang, Ranti mendapati Kevin yang tengah berlarian menuruni bukit dan menghampirinya. Dengan cekatan pula, pemuda itu menarik lengan Ranti untuk ikut melarikan diri dengannya lagi. Ranti yang tak sempat bertanya hanya menuruti saja, bahkan ia tidak sadar telah melewati Bian yang kebingungan menatap kearah mereka. Tak berada beberapa jauh dari tempatnya berdiri, Bian melihat jika ada beberapa orang berjaskan hitam seperti sedang mencari-cari akan sesuatu.
“Apa kau pernah melihat mereka?” tanya salah satu orang berjas hitam itu kepada Bian.
Bian menyipitkan matanya saat disodori sebuah foto wajah Ranti bersama Kevin disana. Bian pun terlihat kaget dan menggeleng cepat, kemudian dilihatnya jika pria berjas hitam itu mengerahkan seluruh anak buahnya agar berkumpul dan menyudahi pencarian.
“Sebenarnya ada apa ini? Apakah mereka sebenarnya adalah buronan?”
... To be continued ...
Ranti dan Kevin terus berlari tanpa arah, namun yang pasti kini mereka tengah berlarian masuk jauh ke dalam hutan, mencari tempat untuk bersembunyi. Akhirnya mereka berhenti di tengah-tengah hutan dengan nafas yang masih terengah-engah. Ranti menepis tangan Kevin dan pemuda itu tau jika kekasihnya marah dan kini Ranti menatap Kevin dengan penuh rasa penasaran dan meminta penjelasan mengenai apa yang sedang terjadi .“Sepertinya Ibuku datang kemari,” ucap Kevin mencoba menjelaskan.“Memangnya kenapa jika Ibumu datang? Dan kenapa juga kita harus sembunyi? Bukankah beliau orang yang baik dan kau bilang Ibumu bersedia membantu Ibuku, jadi kenapa kita harus lari?” pertanyaan bertubi-tubi yang datangnya dari Ranti membuat Kevin berteriak kesal entah karena apa.“Sepertinya aku salah, mungkin Ibu merencanakan sesuatu karena ia membawa semua asistennya untuk menangkapku,” jawab Kevin yang terlihat panik.“Rencana? Soal ap
Sesampainya dirumah Pak Akbar, Pak Akbar lebih dahulu menyuruh Ranti agar membersihkan dirinya serta memberikan beberapa pakaian yang ditinggalkan mendiang istrinya untuk dipakai oleh Ranti. Dengan tatapan yang menanti penjelasan, Pak Akbar menatap Kevin yang kini tengah duduk di hadapannya.“Jadi, apa benar yang Bian katakan jika kalian adalah buronan?” tanya Pak Akbar dengan hati-hati.“Kami bukannya melakukan hal yang buruk, tapi ada hal yang mengharuskan kami untuk melarikan diri dari kota,” jawab Kevin membuat Pak Akbar hanya mengangguk pelan.“Bapak juga yakin jika kalian bukan orang jahat, tapi sebelumnya kalian tinggal dimana?” tanya Pak Akbar lagi membuat Kevin merasa ragu akan menjawabnya.“Um … itu, kami tinggal di Villa yang ada di atas bukit,” jawab Kevin lagi sembari menggaruk-garuk tengkuknya tanda tak yakin apakah ia harus menjawab pertanyaan itu“Ternyata kau anak wanita itu ya, Re
Keesokan harinya, Pak Akbar menatap Ratih dengan tatapan kasihan. Sejak tadi, gadis itu hanya diam termenung tanpa mau makan, bahkan wajahnya terlihat begitu pucat. Pak Akbar tak tau harus mengatakan apa dan berbuat apa, untuk menghibur saja dirasa tak akan mampu ia lakukan. Tak beberapa lama, seseorang mengetuk pintu Pak Akbar dan dengan segera pria itu membukakan dan mempersilahkan seorang wanita untuk masuk.“Ratih,” lirih suara itu pelan.“Ibu?” kali ini Ratih sedikit terkejut dengan kedatangan Ibunya yang dirasa sangat tiba-tiba.Ratih memeluk Ibunya erat dan menangis sejadi-jadinya membuat Pak Akbar yang melihat akan hal tersebut, sedikit menghela nafas lega.“Bagaimana Ibu bisa ada disini?” tanya Ratih dan Laila membekap anaknya erat.“Ibu dibawa kemari oleh Ibunya Kevin dan sungguh terkejut Ibu setelah mendengar bahwa kau lari hingga sejauh ini,” ujarLaila membuat Ratih merasa bersalah karenanya.&
Ranti keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sangat pucat dan Ibunya yang melihat mimik wajah Ranti kembali khawatir dengan keadaan anaknya. Beberapa hari ini juga, Ranti dirasa dalam keadaan yang sangat lemah dan walaupun Ibunya sudah melarangnya untuk bekerja, Ranti tetap saja menolaknya.“Ranti sayang, ada apa? Sepertinya kau kelihatan kurang sehat belakangan ini,” tanya Ibu Ranti yang mencium aroma minyak angin yang begitu menyengat menguar dari tubuh Ranti.“Sepertinya aku kecapean saja Ibu,” jawab Ranti yang kemudian berbaring meringkuk di kasurnya.“Apa Ibu belikan obat saja?” tanya Ibunya menawarkan diri namun Ranti menggelengkan kepalanya.“Tidak Ibu, palingan besok keadaan ku akan membaik,” jawab Ranti lagi yang kemudian melanjutkan tidurnya. Di dalam mimpinya, Ranti bertemu dengan seorang anak kecil yang memiliki wajah sangat cantik jelita. Bahkan suara tawanya s
Dengan sembari berlutut, Ranti memohon agar Bian mau menyimpan rahasia ini bersama. Melihat Ranti yang hampir putus asa, Bian menghela nafasnya dan mengangguk setuju. Dengan perasaan yang resah, Bian dan Ranti menghampiri meja makan yangsudah di tunggu oleh Ibunya Ranti, Bu Sasmi beserta Pak Akbar. Di sela-sela makan, sesekali mereka bersenda gurau seperti tak terjadi apa-apa. Namun Ranti yakin jika Bian kini sedang marah dengannya.Setelah selesai menyantap makan malam, masing-masing sibuk melakukan hal masing-masing hingga Bian mendatangi Ranti yang tengah mencuci piring.“Apa kau ingin ikut aku sebentar? Sekedar mencari udara segar,” tanya Bian dengan suara yang lantang membuat Ranti mengerti jika Bian ingin agar ia mau ikut keluar walau hanya sebentar.“Iya, tunggu saja diluar. Selesai mencuci piring, aku akan mendatangimu,” jawab Ranti yang kemudian melihat Bian pergi keluar terlebih dahulu.Ibu Sasmi yang mendengar bahwa Bian mengajak Ranti keluarpun tersenyu
Ranti terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara Ibunya yang membangun, setelah itu dirinya bergegas untuk bersiap-siap. Tidak lama kemudian, Ranti turun menemui Ibunya yang sudah membuatkan sarapan untuknya. Kali ini Bian mempersilahkan agar Ranti duduk disebelahnya, hal itu membuat Lisa tersenyum kemudian menggoda keduanya. “Ehem, ada adegan romantis nih pagi-pagi,” ucap Lisa kemudian terkekeh pelan. Laila yang mendengar bahwa anak bungsunya mencoba untuk menggoda kakanya, segera mencubit lengan Lisa gemas. Lisa hanya makin cengengesan setelah mendapat terguran dari Ibunya, sementara Ranti menatap adiknya tajam seakan ingin mencekik adiknya itu hidup-hidup. “Kau sudah bilang pada Ibumu jika kau punya janji temu dengan Kevin?” tanya Bian yang kemidan berbisik pelan namun digelengi cepat oleh Ranti. “Bagaimana bisa aku mengatakannya kepada Ibu? Tentu saja Ibu tidak akan mengizinka
Pagi itu di sebuah taman, terlihat sesosok gadis tengah duduk di bangku taman. Gadis itu adalah Ranti dan hari ini adalah ulang tahunnya. Di umur yang menginjak angka 18 tahun kali ini, gadis itu sangat ingin merayakannya bersama kedua orangtuanya. Namun semua yang sedari awal Ranti persiapkan, kini hanya omong kosong belaka. Gadis itu hanya bisa diam menunduk mencoba menahan tangisnya hingga sebuah tangan tiba-tiba membekapnya erat.Betapa terkejutnya Ranti saat mendapati bahwa seseorang yang memeluknya itu adalah Kevin, kekasihnya. Kevin menyodorkan sebuah buket bunga kepadanya sembari mengucapkan selamat ulang tahun kepada kekasihnya itu. Rantipun tak sanggup menahan tangisnya hingga tangis itu pecah menjadi haru. Di dekapnya pemuda itu sembari mengucapkan terimakasih.“Tadinya aku datang ke rumahmu, tapi adikmu bilang kau tidak ada dirumah,” ujar Kevin yang kemudian ditanggapi oleh Ranti dengan sedikit tersenyum.Namun senyuman itu bukanlah senyu
“Ayah selingkuh,”Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Lisa yang kemudian hanya tersenyum sinis kepada Imelda. Namun bukannya marah, Ayah mereka hanya terlihat berusaha mengacuhkan apa yang Lisa katakan. Dengan senyum yang terukir di wajahnya, Ayah mereka mempersilahkan Imelda untuk masuk ke dalam rumah. Dengan mencoba mengirimkan kode keras kepada Lisa, Ranti menyuruh agar Lisa segera pergi dari sana dan masuk ke kamarnya. Namun Lisa bersikeras untuk menolak, yang dilakukan Lisa adalah mencoba untuk ikut duduk serta memperhatikan apa yang akan Ayahnya lakukan. Kali ini Lisa bertanya-tanya, permainan seperti apa yang akan Ayahnya dan Tante Imelda mainkan.“Tante Imelda ini rekan kerja Ayah dan mungkin beberapa kali beliau akan datang kerumah untuk mengerjakan beberapa pekerjaan bersama Ayah,” ucap Ayahnya yang hanya diangguki oleh Lisa sembari tersenyum mengiyakan.Sedangkan Ranti kini sedang berada diluar rumah, karena tadinya ia