Keesokan harinya, Ranti tengah melamun di ruang tamu berusaha untuk mencerna apa yang Kevin katakan tadi malam. Gadis itu masih bingung apakah dengan cara melarikan diri bersama Kevin adalah jalan keluar dari setiap permasalahannya? Terlebih sejujurnya Ranti sudah muak dengan keadaannya sekarang. Perseteruan di antara kedua orangtuanya juga tak kunjung selesai, Ranti hanya ingin keadaan semakin membaik setiap harinya dan bukannya bertambah besar.
Sesaat kemudian, Ranti mendengar suara ketukan pintu membuatnya beranjak membukakan pintu dan yang datang adalah Pamannya, Adi. Seperti biasa, sesudah Pamannya itu datang ke rumah, sudah pasti sesaat kemudian akan datang Ayahnya yang menyusul dengan diikuti oleh pengacara pribadinya.
“Selamat pagi, Ranti,” sapa Paman Adi kepada Ranti yang sama sekali tidak berniat untuk membalas sapaan itu.
Wajah Ranti terlihat seakan gadis itu sedang marah, membuat Paman Adi hanya mengangguk paham karena berpikir mungkin saja memang gadis itu sedang dalam suasana hati yang tidak baik. Laila yang melihat kedatangan Paman Adi hanya bisa menatapnya dengan tatapan penuh cemas, namun Laila tetap mempersilahkan Paman Adi untuk lebih dahulu masuk dan duduk bersama. Laila juga meyodorkan setoples cemilan untuk disuguhkan, dengan perasaan gelisah pula Laila menunggu apa yang akan dikatakan oleh Paman Adi.
“Kurasa kita menyerah saja karena kita sudah pasti dikatakan kalah atas hak asuh Ranti dan juga Lisa,” Ucap Adi membuat siapa saja yang ada di sana terkejut mendengarnya.
“Apa maksud Paman?” tanya Ranti dengan perasaan penuh kecewa.
Dengan tatapan penuh kesedihan, Laila beranjak memeluk kedua anak gadisnya itu. Laila juga terlihat sedang menasihati kedua anaknya agar senantiasa menurut kepada Ayah mereka dan mereka bisa kapan saja datang menemui Laila. Ranti memeluk Ibunya erat seakan memberi tanda bahwa mungkin ini terakhir kalinya Ranti bisa memeluk Ibunya itu. Setelahnya, mereka menunggu kedatangan Toni yang sudah pasti akan menjemput paksa Ranti dan juga Lisa hari itu. Ranti pergi masuk ke kamarnya, gadis itu mencoba untuk menghubungi Kevin dan mengatakan jika ia setuju untuk melarikan diri bersama. Sejujurnya Ranti tidak tau apa ini benar untuk dilakukan, namun yang ada di dalam pikirannya sekarang adalah ia tak mau harus tinggal bersama Ayahnya.
Dilain sisi, Kevin berusaha untuk kembali kerumahnya secara diam-diam. Pemuda itu berencana untuk mengambil sisa tabungannya dan dengan bantuan beberapa orang, Kevin berhasil masuk ke rumah tanpa diketahui oleh Ayahnya.
“Den Kevin,” suara itu membuat Kevin terkejut saat mendengarnya.
“Sssttt,” ujar Kevin kepada salah satu pembantunya yang tiba-tiba saja datang mengagetkannya.
“Den Kevin sudah pulang?” bukannya mendengar, pembantunya yang bernama Bi Iyem itu malah membuat suasana menjadi semakin runyam dan suara itu membuat Ayah Kevin yang tadinya sedang menonton televisi berubah sadar dan datang menghampiri Kevin.
“Rupanya kau berani untuk pulang juga,” ucap Ayahnya membuat Kevin seakan mati kutu karena ketahuan.
Kevinpun membalikkan badannya, menatap Ayahnya yang kini juga sedang menatapnya tajam. Jika sudah ketahuan seperti ini, Kevin khawatir akan sulit baginya untuk kembali melarikan diri dari rumah.
“Apa yang membuatmu pulang kemari?” tanya Ayahnya yang kemudian diacuhkan begitu saja oleh Kevin.
Ayah Kevin memerintahkan kepada Bu Iyem agar mengunci Kevin di dalam kamarnya, karena itu Kevin berubah tak berani untuk masuk ke dalam kamarnya, padahal sedikit lagi ia berhasil mengambil uang tabungan jika bukan karena Bi Iyem.
“Ayah pasti senang jika aku tidak ada di rumah? Kenapa harus repot-repot mengunciku di dalam kamar?” tanya Kevin balik yang hanya dibalas senyuman sinis oleh Ayahnya.
“Tentu saja aku senang, namun apakah kau tak memikirkan bagaimana perasaan Ibumu? Jika bukan karena Ibumu, aku tidak mungkin repot-repot mencarimu sampai hari ini. Tapi ternyata kau pulang dengan sendirinya,” jawab Ayah Kevin membuat Kevin hanya terdiam karenanya.
Dengan perasaan kesal yang tertanam dalam dirinya, Kevin teringat akan Ibunya dan pergi mencari keberadaan Ibunya. Pemuda itu menemukan Ibunya di suatu ruang kerja yang biasa Ibunya gunakan. Kevin dengan perlahan menghampiri Ibunya yang terlihat sedang melamun di pojok ruangan, tiba-tiba saja perasaan Kevin berubah menjadi penuh dengan rasa penyesalan. Kevin pada akhirnya memanggil Ibunya yang terlihat begitu lesu, namun mimik wajah itu berubah menjadi senyuman bahagia disaat wanita itu menatap kedatangan Kevin.
“Kau sudah pulang nak?” tanya Ibunya yang kelihatan senang atas kepulangan Kevin.
“Aku hanya singgah sebentar menemui Ibu, setelah ini aku harus pergi lagi,” jawab Kevin membuat Ibunya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kenapa kau harus pergi lagi?” tanya Ibunya lagi membuat Kevin berbalik tersenyum kepada wanita cantik itu.
“Aku sudah bertekad akan membuktikan kepada Ayah bahwa aku bisa bertanggungjawab atas diriku sendiri Ibu, tidak seperti apa yang Ayah pikirkan,” jawab Kevin dengan penuh keyakinan membuat Ibunya mengangguk mengerti, namun wanita itu tetap saja merasa khawatir.
“Tapi jika kau butuh sesuatu dan bantuan, katakan saja kepada Ibu dan Ibu akan berusaha membantu,” ujar Ibunya membuat Kevin terpaksa harus mengatakan jika ia butuh sedikit uang untuk bertahan hidup.
Sejujurnya Kevin tak tau apa yang seharusnya ia buktikan kepada Ayahnya, namun perkelahian itu dimulai ketika Kevin dengan sengaja menghambur-hamburkan uang milik Ayahnya untuk pergi berfoya-foya bersama teman-temannya hingga membuat Ayahnya murka. Bahkan Ranti juga tidak tau akan hal itu, karena Kevin tak berani untuk terus terang. Kemudian Ayah Kevin memblokir semua akun milik Kevin hingga pemuda itu tak bisa lagi hidup mewah seperti sebelumnya. Itu sebabnya Kevin ingin membuktikan jika ia bisa bertahan hidup tanpa kekayaan yang Ayahnya berikan, tapi nyatanya itu terasa sulit.
Dengan bantuan Ibunya, Kevin berhasil mendapatkan sejumlah uang dan setelah itu kembali melarikan diri dari rumahnya. Dan rencana selanjutnya adalah Kevin pergi untuk menemui Ranti secara diam-diam di rumahnya. Dari kejauhan, Kevin dapat melihat jika Ayah Ranti telah tiba dan akan segera membawa gadis itu besera adiknya untuk pergi secara paksa. Terlihat juga jika Ranti tengah gelisah dengan sesekali menatap ponsel miliknya, lalu Kevin mencoba untuk mengirimi pesan bahwa ia telah tiba disana dan hal itu membuat Ranti secara diam-diam keluar dari rumah lewat pintu belakang.
“Maaf karena lama, ada sedikit masalah dirumah,” ucap Kevin ketika Ranti telah berhasil melarikan diri dan menemuinya.
“Kau tadi pulang kerumah?” tanya Ranti yang dijawab dengan sekali anggukan oleh Kevin.
“Akan aku jelaskan nanti, sekarang kita pergi dulu dari sini,” ucap Kevin dan menggandeng Ranti menjauh dari rumahnya.
Dengan menaiki kendaraan umum, mereka berhasil kabur sebenarnya masih bingung akan pergi kemana. Dilain sisi, Toni yang tadinya menunggu Ranti yang izin ke toilet, berubah menjadi gelisah. Sudah beberapa menit lamanya Ranti tak kunjung keluar, dengan sekuat tenaga Toni mendobrak pintu toilet yang sebenarnya tidak terkunci. Melihat Ranti yang tidak ada di toilet, membuat Toni dengan berangnya mencari kesegala ruangan, begitupula dengan yang lainnya.
“Dimana kau sembunyikan Ranti?” tanya Toni berang.
Laila hanya menggelengkan kepalanya tanda ia tidak tau dengan apa yang terjadi sekarang. Ia tidak menyangka jika anaknya itu akan melarikan diri, bahkan Lisa pun tidak tau jika kakaknya akan melakukan hal segila itu karena mengingat Ranti bukanlah sosok gadis yang akan nekad melarikan diri begitu saja. Sedangkan di dalam perjalanan, Kevin ingat akan rumah yang Ibunya miliki dulu disaat wanita itu mulai beranjang dewasa dan tinggal sendiri semasa muda. Rumah itu terletak cukup jauh dari perkotaan dan membutuhkan waktu 2 jam menggunakan kereta untuk sampai disana.
“Kemungkinan kita akan pergi jauh,” ucap Kevin yang meminta agar supir angkot yang mereka tumpangi mengantar mereka menuju stasiun kereta.
Terlihat wajah Ranti yang begitu ketakutan membuat Kevin mencoba untuk menenangkannya.
“Tenang saja, semua akan baik-baik saja. Percaya padaku, setelah ini kita akan hidup bahagia bersama,” ucap Kevin membuat Ranti bukannya merasa tenang malah berubah merasa semakin cemas.
“Sebaiknya kita pulang saja,” sahut Ranti membuat Kevin tiba-tiba merasa ada sedikit rasa kecewa mendengar perkataan Ranti tersebut.
“Jika kau tak yakin kepadaku, kenapa kau harus mengatakan ya saat aku mengajakmu melarikan diri? Tidakkah kau berpikir dengan lari dari semua masalah ini membuat kita akan jauh merasa lebih baik? Aku hanya ingin melindungimu dan membuatmu bahagia, jadi ikutlah bersamaku,” kali ini dengan belagak seakan semua keputusan ini dirasa benar, Kevin menggenggam erat tangan Ranti untuk meyakinkannya.
Ranti hanya diam menunduk, dengan perasaan yakin pula Ranti akhirnya menuruti apa kemauan Kevin. Ia merasa sudah terlambat untuk ia kembali dan yang ia pikirkan sekarang hanya ingin keluar dari berbagai masalah yang membebaninya. Lagipula Ranti rasa ia sudah diumur yang terbilang cukup dewasa dan mampu melewati semuanya. Terlebih kini ada Kevin yang juga akan selalu ada di untuknya.
2 jam perjalanan mereka tempuh dengan kereta, setelah turun dari angkot, Kevin segera memesan tiket kereta untuk dua orang. Hingga akhirnya mereka sampai disebuah pedesaan yang memiliki udara sangat bersih dan juga menyegarkan, bahkan lingkungannya pun terlihat masih bersih dan asri. Kevin akhirnya membawa Ranti pada sebuah Villa yang terlihat lumayan luas, bahkan Villa tersebut juga terletak diatas bukit dan memiliki pemandangan yang indah disekitarnya.
“Bagaimana udaranya? Segarkan?” tanya Kevin ketika melihat Ranti yang terlihat seakan senang berada disana bersamanya.
“Disini bagus,” jawab Ranti yang menunjukkan sedikit rasa antusiasnya.
“Tenang saja, disini pasti akan aman. Kau tidak perlu cemas akan keluargamu karena aku sudah meminta tolong kepada Ibuku untuk mengurus semuanya,” ucap Kevin yang kemudian membuat Ranti terkejut mendengarnya.
“Apa maksudmu?” tanya Ranti lagi membuat Kevin membekap Ranti ke dalam pelukannya.
“Tidak perlu pusing tentang adikmu Lisa, Ibuku akan membantu Ibumu dalam mendapatkan hak asuh atas kalian dan aku janji padamu jika kita akan pulang ketika dirasa keadaan sudah aman,” Jawab Kevin yang membuat Ranti merasa lega karenanya.
Memang benar sebelumnya Kevin sudah mengirimi pesan kepada Ibunya agar membantu keluarga Ranti nantinya, namun Kevin sejujurnya belum mendapatkan balasan dari Ibunya apakah wanita itu bersedia membantu. Tapi ada hal lain pula yang Kevin pikirkan sekarang, ia memikirkan jika ia harus segera mencari pekerjaan untuk biaya hidup mereka selama di sana tentunya. Uang yang diberikan oleh Ibunya sebenarnya terbilang sangat banyak, namun Kevin berusaha untuk menggunakan uang tersebut di saat keadaan terasa sedang genting saja.
“Sepertinya aku akan pergi keluar untuk melihat-lihat,” ujar Kevin yang hanya ditanggapi Ranti dengan senyuman, tapi pemuda itu sempat menawarkan untuk pergi bersama namun Ranti menolak karena ia memutuskan untuk sedikit berberes-beres saja dirumah.
Dan Kevin pun akhirnya izin untuk pergi sementara waktu, pemuda itu ingin melihat-lihat apakah ada perkerjaan yang bisa ia cari disana. Dan Kevin menemukan sebuah toko buku yang terlihat lumayan sepi di dalamnya, namun pemuda itu berubah menjadi sangat bersemangat saat depan pintu toko menempel sebuah kertas pengumuman yang bertuliskan jika mereka sedang membutuhkan karyawan untuk kerja part time. Tetapi kebahagiaan itu berubah menjadi rasa kecewa disaat ia baru saja diberitahu jika toko buku itu sudah mendapatkan karyawan baru. Namun Kevin pantang menyerah dan ia kembali berkeliling lagi mencari pekerjaan lainnya hingga ia tiba di suatu tempat yang terlihat seperti peternakan kuda.
“Maaf tuan, apa anda sedang membutuhkan karyawan?” tanya Kevin menyapa seorang pria yang terlihat sedang memeras susu kuda.
“Apa kau butuh pekerjaan?” tanyanya balik membuat Kevin mengangguk dengan cepat.
“Apa anda memiliki pekerjaan untuk saya?” tanya Kevin lagi membuat pria itu menepuk pundaknya pelan.
“Besok kau harus datang kemari lebih pagi jika ingin mendapatkan pekerjaan dariku. Aku akan memberikan gaji Rp100 ribu per harinya jika kau yakin untuk setuju bekerja bersamaku,” jawab pria tersebut membuat Kevin tertarik akan hal itu.
Dengan saling menautkan tangan tanda sepakat, Kevin dan pria itu saling tersenyum satu sama lain. Sebut saja pria itu adalah Pak Akbar, sudah kurang lebih 5 tahun pria itu beternak kuda. Namun pria itu baru saja kehilangan istrinya yang saat itu sedang mengandung karena diserang oleh kuda mereka sendiri.
“Sulit bagiku untuk melanjutkan hidupku sebelumnya, namun perternakan ini adalah miliknya dan aku sadar bahwa aku harus tetap menjalankannya walaupun keadaan tak sama lagi nantinya,” ucap Pak Akbar yang sedikit menceritakan kisah hidupnya kepada Kevin.
“Sejujurnya saya merasa jika kehidupan juga tidak mudah untuk saya. Tentu saja hidup akan terasa semakin sulit dijalani ketika orang yang kita cintai pergi,” Sahut Kevin membuat Pak Akbar tersenyum pahit mendengarnya.
“Apa kau juga kehilangan seseorang yang sangat penting bagimu?” tanya Pak Akbar yang dijawab Kevin dengan gelengan kepala saja.
“Saya punya seseorang yang saya rasa penting, tapi saya masih tidak tau apa saya bisa mempertahankannya. Terlebih gadis ini sangat baik dan juga lugu, bahkan ia sangat penurut,” ucap Kevin membuat Pak Akbar mengangguk paham.
“Jika ia gadis yang tepat dan penting untukmu, pertahankan dia dan jangan buat ia pergi meninggalkanmu,” ujar Pak Akbar menyemangati Kevin membuat pemuda itu tersenyum setelahnya.
Kevin merasa bersyukur bertemu dengan Pak Akbar yang kelihatan baik dan mau membantunya, dengan uang yang dibayarkan Rp100 ribu setiap harinya membuat Kevin merasa sedikit lega, ia yakin jika uang itu cukup untuk menutupi biaya makan setiap harinya.
Sementara itu, Ranti yang sedang berberes-beres menemukan banyak sekali barang milik Ibu Kevin, mulai dari pakaian dan aksesoris bahkan pernak-pernik lainnya yang terbilang cukup mahal harganya. Tiba-tiba Ranti teringat akan sesuatu, saat ia melarikan diri bersama Kevin, dia lupa untuk membawa beberapa pakaian. Tentu saja mustahil bagi Ranti dapat mempersiapkannya karena ia dalam keadaan tergesa-gesa dalam melarikan diri. Dengan diam-diam, Ranti mencoba beberapa pakaian milik Ibu Kevin. Betapa kagumnya ia akan dirinya sendiri saat melihat dari pantulan kaca jika ia terlihat seperti wanita dewasa yang begitu cantik dan elegan. Tiba-tiba saja suara pintu terdengar terbuka dengan sendirinya membuat Ranti mengintip sebentar, tiba-tiba saja sosok Kevin datang dan ternyata ia sudah pulang ke rumah.
Ranti terkejut bukan main, bahkan ia tak sempat membereskan beberapa pakaian yang sempat ia coba tadi. Dengan cepat, Ranti berlarian masuk ke kamar mandi untuk bersembunyi. Kevin celingak-celinguk mencari keberadaan Ranti dengan sesekali memanggil namanya, namun gadis itu tak juga menampakkan batang hidungnya. Kemudian ketika Kevin sedang memeriksa kamar mandi, ia mendapati Ranti yang meringkuk bersembunyi di dalam bathtub. Dengan ditutupi oleh tirai yang lumayan tipis, Kevin bisa melihat siluet Ranti dibalik tirai.
“Kau sedang apa?” tanya Kevin sembari membuka tirai tersebut dan menampakkan Ranti yang masih mengenakan baju tidur milik Ibu Kevin.
“Eum soal itu,” Ranti tak tau harus mengatakan apa membuat Kevin membantu Ranti untuk keluar dari tempat persembunyiannya.
“Kau boleh pakai pakaian Ibu jika mau, aku tidak akan marah,” mendengar ucapan Kevin barusan membuat Ranti menghela nafasnya lega.
“Aku hanya mencobanya saja, hanya beberapa,” ucap Ranti, namun yang dilihat Kevin tidaklah beberapa karena kamar Ibunya penuh dengan baju yang berserakan kesana kemari.
Dengan penuh tawa, Kevin sadar jika Ranti ternyata sangat suka berdandan. Jadi malam itu, mereka bermain dandan mendandani, semacam pesta kostum untuk menghabiskan waktu bersama. Namun tiba-tiba saja perut Ranti berbunyi menandakan jika gadis itu duah merasa lapar, membuat mereka berhenti sejenak.
“Aku hampir saja lupa,” ujar Kevin yang menyodorkan dua bungkus nasi padang beserta minuman kepada Ranti.
“Dimana kau membeli ini?” tanya Ranti yang mempersiapkan beberapa piring untuk dicuci terlebih dahulu karena mengingat rumah ini sudah sangat lama di tinggalkan.
“Didalam perjalanan pulang,” jawab Kevin singkat, bisa dilihat jika pemuda itu sedikit kelelahan karena perjalanan yang mereka tempuh tidaklah sebentar, terlebih setelah itu ia harus pergi mencari pekerjaan.
Dan waktupun terus berlalu, hanya ada mereka dan kesunyian yang menemani. Ranti menyenderkan kepalanya pada pundak Kevin, dengan menghela nafas berat, gadis itupun ketiduran di pelukan kekasihnya. Kevin menatap wajah cantik itu dan kemudian membekap Ranti erat.
“Maaf jika aku harus melakukan ini kepadamu. Dikeadaan seperti ini, aku hanya ingin kau ada di dekatku dan aku hanya butuh kau disisiku,” ucap Kevin sedikit berbisik agar Ranti tak terbangun dari tidurnya.
... To be continued ...
Ranti terbangun dari tidurnya, kemudian gadis itu mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari keberadaan Kevin. Namun sepertinya pemuda itu sudah sejak pagi tadi berangkat untuk bekerja, karena Ranti tak dapat menemukannya saat gadis itu mencari-cari disegala ruangan. Ranti pun akhirnya merasa bosan karena ia tidak tau harus melakukan apa ketika hanya bisa diam dirumah saja. Akhirnya gadis itu pun memutuskan untuk keluar rumah sebentar saja, karena apa salahnya jika ia pergi untuk menghirup udara segar di pagi hari. Ranti akhirnya pergi untuk mandi dan bersiap-siap, setelah itu Ranti terkejut saat menemukan di atas meja makan sudah ada dua pasang pancake yang Kevin siapkan untuknya.“Manis sekali,” ucap Ranti saat mendapati pancake buatan Kevin di hiasi dengan selai blueberry berbentuk gambar hati di atasnya.Sambil menyantap makanannya, Ranti terlihat sesekali tengah berpiki
Ranti dan Kevin terus berlari tanpa arah, namun yang pasti kini mereka tengah berlarian masuk jauh ke dalam hutan, mencari tempat untuk bersembunyi. Akhirnya mereka berhenti di tengah-tengah hutan dengan nafas yang masih terengah-engah. Ranti menepis tangan Kevin dan pemuda itu tau jika kekasihnya marah dan kini Ranti menatap Kevin dengan penuh rasa penasaran dan meminta penjelasan mengenai apa yang sedang terjadi .“Sepertinya Ibuku datang kemari,” ucap Kevin mencoba menjelaskan.“Memangnya kenapa jika Ibumu datang? Dan kenapa juga kita harus sembunyi? Bukankah beliau orang yang baik dan kau bilang Ibumu bersedia membantu Ibuku, jadi kenapa kita harus lari?” pertanyaan bertubi-tubi yang datangnya dari Ranti membuat Kevin berteriak kesal entah karena apa.“Sepertinya aku salah, mungkin Ibu merencanakan sesuatu karena ia membawa semua asistennya untuk menangkapku,” jawab Kevin yang terlihat panik.“Rencana? Soal ap
Sesampainya dirumah Pak Akbar, Pak Akbar lebih dahulu menyuruh Ranti agar membersihkan dirinya serta memberikan beberapa pakaian yang ditinggalkan mendiang istrinya untuk dipakai oleh Ranti. Dengan tatapan yang menanti penjelasan, Pak Akbar menatap Kevin yang kini tengah duduk di hadapannya.“Jadi, apa benar yang Bian katakan jika kalian adalah buronan?” tanya Pak Akbar dengan hati-hati.“Kami bukannya melakukan hal yang buruk, tapi ada hal yang mengharuskan kami untuk melarikan diri dari kota,” jawab Kevin membuat Pak Akbar hanya mengangguk pelan.“Bapak juga yakin jika kalian bukan orang jahat, tapi sebelumnya kalian tinggal dimana?” tanya Pak Akbar lagi membuat Kevin merasa ragu akan menjawabnya.“Um … itu, kami tinggal di Villa yang ada di atas bukit,” jawab Kevin lagi sembari menggaruk-garuk tengkuknya tanda tak yakin apakah ia harus menjawab pertanyaan itu“Ternyata kau anak wanita itu ya, Re
Keesokan harinya, Pak Akbar menatap Ratih dengan tatapan kasihan. Sejak tadi, gadis itu hanya diam termenung tanpa mau makan, bahkan wajahnya terlihat begitu pucat. Pak Akbar tak tau harus mengatakan apa dan berbuat apa, untuk menghibur saja dirasa tak akan mampu ia lakukan. Tak beberapa lama, seseorang mengetuk pintu Pak Akbar dan dengan segera pria itu membukakan dan mempersilahkan seorang wanita untuk masuk.“Ratih,” lirih suara itu pelan.“Ibu?” kali ini Ratih sedikit terkejut dengan kedatangan Ibunya yang dirasa sangat tiba-tiba.Ratih memeluk Ibunya erat dan menangis sejadi-jadinya membuat Pak Akbar yang melihat akan hal tersebut, sedikit menghela nafas lega.“Bagaimana Ibu bisa ada disini?” tanya Ratih dan Laila membekap anaknya erat.“Ibu dibawa kemari oleh Ibunya Kevin dan sungguh terkejut Ibu setelah mendengar bahwa kau lari hingga sejauh ini,” ujarLaila membuat Ratih merasa bersalah karenanya.&
Ranti keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sangat pucat dan Ibunya yang melihat mimik wajah Ranti kembali khawatir dengan keadaan anaknya. Beberapa hari ini juga, Ranti dirasa dalam keadaan yang sangat lemah dan walaupun Ibunya sudah melarangnya untuk bekerja, Ranti tetap saja menolaknya.“Ranti sayang, ada apa? Sepertinya kau kelihatan kurang sehat belakangan ini,” tanya Ibu Ranti yang mencium aroma minyak angin yang begitu menyengat menguar dari tubuh Ranti.“Sepertinya aku kecapean saja Ibu,” jawab Ranti yang kemudian berbaring meringkuk di kasurnya.“Apa Ibu belikan obat saja?” tanya Ibunya menawarkan diri namun Ranti menggelengkan kepalanya.“Tidak Ibu, palingan besok keadaan ku akan membaik,” jawab Ranti lagi yang kemudian melanjutkan tidurnya. Di dalam mimpinya, Ranti bertemu dengan seorang anak kecil yang memiliki wajah sangat cantik jelita. Bahkan suara tawanya s
Dengan sembari berlutut, Ranti memohon agar Bian mau menyimpan rahasia ini bersama. Melihat Ranti yang hampir putus asa, Bian menghela nafasnya dan mengangguk setuju. Dengan perasaan yang resah, Bian dan Ranti menghampiri meja makan yangsudah di tunggu oleh Ibunya Ranti, Bu Sasmi beserta Pak Akbar. Di sela-sela makan, sesekali mereka bersenda gurau seperti tak terjadi apa-apa. Namun Ranti yakin jika Bian kini sedang marah dengannya.Setelah selesai menyantap makan malam, masing-masing sibuk melakukan hal masing-masing hingga Bian mendatangi Ranti yang tengah mencuci piring.“Apa kau ingin ikut aku sebentar? Sekedar mencari udara segar,” tanya Bian dengan suara yang lantang membuat Ranti mengerti jika Bian ingin agar ia mau ikut keluar walau hanya sebentar.“Iya, tunggu saja diluar. Selesai mencuci piring, aku akan mendatangimu,” jawab Ranti yang kemudian melihat Bian pergi keluar terlebih dahulu.Ibu Sasmi yang mendengar bahwa Bian mengajak Ranti keluarpun tersenyu
Ranti terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara Ibunya yang membangun, setelah itu dirinya bergegas untuk bersiap-siap. Tidak lama kemudian, Ranti turun menemui Ibunya yang sudah membuatkan sarapan untuknya. Kali ini Bian mempersilahkan agar Ranti duduk disebelahnya, hal itu membuat Lisa tersenyum kemudian menggoda keduanya. “Ehem, ada adegan romantis nih pagi-pagi,” ucap Lisa kemudian terkekeh pelan. Laila yang mendengar bahwa anak bungsunya mencoba untuk menggoda kakanya, segera mencubit lengan Lisa gemas. Lisa hanya makin cengengesan setelah mendapat terguran dari Ibunya, sementara Ranti menatap adiknya tajam seakan ingin mencekik adiknya itu hidup-hidup. “Kau sudah bilang pada Ibumu jika kau punya janji temu dengan Kevin?” tanya Bian yang kemidan berbisik pelan namun digelengi cepat oleh Ranti. “Bagaimana bisa aku mengatakannya kepada Ibu? Tentu saja Ibu tidak akan mengizinka
Pagi itu di sebuah taman, terlihat sesosok gadis tengah duduk di bangku taman. Gadis itu adalah Ranti dan hari ini adalah ulang tahunnya. Di umur yang menginjak angka 18 tahun kali ini, gadis itu sangat ingin merayakannya bersama kedua orangtuanya. Namun semua yang sedari awal Ranti persiapkan, kini hanya omong kosong belaka. Gadis itu hanya bisa diam menunduk mencoba menahan tangisnya hingga sebuah tangan tiba-tiba membekapnya erat.Betapa terkejutnya Ranti saat mendapati bahwa seseorang yang memeluknya itu adalah Kevin, kekasihnya. Kevin menyodorkan sebuah buket bunga kepadanya sembari mengucapkan selamat ulang tahun kepada kekasihnya itu. Rantipun tak sanggup menahan tangisnya hingga tangis itu pecah menjadi haru. Di dekapnya pemuda itu sembari mengucapkan terimakasih.“Tadinya aku datang ke rumahmu, tapi adikmu bilang kau tidak ada dirumah,” ujar Kevin yang kemudian ditanggapi oleh Ranti dengan sedikit tersenyum.Namun senyuman itu bukanlah senyu
Ranti terbangun dari tidurnya setelah mendengar suara Ibunya yang membangun, setelah itu dirinya bergegas untuk bersiap-siap. Tidak lama kemudian, Ranti turun menemui Ibunya yang sudah membuatkan sarapan untuknya. Kali ini Bian mempersilahkan agar Ranti duduk disebelahnya, hal itu membuat Lisa tersenyum kemudian menggoda keduanya. “Ehem, ada adegan romantis nih pagi-pagi,” ucap Lisa kemudian terkekeh pelan. Laila yang mendengar bahwa anak bungsunya mencoba untuk menggoda kakanya, segera mencubit lengan Lisa gemas. Lisa hanya makin cengengesan setelah mendapat terguran dari Ibunya, sementara Ranti menatap adiknya tajam seakan ingin mencekik adiknya itu hidup-hidup. “Kau sudah bilang pada Ibumu jika kau punya janji temu dengan Kevin?” tanya Bian yang kemidan berbisik pelan namun digelengi cepat oleh Ranti. “Bagaimana bisa aku mengatakannya kepada Ibu? Tentu saja Ibu tidak akan mengizinka
Dengan sembari berlutut, Ranti memohon agar Bian mau menyimpan rahasia ini bersama. Melihat Ranti yang hampir putus asa, Bian menghela nafasnya dan mengangguk setuju. Dengan perasaan yang resah, Bian dan Ranti menghampiri meja makan yangsudah di tunggu oleh Ibunya Ranti, Bu Sasmi beserta Pak Akbar. Di sela-sela makan, sesekali mereka bersenda gurau seperti tak terjadi apa-apa. Namun Ranti yakin jika Bian kini sedang marah dengannya.Setelah selesai menyantap makan malam, masing-masing sibuk melakukan hal masing-masing hingga Bian mendatangi Ranti yang tengah mencuci piring.“Apa kau ingin ikut aku sebentar? Sekedar mencari udara segar,” tanya Bian dengan suara yang lantang membuat Ranti mengerti jika Bian ingin agar ia mau ikut keluar walau hanya sebentar.“Iya, tunggu saja diluar. Selesai mencuci piring, aku akan mendatangimu,” jawab Ranti yang kemudian melihat Bian pergi keluar terlebih dahulu.Ibu Sasmi yang mendengar bahwa Bian mengajak Ranti keluarpun tersenyu
Ranti keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sangat pucat dan Ibunya yang melihat mimik wajah Ranti kembali khawatir dengan keadaan anaknya. Beberapa hari ini juga, Ranti dirasa dalam keadaan yang sangat lemah dan walaupun Ibunya sudah melarangnya untuk bekerja, Ranti tetap saja menolaknya.“Ranti sayang, ada apa? Sepertinya kau kelihatan kurang sehat belakangan ini,” tanya Ibu Ranti yang mencium aroma minyak angin yang begitu menyengat menguar dari tubuh Ranti.“Sepertinya aku kecapean saja Ibu,” jawab Ranti yang kemudian berbaring meringkuk di kasurnya.“Apa Ibu belikan obat saja?” tanya Ibunya menawarkan diri namun Ranti menggelengkan kepalanya.“Tidak Ibu, palingan besok keadaan ku akan membaik,” jawab Ranti lagi yang kemudian melanjutkan tidurnya. Di dalam mimpinya, Ranti bertemu dengan seorang anak kecil yang memiliki wajah sangat cantik jelita. Bahkan suara tawanya s
Keesokan harinya, Pak Akbar menatap Ratih dengan tatapan kasihan. Sejak tadi, gadis itu hanya diam termenung tanpa mau makan, bahkan wajahnya terlihat begitu pucat. Pak Akbar tak tau harus mengatakan apa dan berbuat apa, untuk menghibur saja dirasa tak akan mampu ia lakukan. Tak beberapa lama, seseorang mengetuk pintu Pak Akbar dan dengan segera pria itu membukakan dan mempersilahkan seorang wanita untuk masuk.“Ratih,” lirih suara itu pelan.“Ibu?” kali ini Ratih sedikit terkejut dengan kedatangan Ibunya yang dirasa sangat tiba-tiba.Ratih memeluk Ibunya erat dan menangis sejadi-jadinya membuat Pak Akbar yang melihat akan hal tersebut, sedikit menghela nafas lega.“Bagaimana Ibu bisa ada disini?” tanya Ratih dan Laila membekap anaknya erat.“Ibu dibawa kemari oleh Ibunya Kevin dan sungguh terkejut Ibu setelah mendengar bahwa kau lari hingga sejauh ini,” ujarLaila membuat Ratih merasa bersalah karenanya.&
Sesampainya dirumah Pak Akbar, Pak Akbar lebih dahulu menyuruh Ranti agar membersihkan dirinya serta memberikan beberapa pakaian yang ditinggalkan mendiang istrinya untuk dipakai oleh Ranti. Dengan tatapan yang menanti penjelasan, Pak Akbar menatap Kevin yang kini tengah duduk di hadapannya.“Jadi, apa benar yang Bian katakan jika kalian adalah buronan?” tanya Pak Akbar dengan hati-hati.“Kami bukannya melakukan hal yang buruk, tapi ada hal yang mengharuskan kami untuk melarikan diri dari kota,” jawab Kevin membuat Pak Akbar hanya mengangguk pelan.“Bapak juga yakin jika kalian bukan orang jahat, tapi sebelumnya kalian tinggal dimana?” tanya Pak Akbar lagi membuat Kevin merasa ragu akan menjawabnya.“Um … itu, kami tinggal di Villa yang ada di atas bukit,” jawab Kevin lagi sembari menggaruk-garuk tengkuknya tanda tak yakin apakah ia harus menjawab pertanyaan itu“Ternyata kau anak wanita itu ya, Re
Ranti dan Kevin terus berlari tanpa arah, namun yang pasti kini mereka tengah berlarian masuk jauh ke dalam hutan, mencari tempat untuk bersembunyi. Akhirnya mereka berhenti di tengah-tengah hutan dengan nafas yang masih terengah-engah. Ranti menepis tangan Kevin dan pemuda itu tau jika kekasihnya marah dan kini Ranti menatap Kevin dengan penuh rasa penasaran dan meminta penjelasan mengenai apa yang sedang terjadi .“Sepertinya Ibuku datang kemari,” ucap Kevin mencoba menjelaskan.“Memangnya kenapa jika Ibumu datang? Dan kenapa juga kita harus sembunyi? Bukankah beliau orang yang baik dan kau bilang Ibumu bersedia membantu Ibuku, jadi kenapa kita harus lari?” pertanyaan bertubi-tubi yang datangnya dari Ranti membuat Kevin berteriak kesal entah karena apa.“Sepertinya aku salah, mungkin Ibu merencanakan sesuatu karena ia membawa semua asistennya untuk menangkapku,” jawab Kevin yang terlihat panik.“Rencana? Soal ap
Ranti terbangun dari tidurnya, kemudian gadis itu mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari keberadaan Kevin. Namun sepertinya pemuda itu sudah sejak pagi tadi berangkat untuk bekerja, karena Ranti tak dapat menemukannya saat gadis itu mencari-cari disegala ruangan. Ranti pun akhirnya merasa bosan karena ia tidak tau harus melakukan apa ketika hanya bisa diam dirumah saja. Akhirnya gadis itu pun memutuskan untuk keluar rumah sebentar saja, karena apa salahnya jika ia pergi untuk menghirup udara segar di pagi hari. Ranti akhirnya pergi untuk mandi dan bersiap-siap, setelah itu Ranti terkejut saat menemukan di atas meja makan sudah ada dua pasang pancake yang Kevin siapkan untuknya.“Manis sekali,” ucap Ranti saat mendapati pancake buatan Kevin di hiasi dengan selai blueberry berbentuk gambar hati di atasnya.Sambil menyantap makanannya, Ranti terlihat sesekali tengah berpiki
Keesokan harinya, Ranti tengah melamun di ruang tamu berusaha untuk mencerna apa yang Kevin katakan tadi malam. Gadis itu masih bingung apakah dengan cara melarikan diri bersama Kevin adalah jalan keluar dari setiap permasalahannya? Terlebih sejujurnya Ranti sudah muak dengan keadaannya sekarang. Perseteruan di antara kedua orangtuanya juga tak kunjung selesai, Ranti hanya ingin keadaan semakin membaik setiap harinya dan bukannya bertambah besar. Sesaat kemudian, Ranti mendengar suara ketukan pintu membuatnya beranjak membukakan pintu dan yang datang adalah Pamannya, Adi. Seperti biasa, sesudah Pamannya itu datang ke rumah, sudah pasti sesaat kemudian akan datang Ayahnya yang menyusul dengan diikuti oleh pengacara pribadinya. “Selamat pagi, Ranti,” sapa Paman Adi kepada Ranti yang sama sekali tidak berniat untuk membalas sapaan itu. &
Pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan di dalam pikiran Ranti, terlebih Ibunya tak mampu mengatakan apapun kepada anak gadisnya itu. Ia tak bisa mengatakan segalanya, mengatakan jika benar Ayah mereka berselingkuh dan semua terasa sulit untuk baginya. Alasannya jika Laila mengatakan segalanya, itu semua sangat tidak baik untuk kesehatan mental Ranti dan juga Lisa. Apalagi Lisa dirasa masih duduk di bangku sekolah, bahkan kabar perceraian mereka saja sudah cukup membuat anak-anaknya itu terkejut, mana bisa ditambahi dengan kabar miring tentang perselingkuhan yang dilakukan oleh Ayah mereka. Walaupun tanpa adanya jawaban, tetap saja perceraian itu akan terus berlanjut. Dan hari demi hari telah berlalu, setelah keluar dari rumah sakitpun Laila harus tetap kuat menjalani sisa hari menuju perceraian. Beberapa kali juga ia dipanggil untuk datang ke Pengadilan Agama untuk mengurus segala keperluan dalam mengurus surat perceraian, namun ia sangat terharu karena ia ditemani oleh kedua anak