—Aku akan menatap matamu dan mengatakan “Aku sangat merindukanmu.”—
Hari pertama Ujian Nasional saja sudah membuat para siswa pusing, bagaimana selanjutnya? Entahlah, mereka hanya berdoa yang terbaik dan berharap agar soal-soal selanjutnya tidak terlalu sulit.
Bel pulang sudah berbunyi, semua murid kelas dua belas mulai keluar dari kelasnya.
"Gimana, bro? Baru hari pertama ini cuy," ujar Darrel. Mereka tak langsung pulang, karena mereka lapar, jadi lah mengunjungi kantin dahulu.
"Gue, sih, biasa aja tuh," sahut Kevan.
"Kalau gue agak susah, karena terlalu seneng ngajak main Gio. Malemnya pas mau belajar Gio suka nangis kenceng banget, jadi gak fokus gue. Bawaannya khawatir mulu," ujar Gavin lesu.
"Iya deh yang udah jadi Abang," ejek Kevan.
"Lo juga, bego!" tukas Gav
any feedback to appreciate me, thanks for reading this❤️
—“Nyatanya, seseorang akan merasa lebih tenang dan nyaman ketika berada ditempat dimana dihargai dan diapresiasi.” *** "Lo, siapa?" Naya menjauhi ranjang Gavin, menatap Renata yang sedang duduk di sofa dengan penuh tanya. "Tante?!" Naya sedikit berteriak meminta penjelasan kepada orang tua Gavin. Kevan terkejut mendengar kembarannya berteriak, buru-buru ia menyusul dengan Gea dan Darrel mengekori. "Ada apa?" tanya Kevan sembari menatap sekitar. "Kok dia lupanya cuma sama gue doang?!" Kevan menyernyit tak mengerti. "Hah?" "Dia amnesia, kan?" Naya menunjuk Gavin. "Apa dah? Tadi dia—" "Dia nggak kenal sama gue!" Mata Naya berkaca-kaca, menatap Gavin dan Kevan bergantian. "Heh! Kok nang
Sudah setahun lamanya dari waktu Gavin mengungkapkan perasaannya kepada Naya, sudah selama itu juga mereka berpacaran. Awal hubungan memang banyak cobaannya, seperti mudah cemburu karena hal sepele, atau jarang mengabari satu sama lain. Tapi, mereka mencoba memahami kesibukkan satu sama lain, walaupun satu kampus tapi mereka tidak punya banyak waktu untuk berdua. Jika pun ada waktu untuk berdua, pasti teman-temannya ikut serta, tapi mereka tidak terlalu masalah juga. Toh mereka senang karena mereka dan teman-temannya masih bisa bermain walaupun tidak sebebas saat SMA. Saat ini Naya sedang berada dirumah Gavin, ingin bermain dengan Giona dan bertemu dengan pacarnya. Aneh, dulu Gavin adalah orang yang sangat ia hindari, tapi sekarang malah sering ia cari. Mendengar kata 'pacar' sebenarnya membuat Naya sedikit merinding, karena menurutnya asing sekali kata itu. Hari ini Naya tidak ada kelas, namun Gavin ada. Naya semp
Empat tahun kemudian ... Seorang pria tengah sibuk berkutik dengan laptopnya. Tangannya dengan lincah menekan huruf-huruf dikeyboard laptop. "Kakak!" teriak bocah berumur lima tahun lebih, bocah itu sedikit berlari menghampiri Kakaknya. Memeluknya dengan erat. "Kok nggak bilang-bilang mau ke sini, hm?" Dengan gemas Gavin menarik hidung mungil adiknya. "Kak Naya katanya kangen," ucap Giona sedikit terkekeh. "Aih, apaan, kamu sendiri ngerengek minta ke sini," sahut Naya yang sedang duduk dikursi khusus ruangan kerja Gavin. "Suka malu-malu Kak Naya ya, Gi?" Gavin sedikit bergurau, kemudian ia menghampiri Naya yang sedang memakan camilan yang gadis itu bawa. Hubungan keduanya berjalan dengan mulus selama tiga tahun, mereka berkuliah di kampus yang sama. Bahkan Kevan, Gea dan Darrel ju
"AAAAAAAAAAAAA!" teriak seorang gadis yang tengah berbaring langsung mendudukkan dirinya. Dengan jam weker ditangannya.Pukul 07.55. Berarti dia terlambat. Pake banget malah!Dengan cekatan gadis itu berlari kearah kamar mandi, melakukan ritual mandinya dengan tergesa-gesa. Tidak apa-apa telat, yang penting harus! Prinsipnya.Jessie yang mendengar teriakan anak gadisnya terperanjat kaget. Masalahnya, ngapain dia teriak-teriak di pagi buta seperti ini, dan posisinya sedang memotong sayuran yang akan di masaknya. Untung saja tidak mengenai tangan, kan."Ya Allah, kenapa lagi sih," gumam Jessie.Jessie dengan langkah tergesa, menaiki anak tangga dengan hati-hati. Ketika sampai didepan pintu kamar putrinya, Jessie mengetuknya. Tetapi tidak ada sahutan, langsung saja Jessie membukanya.Dan, yah tidak dikunci.Jessie mengedarkan pandangannya, t
Bel istirahat berbunyi lima menit yang lalu, para siswa/siswi pun mulai keluar masuk ke dalam kelas, berbeda dengan Naya. Dia sangat kesal pada hari ini. Teman sebangku juga sahabat sejak SMPnya tidak hadir, dikarenakan izin keluar kota bersama keluarganya.Gea Favella. Cewek cantik nan manis, kulit putih, rambut sebahunya terkesan makin imut. Sikap dia berbanding balik dengan Naya. Dia cerewet, Naya sebaliknya.Alhasil dia sebangku dengan Gavin. Kan ngeselin.Kevan mendekati meja yang diduduki Naya dan Gavin. "Kantin kuy lah, laper gue," ujarnya sembari mengelus perutnya bak orang hamil.Mereka berempat berjalan beriringan menuju kantin. Dengan posisi Naya di apit oleh Gavin dan Kevan, sedangkan Darrel disamping Kevan.Banyak pasang mata terarah kearah mereka. Jangan salah, ketiga cowok itu most wanted disini. Jadi, siapa yang tidak iri kepada Naya yang bisa berdekatan dengan pr
Sesuai dengan kesepakatan Naya, mereka berempat kerja kelompok dirumah sikembar. Tak lupa mengajak Gea yang kabarnya sudah pulang dari luar kota.Mereka kini berada di ruang televisi. Naya yang sedang berkutat dengan laptopnya, Gea yang membolak-balikkan buku Bahasa Indonesia-nya. Dan para cowok sedang berkutat dengan Handphonenya membuka google, mencari judul dan tema yang akan dikerjakan."Nay, ini bagus nih," ujar Gavin, lalu mendekat ke arah Naya."Judulnya?" jawab Naya sembari menoleh."Yang ini aja ya, tentang kesehatan. Disini juga ada contohnya, pengertian, aspek-aspeknya, cara menjaganya. Ini juga singkat. Tinggal direvisi lebih baik aja," jelas Gavin."Setuju nggak?" tanya Naya sembari menoleh ke arah Kevan, Gea dan Darrel yang tadinya sibuk langsung menoleh dan mengangguk paham."Boleh juga. Nay, lo yang ketik. Dan lo Vin, Ganti kata-kata yang kura
Kevan tuh tipe kakak yang penyayang. Namun, dia tidak menunjukkannya secara langsung. Walaupun sering tidak akur, tapi dia sangat sayang kepada adiknya."Lama banget sih, buru!" Naya terus mengomel sampai telinga Kevan pengang. Cerewet."Diem atau nggak gue anter," ancam Kevan. Namun, hanya bercanda. Cuma nada bicaranya saja seperti serius.Naya yang hendak ingin angkat bicara terurung karena tangan kekar milik Kevan membekap mulutnya. Dia ingin berteriak. Mengadu lebih tepatnya."Lo tuh ya, di sekolah aja so' cuek. Tapi di rumah cerewet dan manjanya minta ampun. Gue bilangin sikap lo ke si Gavin baru tau rasa lo," celotehnya."Lah? Hubungannya sama gue apa?" tanya Naya bingung. Bukannya teman-temannya sudah tahu perihal Naya yang bersikap manja jika dirumah?Bukannya juga hal itu wajar bagi adik perempuan yang lebih manja kepada kakak laki-lakinya?&n
Bel istirahat berbunyi lima belas menit yang lalu. Naya dan teman-temannya sedang berada di kantin dan melakukan makan siang mereka.Kelihatannya Naya masih marah atas kejadian semalam. Tapi, Gavin bisa apa? Sepertinya Naya sedang datang tamu."Nay, lo kenapa deh. Diem-diem bae," ucap Darrel."Lagi ngambek dia sama si Gavin," sahut Kevan.Gea menoleh ke arah Kevan. "Lah, emang kalian pacaran?" tanya Gea yang melirik ke arah Naya dan Gavin secara bergantian."Enggak lah," sergah Naya."Lah emang kudu orang pacaran aja yang ngambekkan?" sahut Darrel, yang sahabatan juga bisa saja toh marah-marahan, ya kan?Naya sedang badmood, dia tidak mau jika harus marah-marah gak jelas. Apalagi di kantin yang se-ramai ini. Bukan malu, hanya jaga attitude saja. Walau kenyataannya sekolah ini milik orang tuanya.Dia beranjak dan melen