Share

Dua Wajah Satu Hati
Dua Wajah Satu Hati
Penulis: lovelynes

Prolog

Keterampilan memasakku ini membuat diriku dikenal sebagai koki multitalenta, banyak Hotel Bintang lima yang mengajakku bekerjasama. Namun dulu aku memilih untuk bekerja di Hotel suamiku. Aku mencintai suamiku, berusaha untuk menjadi yang terbaik, namun ia tak pernah menganggap cintaku dengan serius. Bahkan ketika kita menikah, ia menikahiku karena keharusan katanya, namun pada awalnya aku bisa merasakan cintanya padaku.

Entah bagaimana ia bisa berubah saat bulan kelima pernikahan kami, aku bingung, bahkan ketika mendapat kabar aku hamil, reaksinya pun sangat datar. Hingga aku menemukan fakta yang menyakitkan ia berselingkuh dengan sekretarisnya. Mereka bahkan sempat liburan beberapa kali pada saat aku terkulai lemas karena ngidam anaknya.

Aku tidak habis pikir, kenapa ada lelaki yang sangat kejam, sekejam dirinya.

Selingkuhannya biasa saja, hanya gadis Desa yang menyebalkan. Berbanding terbalik denganku, aku cantik, mandiri, bisa segalanya, walaupun orang tuaku sudah tiada. Aku adalah gadis keturunan Thailand, memiliki kulit putih, mata sipit, hidung mancung, dan ciri khasku adalah suka mengganti warna rambut.

Suamiku adalah keturunan Chinese, memiliki kulit putih, memiliki tinggi 186 cm, berasal dari keluarga kaya yang memiliki banyak bisnis, salah satunya adalah hotel tempatku bekerja. Suamiku bernama Wu Hao, ia memiliki penampilan stylish, dengan kemeja dan celana bahan.

Saat kami bersama dulu, ia adalah sosok yang romantis. Aku pun sangat dekat dengan keluarganya, terutama ibunya. Aku sudah menganggap ibunya seperti ibuku sendiri, ia sangat baik kepadaku. Ketika isu perceraian kami ini didengar oleh mertuaku, mereka sangat shock dan memohon kepadaku untuk tidak bercerai dengan suamiku. Namun keputusanku sudah bulat, suamiku pun tidak mengatakan apapun saat aku mengatakan ingin bercerai dengannya.

Maka hari ini, aku mengemas pakaianku, untungnya usia kehamilanku baru enam minggu, sehingga aku hanya membawa baju bayi yang diberikan oleh ibu mertuaku kepadaku sebagai hadiah atas kehamilanku. Aku pergi, setelah perceraian kami selesai, aku meninggalkan rumah kami yang sudah diberikan kepadaku oleh Wu Hao.

Aku pergi ke sebuah tempat, tempat yang amat terpencil, sebuah pulau dengan pantai yang indah. Aku sudah menyewa sebuah rumah yang layak untuk ditempati, juga menyewa sebuah ruko untuk membuka restoran seafood kecil di pinggir Pantai.

Saat ini aku sudah sampai di rumah baru, aku pun menyewa seorang bibi untuk membantu pekerjaan rumah, karena aku sedang hamil dan tidak boleh bekerja terlalu banyak. Setelah selesai, aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Pantai.

Suasana baru yang membuatku tenang, angin laut menerpa rambutku, aku menutup mata merasakan bau garam yang tercium, suara kiacuan burung yang terbang disekitarku, tak lupa desiran ombak yang menenangkan.

Aku menutup mata hingga seseorang tiba-tiba saja memelukku, kemudian ia mengatakan, "Hati-hati sedang ada yang main bola voli di sini." Ucapnya dengan suara yang terdengar sangat seksi, suara serak khas pria matang, aku membuka mataku dan mendongakkan kepala.

Shit! Wu Hao! Sibrengsek itu!

Aku mendorongnya dengan kasar, kemudian menampar pipinya. "Lo ngapain ngikutin gue sampai sini? Dapat penguntit, kita udah cerai, jangan ngikutin gue lagi, bangsat!" Ucapku dengan marah, aku tidak mengerti mengapa ia sampai mengikuti ke sini.

Lelaki di depanku tampak bingung, ia menatapku kesal, seraya mengusap pipinya yang kini merah karena tamparanku yang cukup keras. "Eh kamu kenapa? Saya salah apa sama kamu? Cerai? Siapa yang menikah sama kamu? Gila ya." Ucap lelaki itu yang membuatku heran.

Namun aku memerhatikan lelaki itu secara detail, walaupun wajahnya sama dengan Wu Hao si bajingan, namun kulitnya lebih gelap, lelaki di depanku ini memiliki tahu lalat dibawah matanya, rambut lelaki ini yang lebih berantakan, dengan otot yang lebih kekar daripada Wu Hao. Ah sialan, sepertinya aku salah orang.

"Ah, sorry, sepertinya aku salah orang." Ucapku menahan malu.

"Ck, dasar cewek aneh." Kesalnya kemudian kembali bermain Voli Pantai.

Aku pun menjauh dari sana, duduk di bawah pohon kelapa, kemudian memerhatikan lelaki itu dari jauh. Wajahnya benar-benar sama dengan Wu Hao, namun ia bukan Wu Hao. Aku tidak pernah tahu jika Wu Hao punya kembaran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status