Share

Bab 5: Enchanted

Vanilla's POV

Kalau dibilang masih ada rasa, sepertinya iya. Ada sisa-sisa rasa yang tersimpan di lubuk hati terdalam. Wu Hao, adalah orang yang pernah aku cintai dengan begitu besar. Melihatnya tertawa dengan gadis lain membuatku bertanya-tanya, apa kurangnya aku dibandingkan dengan sekretarisnya itu?

Aku menangis dalam diam, aku sadar sekarang berada di rumah Matcha. Aku bahkan memakai pakaian milik adik perempuannya yang sedang kuliah di Bandung, karena pakaianku basah terkena air.

Derap langkah kaki terdengar, itu Matcha, ia membawakanku secangkir teh hangat. "Minum dulu, supaya badan kamu anget." Ucapnya.

Aku mengangguk, kemudian mengucapkan terima kasih. Pikiran mengenai aku menaruh perhatian lebih pada Matcha bisa jadi karena parah Matcha dan mantan suamiku sangatlah mirip. Bukan karena perasaan benar-benar suka, lagipula aku baru mengenal lelaki itu satu bulan kurang, mustahil untuk menyukainya dalam waktu singkat.

"Ayo aku anter ke restoran." Ucap Matcha, aku hanya mengangguk tanpa mau berbicara.

Seperti biasa aku menaiki mobilnya, namun mobil Matcha berbeda dengan mobil yang biasa ia gunakan untuk kerja. Ia memakai mobil Honda Civic, masuk akal sih, karena usaha seafoodnya lumayan besar.

Aku menatap ke arah jendela sepanjang perjalanan, Matcha pun tak berbicara sepatah kata pun. Hingga akhirnya tiba di depan restoranku. Namun saat Matcha akan keluar dari mobil aku menahannya, karena aku melihat Wu Hao yang baru saja keluar dari restoranku.

"Antar pulang saja, ada Wu Hao." Ucapku, seraya menatap ke arah Wu Hao. Matcha melihat ke arah Wu Hao, ia terperangah seketika karena wajah mereka mirip, bedanya hanya dari gaya rambut dan warna kulit saja, Wu Hao memiliki warna kulit putih mulus, berbeda dengannya yang memiliki warna kulit tan karena sering bermain volly di siang bolong.

Matcha mengangguk, ia kembali memundurkan mobilnya, kemudian pergi meninggalkan restoran milikku. Aku menatap Matcha yang fokus menyetir, ia sepertinya sangat terkejut melihat Wu Hao sangat mirip dengannya.

"Aku mau beli es kelapa dulu deh." Ucapki yang tiba-tiba saja ngidam es kelapa, mungkin karena cuaca yang masih panas walaupun menuju sore hari.

Matcha mengangguk, "oke, aku tau tempat es kelapa yang enak." Ucap Matcha, tanpa melirikku sedikit pun.

Matcha seperti ingin menjaga kenyamananku, sejak kami berada di rumahnya sampai sekarang, Matcha tidak membahas kejadian tadi. Rasanya tenang, karena lelaki itu ternyata sangat peka terhadap perasaanku. Kami turun saat mobil Matcha terparkir di depan tukang es kelapa.

"Kamu tunggu di mobil aja." Ucap Matcha, aku pun mengangguk, dan kembali ke dalam mobil.

Ponselku bergetar, aku melihat jika mantan ibu mertuaku mengajakku untuk video call. Aku mengangkat telepon videonya, kemudian tersenyum menyapa ibu mertuaku, jujur aku sangat merindukan beliau.

"Hallo, sayang, apa kabar nak? Katanya kamu pindah ya? Kok gak ngasih tau mami?" Tanyanya dengan wajah cemberutnya.

"Nanti kalo ngasih tau mami pasti aku ga boleh pergi." Ucapku dengan terkekeh.

"Iyalah, walaupun kamu udah cerai sama Wu Hao, kamu masih tetep anak mami loh." Ucapnya dengan nada kesal.

"Aku mau coba buka lembaran baru, nanti kalau aku lahiran pasti kabarin mami kok." Ucapku.

"Janji?" Tanya mami yang terlihat ragu.

"Janji dong, ini kan cucu mami." Ucapku dengan terkekeh.

Matcha membuka pintu mobil seraya membawa sebuah kelapa muda, ia menyerahkan buah kelapa kepadaku, aku menerimanya dengan senang hati.

"Wah minum kelapa, ya nak? Kamu sama siapa disitu?" Tanya mami, aku pun mengarahkan kamera kepada Matcha.

"Loh kamu sama Wu Hao? Kalian rujuk?" Tanya mami yang wajahnya terlihat sangat bahagia.

"Halo, tante, aku Matcha." Sapa Matcha yang membuat wanita paruh baya itu bingung.

"Ini Matcha, mirip banget kan sama Wu Hao?" Tanyaku, yang diangguki oleh beliau dengan semangat.

"Ini mah bukan mirip lagi, kalian ngeprank mami ya? Sebenarnya kalian gak ceraikan" Tanyanya dengan nada menelisik.

Aku menggeleng sekali lagi, dan menjelaskan jika Matcha dan Wu Hao adalah orang buang berbeda. Pada akhirnya mami mengerti walaupun berat, ia pun memberikanku nasihat untuk menjaga kondisi tubuh supaya tidak banyak beraktivitas, setelahnya ia pamit untuk pergi arisan bersama teman-temannya.

*****

Matcha's POV

Aku bergegas berlari ke arah toko, menghampiri ayah dan ibuku yang sedang berada di sana. Mereka terlihat kaget melihat aku yang terkesan terburu-buru, aku ingin menanyakan apakah aku memiliki kembaran atau tidak, karena wajahku benar-benar mirip dengan mantan suami Vanilla.

Kedua orang tuaku itu sedang sibuk menghitung pemasukan dan pengeluaran di kantor yang berada di lantai dua toko seafood kami.

"Haduh, kamu itu kenapa lari-lari?" Tanya ibuku mengomel.

"Ayah, ibu, jawab ya, yang jujur pokoknya." Ucapku.

Ayah dan ibuku saling bertatapan, mereka bingung dengan sikapku yang berubah secara tiba-tiba seperti ini.

"Aku punya kembarankah?" Tanyaku yang membuat ayahku terkekeh, ia mendekatiku dan memegang keningku.

"Panas nih bu, anak kamu demam, ngomong kok ngelantur." Ucap ayah dengan tawanya. Namun reaksi ibu berbeda, ibu terlihat diam, dan wajahnya seperti ketakutan, atau lebih memasang wajah yang sulit diartikan? Aku sulit menerka wajah orang.

"Kenapa tiba-tiba nanya ini?" Tanya ibu.

"Aku liat ada yang mirip bangettt sama aku, bu. Enggak boong, namanya Wu Hao." Ucapku, ibu terdiam lagi, membuat aku dan ayah saling bertatapan.

"Enggak, kamu gak punya, udah ibu gak mau bahas ini. Ayah ayo lanjutin di rumah aja, kamu di sini beresin toko." Ucap Ibu seraya berkemas dengan cepat membuat aku semakin curiga, namun aku tak menahan ibu, takut mood ibu semakin buruk.

Aku melihat ibu dan ayah yang berjalan menuruni tangga, mereka akan pulang ke rumah. Sementara aku di sini, dengan pikiran yang penuh dengan banyak pertanyaan. Lagi pula jika aku kembar, pasti tidak akan dipisahkan, karena keluargaku harmonis dan sangat berkecukupan.

***

Setelah berbenah di toko, aku memutuskan untuk pergi keluar. Menenangkan pikiran, salah satunya tentang perasaanku pada Vanilla. Sepertinya memang Vanilla tidak memiliki perasaan apapun padaku, karena ia memang masih mencintai suaminya.

Aku berjalan ke arah bibir pantai, menikmati angin sore yang terasa sangat sejuk. Tiba-tiba sebuah lengan memelukku dari belakang, "Sayang, kok kamu udah ganti baju aja? Bener-bener ya ninggalin aku di mobil." Ucapnya.

Aku dengan cepat melepaskan pelukan wanita itu, kemudian menatapnya tajam. Bisa-bisanya memelukku sembarangan, namun aku mengenali wanita ini, dia adalah orang yang bersama dengan Wu Hao, si selingkuhan yang membuat Vanilla sedih.

"Siapa ya?" Tanyaku sebal.

"Gak lucu ya, bercandanya. Kamu kok berubah jadi tanned gini? Mana bau ikan lagi." Ucapnya dengan nada jijik, ah ini penghinaan yang menyebalkan.

"Salah orang." Ucapku sinis, kemudian berjalan meninggalkannya, namun lenganku di tahan.

"Kamu mau kemana? Ayo balik ke hotel." Ucapnya lagi.

"Cindy!" Panggil seseorang dengan nada tegasnya, sepertinya itu Wu Hao sedang menghampiri kami.

"Loh, kok ada dua?" Tanya wanita yang bernama Cindy itu.

Aku dan Wu Hao saling bertatapan, ia menatapku dari atas sampai bawah. Lelaki itu tampak terkejut, ia sepertinya shock karena kita sangat mirip.

"Udah dibilang salah orang." Ucapku kemudian pergi menjauh dari sana. Wu Hao sepertinya masih terkejut, namun aku tidak peduli, terserah apa katanya.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status