Share

Bab 1: Restoran Seafood

Salah satu impianku adalah memiliki restauran, aku tidak pernah menyangka jika impian kecilku ini bisa tercapai dalam keadaan menyedihkan seperti ini. Saat ini, aku akan berangkat ke rumah pemasok ikan terbesar, namanya adalah Rumah Seafood Bintang. Saat pergi ke sana aku memakai motor Scoopy yang baru aku beli sebagai alat transportasi.

Kata bibi Ina, pembantu rumah tanggal, lokasi Rumah Seafood Bintang tak jauh dari sini. Aku mengendarai motor dengan pemandangan yang sangat bagus, bagaimana tidak? Pemandangan laut biru di sepanjang jalan membuatku sangat bahagia. Sepertinya aku akan betah tinggal di sini.

Tak sadar aku pun sampai di Rumah Seafood Bintang. Aku memarkirkan motorku, kemudian berjalan memasuki Rumah Seafood Bintang yang cukup ramai. Aku pun menghampiri salah satu staff di sana. Kemudian staff itu mengatakan jika aku sudah ditunggu anak dari pemilik tempat ini di ruangan yang ada di lantai dua.

Aku mengetuk ruangan, "Masuk aja." Ucap seseorang dari dalam.

Aku menarik pintu, kemudian masuk ke dalam, betapa terkejutnya aku, ternyata anak pemilik tempat ini adalah seseorang yang mirip dengan mantan suamiku. Aku menatap lelaki itu dengan senyuman manis kemudian duduk di depan lelaki itu, nama lelaki itu adalah Matra Chastelein, tidak ada unsur Chinesenya, sepertinya memang bukan kembaran Wu Hao, mereka hanya mirip saja.

"Ah, kita bertemu lagi, Nona Vanilla benar?" Tanya lelaki itu dengan senyumannya. Aku mengangguk, kemudian pandanganku menatap pipi lelaki itu yang terlihat masih memar.

"Betul."

"Sedikit matching ya, Saya Matcha, dan kamu Vanilla." Ucapnya basa-basi.

"Mmmm, ya, maaf soal kemarin. Aku tidak sengaja, kamu mirip sekali dengan mantan suamiku yang brengsek." Ucapku dengan senyuman malu.

"Jadi wajahku pasaran ya?" Tanya Matcha dengan konotasi negatif yang membuatku menggelengkan kepalanya dengan segera.

"Eh tida-tidak begitu, maksudnya, pak Matcha." Ucapku dengan wajah paniknya.

"Panggil Matcha aja, walaupun kamu lagi hamil, kayaknya kita seumuran ya." Ucap Matcha dengan senyumannya seraya menatap ke arah perutku.

"Ah iya, baik, aku panggil kamu, Matcha ya." Ucapku seraya menatap Matcha.

Matcha tertawa kecil, ia terlihat gemas dengan tingkah Vanilla yang kikuk. "Mungkin wajah saya memang pasaran, tapi saya harap kepribadian saya tidak ya." ujarnya sambil mengusap pipinya yang memar.

Aku tersenyum tipis, "Iya, semoga saja. Jadi, bagaimana perihal kerja sama kita?" Aku pun berpikir begitu, semoga Matcha tidak memiliki sikap brengsek seperti Wu Hao.

Matcha menatapku sejenak, lalu membuka beberapa dokumen di mejanya. "Baiklah, Nona Vanilla. Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang kerja sama, saya ingin memastikan bahwa kita berada dalam tujuan yang sama. Bisnis keluarga kami, Rumah Seafood Bintang, selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi mitra kami."

Aku mengangguk, merasa lega bahwa pertemuan ini akan berjalan profesional meskipun ada sedikit kebingungan awal tadi. "Terima kasih, Matcha. Atas apa yang kamu jelaskan, aku yakin, Rumah Seafood Bintang memang memiliki kualitas yang baik. Aku berencana membuka restoran seafood kecil dan ingin memastikan bahwa saya mendapatkan bahan baku yang segar dan berkualitas di setiap harinya."

"Kamu gak perlu khawatir tentang itu. Kami memiliki reputasi yang baik dalam hal kualitas produk kami, saya jamin tiap hari, restoranmu pasti mendapatkan pemasok yang bagus." katanya sambil memberikan beberapa dokumen yang perlu saya tandatangani. "Tapi, saya ingin tahu lebih banyak tentang restoran Kamu. Apa konsepnya?"

Aku mengambil dokumen-dokumen itu dan membacanya sekilas sebelum menjawab, "Saya ingin menciptakan tempat yang nyaman dan hangat, dengan menu yang terinspirasi dari hidangan laut tradisional Thailand namun dengan sentuhan modern. Saya ingin orang-orang merasa seperti di Thailand saat makan di sana."

Matcha tersenyum, "Itu terdengar menarik, saya jadi pengen nyoba, belum pernah ke Thailand soalnya. Saya yakin restoran pasti akan sukses, soalnya ide kamu fresh, di sini enggak ada restoran Thailand. Oh, ya di mana lokasinya?"

"Aku tau tempat yang bagus di dekat pantai. Pemandangannya luar biasa, dan aku pikir itu akan menarik banyak pelanggan."

Matcha mengangguk setuju, "Pemandangan pantai memang memiliki daya tarik tersendiri. Itu akan menjadi nilai tambah untuk restoran kamu. Saya harap, Rumah Seafood Bintang bisa menjadi bagian dari kesuksesan kamu ya."

Aku merasa sedikit lega mendengar kata-katanya. Setelah menandatangani dokumen, kami berbicara lebih lanjut tentang logistik pengiriman dan jadwal yang cocok untuk pengiriman bahan baku. Matcha ternyata sangat baik, tidak seperti apa yang ada di gambaranku.

Setelah semuanya selesai, aku berdiri untuk pergi. "Terima kasih banyak atas waktunya, Matcha. Saya akan memastikan restoran saya siap menerima bahan baku dari kalian."

"Senang bisa bekerja sama denganmu, Nona Vanilla," katanya sambil mengulurkan tangan. "Saya berharap ini menjadi awal dari hubungan bisnis yang baik."

Aku menjabat tangannya dengan mantap. "Saya juga berharap begitu."

Keluar dari ruangan, aku merasakan campuran perasaan aneh. Pertemuanku dengan Matcha, yang sedikit mirip dengan mantan suamiku, membuatku merasa sedikit bingung. Aku dan Wu Hao bertemu saat aku sedang berencana membuka restoran, namun ia malah memintaku menjadi koki di Hotelnya. Namun, aku yakin bahwa ini adalah kesempatan yang baik untuk memulai babak baru dalam hidupku.

Di perjalanan pulang, aku kembali menikmati pemandangan laut yang indah. Angin sepoi-sepoi yang menyentuh wajahku membuatku merasa lebih tenang. Sesampainya di rumah, Bibi Ina sudah menungguku di depan pintu. Ia tersenyum hangat kepadaku.

"Bagaimana pertemuannya, Non? Aman kan?" tanyanya dengan senyum hangat.

"Berjalan lancar, Bibi Ina. Kita akan mendapatkan pasokan ikan segar dari Rumah Seafood Bintang. Aku merasa optimis tentang restoran ini, aku yakin restoran ini akan ramai. Aku juga sudah memanggil jasa iklan, iklan pembukaan restoran sudah tersebar dj pulau ini."

Bibi Ina tersenyum, "Kabar yang sangat baik, non. Bibi selalu percaya bahwa non bisa sukses bangun restoran ini walaupun dari nol ya."

Aku memeluk Bibi Ina, merasa sangat berterima kasih atas dukungannya. "Terima kasih, Bibi. Aku gak akan bisa melakukan ini tanpa bantuan dan dukungan Bibi."

****

Beberapa hari berikutnya, aku sibuk dengan persiapan pembukaan restoran. Bahan-bahan segar mulai berdatangan, dan setiap kali pengiriman tiba, aku selalu memastikan semuanya dalam kondisi baik. Matcha sendiri beberapa kali mengunjungi restoranku untuk memastikan semua berjalan lancar.

Hari pembukaan tiba. Restoran kecilku, yang kini bernama "Vanilla Sea", penuh dengan pelanggan. Aroma makanan laut yang segar menyebar di udara, dan suara gelak tawa serta obrolan memenuhi ruangan. Aku merasa sangat bahagia melihat semua orang menikmati makanan dan suasana yang kuciptakan.

Di tengah keramaian, aku melihat Matcha masuk ke restoran. Dia tersenyum dan melambaikan tangan. Aku menghampirinya, merasa senang dia bisa datang.

"Selamat, Vanilla. Restoran ini luar biasa, baru hari pertama udah ramai ya" katanya seraya menjabat tanganku.

"Terima kasih, Matcha. Tanpa dukungan dari Rumah Seafood Bintang, ini semua tidak akan mungkin terjadi."

Matcha tersenyum, "Ini adalah awal yang baik. Saya yakin restoran ini akan sukses besar."

Aku tersenyum kembali, merasa sangat bersyukur atas semua yang terjadi. Meskipun perjalanan untuk mencapai impian ini penuh dengan tantangan dan kejutan, aku tahu bahwa aku berada di jalur yang benar. Dan dengan dukungan dari orang-orang di sekitarku, aku yakin bisa mencapai lebih banyak lagi. Entah pertemuanku dengan Matcha memberikan dampak baik atau malah sebaliknya, namun aku memohon kepada Tuhan untuk menyiapkan takdir terbaik.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status