Bu Mona terlihat sangat cemas dan juga frustasi. Mengapa para mahasiswa yang selalu dikenal sebagai kelompok cendikia, bisa berbuat seperti ini. Apakah rasa kemanusiaan mereka sudah mati? Apakah pantas Sherina yang menanggung semua dosa keluarganya. "Lalu bagaimana pak, nyawa Sherina bisa tidak tertolong jika kita tidak dapat pendonor.""Saya akan pergi mencari pendonor di sekitar rumah sakit. Biasanya orang-orang di sini banyak yang mau menjadi pendonor darah." Kata pak Andi. Para tukang gojek dan pedagang yang mangkal disekitar rumah sakit, biasanya mau mendonorkan darah, asalkan pihak keluarga mau memberikan uang sesuai dengan kesepakatan."Semoga kita bisa mendapatkan banyak pendonor. Apa pak Andi butuh di temani?" Tanya ibu Mona. "Tidak usah," jawab pak Andi."Berapa mereka minta uang untuk satu kantong darah, pak?" Tanya ibu Mona."Dengar kabar 1 hingga 1,5 juta.""Jika pak Andi tidak ada uang, kebetulan saya ada. Bapak bisa pakai."Pak Andi menganggukkan kepalanya. "Nanti ji
"Kenapa tidak bilang kalau ingin mengambil darahku?" Pria bertubuh tinggi itu duduk dengan wajah pucat setelah mendonorkan darahnya. "Hanya mengambil darah, tidak ada yang perlu ditakutkan. Setelah mendonorkan darah, mas bisa hidup lebih baik." Briptu Ambri berkata dengan santai. "Kau tahu sendiri aku sangat tidak suka dengan jarum-jarum seperti ini." Pria itu memandang ngeri jarum yang digunakan untuk mengambil darahnya. "Seorang pembalap takut jarum suntik? aneh sekali." Briptu Ambri tersenyum mengejek. "Pembalap duduk di atas mobil sambil megang setir bukan main jarum.""Hari ini mas Alex sudah menjadi pahlawan. Satu kantong darah ini sudah menyelamatkan satu nyawa." Polisi berwajah manis itu tersenyum sambil menepuk pundak Alex."Untuk siapa?" Alex bertanya sambil mengambil minuman kotak sari kacang ijo. "Sherina." Jawab Briptu Ambri. "Sherina, Anak Heru?" Alex sedikit terkejut mendengar jawaban Briptu Ambri."Iya," jawab Bribtu Ambri singkat."Kenapa dia?" Alex tidak menya
Arion beranggapan bahwa penderitaannya sudah berakhir setelah memanjat pohon mangga, namun ternyata belum. Pria berwajah tampan itu diminta istrinya mengupas kulit mangga. "Paman, bergetah, Aku tidak suka tanganku kena getah." Arion berkata dengan suara yang sangat pelan agar Zahira tidak mendengarnya. "Jangan mengeluh ini untuk anakmu." Sebastian mengingatkan Arion. Sebastian duduk santai sambil mengupas mangga untuk istrinya. Sedangkan istri-istri Mereka tampak kompak membuat kuah rujak. "By, sudah siap belum?" tanya Zahira."Sedikit lagi sweet heart," jawab Arion."Cepat ya by, soalnya bumbu rujak kami sudah hampir selesai." "Iya." Arion menganggukkan kepalanya. Arion sangat senang ketika sukses mengupas 1 butir mangga. Sesuai perintah sang istri, daging mengiris diiris tipis-tipis dan memasukkannya ke dalam piring."Mas, sudah selesai." Zia berkata sambil memandang mangga yang sudah didalam Piring. "Sudah sayang," jawab Sebastian dengan tersenyum menunjukkan mangga yang su
Alex dan Bribtu Ambri duduk di depan ruangan operasi Sherina. Sudah 3 jam operasi berlangsung, namun belum ada tanda-tanda pintu ruangan itu akan terbuka.Sedangkan dua orang dosen, sudah izin pulang sejak 1 jam yang lalu."Aku sangat pusing dalam kasus ini. Padahal dalang kejahatan sudah di tangkap. Mereka juga sedang menunggu persidangan pertama. Namun mengapa pembencinya harus melampiaskan kemarahan mereka terhadap Sherina." Bribtu Ambri berkata dengan tatapan tertuju ke arah pintu. "Siapapun, pasti akan membenci anak seorang pembunuh," jawab Alex. Tidak terkecuali dirinya sendiri. Perbuatan keji Heru, membuat ia ikut membenci Sherina. Jika tadi tahu darahnya untuk Sherina, mungkin Alex tidak akan mau memberikannya. Namun melihat nasib Putri bungsu Heru yang seperti ini, ada rasa kasihan terhadap gadis tersebut."Apa yang harus aku lakukan mas? Saat ini keselamatan Sherina sudah terancam. Jika dia selamat, mungkin pelaku akan kembali datang. Bahkan mungkin akan muncul pembunuh lai
Arion duduk di ruang kerjanya. Kondisi tubuhnya yang lemah karena bawaan kehamilan Zahira, membuat pria itu beristirahat selama 2 hari. "Kepala ku benar-benar pusing." Arion memijat pelipis keningnya yang terasa pusing. Karena beristirahat selama 2 hari, pekerjaannya menjadi menumpuk."Apa Zahira sudah bangun?" Arion menghentikan pekerjaannya yang membuat kepala semakin pusing. Senyum tercetak di bibirnya ketika mengingat sang istri. Padahal baru berpisah beberapa jam saja, tapi mengapa sudah rindu seperti ini. Dengan tidak sabar pria itu meraih ponselnya di atas meja. Dilihatnya jam yang sudah menunjukkan jam 10 pagi, seharusnya bumil itu sudah bangun. Namun mengapa tidak membalas pesan darinya. Ada rasa kesal ketika Zahira tidak membalas pesan darinya. Apakah sikapnya yang mendadak manja dan selalu ingin diperhatikan seperti ini karena pengaruh kehamilan sang istri?Sungguh aneh, Zahira yang sedang hamil, seharusnya Zahira yang minta dimanja dan diperhatikan, namun mengapa jadi t
Setelah melakukan transfusi darah, Alex menunggu operasi Sherina selesai. Setelah selesai operasi, ia masih tidak pulang ke rumah, karena Ambri yang merupakan adik sepupunya, meminta agar Alex menemaninya sampai kondisi Sherina dinyatakan stabil dan bisa dirujuk ke RS yang lain. Bribtu Ambri sengaja tidak membiarkan anggotanya ikut serta mengawal, karena takut diketahui oleh para wartawan. Subuh jam 5 pagi, Sherina baru di rujuk ke rumah sakit yang lain. Informasi tentang Sherina benar-benar di tutup rapat. Bahkan mobil yang membawa Sherina keluar dari rumah sakit, bukan mobil ambulans. Di jam 6:30 pagi, Alex baru pulang ke rumah untuk mandi dan berganti pakaian. "Tuan Alex baru pulang?" Sapa asisten rumah tangganya.Alex tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Bagaimana kabar Celine, mbok?" Tanya Alex."Non Celine sangat baik tuan. Hari ini ada kegiatan lomba mewarnai disekolahnya. Lomba bertema ibu dan anak, karena ini untuk memperingati hari ibu." Mbok Darmi berkata dengan waja
Alex terduduk lemas di kursi kerjanya. Tubuhnya tidak bertenaga, kepala juga terasa pusing. Mungkin karena melakukan transfusi darah dan juga tidak tidur semalaman. "Paman Alex, kenapa wajahmu sangat pucat? "Arion duduk di kursi yang ada di depan Alex. Setelah bertanya tentang keadaan Alex, Arion kembali sibuk dengan ponsel ditangannya. Bisa dikatakan sejak menikah, pria itu mengalami penyakit bucin akut."Apa pekerjaanmu sangat banyak sehingga tidak bisa tidur?" Tanya Sebastian dengan wajah serius. Mendapatkan perhatian dari kedua bos besarnya, tentu saja membuat Alex senang. Siapa tahu setelah ini dia akan diberikan cuti panjang. "Semalam aku tidak tidur." Alex mengusap wajahnya. "Kenapa tidak tidur? "Arion memperhatikan wajah Alex yang tampak lesu. "Apa karena Paman Alex kesepian?"Perkataan Arion benar-benar membuat Alek kesal. "Wajar saja dia kesepian, dia sudah menduda sekitar 4 tahun." Sebastian berkata sambil mengangkat 4 jarinya. Kelakuan paman dan keponakan itu membua
Alex memandang Arion. Memilih rumah untuk Arion bukanlah hal yang mudah. Semuanya harus sesuai ketentuan dari Arion. Berbeda dengan Sebastian, yang lebih memilih untuk menerima tanpa banyak protes."Masalah rumah sudah siap. Sebaiknya kalian bawa dulu para istri untuk melihatnya, jika ada yang tidak cocok, akan aku rubah sesuai selera," saran Alex. Sepertinya cuti panjang hanyalah mimpi untuk Alex. Pada kenyataannya, kedua bosnya sedang di mabuk cinta. Dengan seperti ini pekerjaannya pasti akan semakin bertambah."Ya aku akan membawa Zahira ke sana." Arion tersenyum senang. Ketika membayangkan wajah bahagia sangat istri."Aku juga akan mengajak Zia melihat rumah baru kami," kata Sebastian.Alex hanya diam sambil menganggukkan kepalanya. "Apa kamu tidak mau tahu tentang kondisi Sherina?" Alex memandang Arion.Selama ini Arion yang begitu dekat dengan Sherina. Namun kenyataan pahitnyaa justru orang yang paling disayangi merupakan anak dari pembunuhan kedua orangtuanya."Aku tidak mau
"Kau tidak dengar apa yang aku katakan." Arion meninju perut Agus dengan keras. Hingga pria itu menjerit kesakitan."Aku." Agus ingin berbicara namun tidak bisa. Kakinya sudah gemetar lebih dulu. Bahkan ia sangat ketakutan untuk mengakui semua perbuatan bejatnya terhadap Cecilia.Setelah peristiwa itu, Cecilia menjadi gila. Itu artinya tidak ada yang akan mengetahui apa sebenarnya yang terjadi terhadap wanita itu. Ia sangat yakin bahwa perbuatannya tidak akan pernah diketahui oleh siapapun. Terbukti selama 7 tahun ini ia bisa hidup nyaman tanpa ada yang mengetahui apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Agus juga memiliki istri serta dua orang anak. Bisa dikatakan hidupnya sangat bahagia. "Jelaskan apa maksudmu." John sudah mulai marah. Kepalanya pusing ketika menebak apa yang sebenarnya terjadi."Kau tidak bisa jelaskan?" Arion menunjuk wajah pria itu dengan keras. "Barang milik mu ini sudah menghancurkan hidup seorang gadis, hingga dia gila dan bahkan melahirkan anak. Apa kau ta
"Kau devil, setelah apa yang kau lakukan terhadap adikku, kau katakan tidak mengenalinya?" John begitu sangat marah dan ingin meninju Arion. Namun sayang Arion tak bernyali melawannya. Bahkan sengaja mengingat tangan serta kakinya. "Aku tidak pernah mengelak dengan apa yang telah kulakukan. Aku memang dulunya sering melakukan hal seperti itu dengan para wanita. Namun asal kau tahu, aku tidak pernah memperlakukan wanita dengan cara menjijikan seperti itu. Perbuatan yang seperti itu bukan aku banget. Pada umumnya para wanita bodoh yang menyerahkan tubuhnya secara sukarela. Dan mereka juga melakukannya dalam keadaan sadar. Mereka juga yang memaksaku untuk menyentuhnya. Jadi aku tidak pernah membuat hal memalukan seperti itu. Aku juga tidak pernah meminta lawan main ku untuk menutup mata seperti sedang bermain Lu-lu China buta." Tak ada ekspresi apapun dari raut wajahnya. Dan hal ini yang membuat John semakin marah."Kau tidak perlu berbohong?" Jangan tersenyum mengejek. Kondisinya saat
Alex beserta anak buahnya sudah berada di parkiran mobil. Saat ini mereka berada di perusahaan milik John. Sesuai jadwal, pria dengan rambut plontos itu keluar dari kantornya dan langsung ke parkiran mobil. John berjalan dengan santai menuju ke parkiran. Jika dilihat gaya serta gerak-geriknya tidak ada sedikitpun mencerminkan bahwa dia salah seorang pembunuh yang ikut serta dalam misi Heru. Tempat parkiran khusus untuk pemilik perusahaan ini memang termasuk sepi, karena hanya ada satu mobilnya yang terparkir di sana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan Alex dengan baik. Dalam waktu singkat mereka sudah berhasil melumpuhkan John. Pria bertubuh tinggi itu tidak sadarkan diri ketika tekuk lehernya dipukul dengan keras. Alex meminta kepada anak buahnya untuk memasukkan John ke dalam mobil. Setelah itu mengikat tangan serta kaki pria tersebut dan membawanya ke markas yang sudah ditentukan oleh Arion. Didalam markas ini sudah ada 4 orang pria yang merupakan Agus beserta 3 orang rekannya.
"Mungkin kau bisa ingat ketika melihat fotonya." Sebastian menunjukkan foto seorang gadis yang disimpannya di galeri. Arion memandang foto itu dengan serius namun tetap menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengingat gadis itu. "Apa benar dia pernah tidur denganku? Aku saja baru melihat wajahnya.""Kau tidak mengingatnya?""Sama sekali tidak paman. Jika si John itu bekerja sama dengan paman Heru sejak 6 tahun terakhir, kemungkinan aku mengenal adiknya lebih dari 6 tahun."Sebastian menganggukkan kepalanya. "6, 7 bahkan 10 tahun yang lalu sekalipun, aku bukanlah pria brengsek. Aku baru menjadi seperti itu sejak 5 tahun terakhir, dan tobat setelah mengenal Zahira." Arion mengingat kembali dosa masa lalunya."Ya mana aku tahu kalau masalah di atas ranjang kau," jawab Sebastian.Arion menggelengkan kepalanya. "Apa benar dia tidur denganku?"Sebastian mengambil handphonenya dan menghubungi orang yang selama ini diperintahkan nya menyelidiki tentang Jhon. "Coba kau selidiki kapa
"Aku merasa menjadi anak yang durhaka, paman. Mereka yang sudah membunuh papi, mami serta calon adikku. Namun aku justru menjadi dia raja. Aku beri saham yang cukup tinggi. Dengan tujuan dia, istri dan anak-anaknya hidup serba berkecukupan. Aku beri dia jabatan yang tinggi, agar semua orang menghormatinya." Arion tertawa sumbang. Meskipun hukuman mati sudah di tentukan untuk mengakhiri hidup Heru berserta keluarganya, tetap saja Arion merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan dia tidak akan pernah memaafkan orang itu. Jangankan untuk memaafkan, melihat wajahnya pun tak sudi."Ya sudahlah kalau kau tidak mau berjumpa dengan orang itu. Aku hanya menyampaikan pesan Briptu Ambri. Jika aku jadi kau, aku juga tidak akan mau berjumpa dengan dia." Sebastian mengangkat kedua bahunya dan dengan gaya acuh tak acuh. Sudah berulang kali Heru meminta untuk berjumpa dengannya. Namun Arion tidak mau menerima bertemu dengan pria bejat tersebut. Ia juga tidak tertarik untuk mendengar drama kesedihan He
Arion sibuk dengan handphone ditangannya, sedangkan mata melirik ke arah Zahira yang sedang memakai baju. Perut istrinya itu sudah semakin besar, namun mengapa Zahira terlihat semakin menggoda. Bobot berat tubuhnya bertambah hingga 15 kg, membuat tubuhnya terlihat berisi dan semok. "Hubby, tolongin." Zahira berkata ketika kesulitan memasukkan kakinya ke dalam kaki celana. "Tolong apa?" Arion berpura-pura sibuk dengan handphone nya sehingga tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Zahira. "Hobi, Hira susah pakai celana," kata Zahira dengan kesal."Kalau begitu tidak usah dipakai sweet heart. Arion melepaskan handphone di tangannya dan langsung mendekati istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur. "Hobi mau ngapain?" Zahira memandang Arion dengan mata terbelalak. "Kata dokter agar pembukaan cepat maka si botak harus sering-sering lihat anak." Arion tersenyum mesum memandang perut buncit Zahira. Sebagai seorang dokter, Zahira tidak bisa membantah Perkataan suaminya. "Iya, t
Setelah selesai makan bersama, Alex dan Shelina dibuat terkejut oleh permintaan si kecil Celine. "Celine ayo kita pulang." Alex sepertinya sudah tidak mau kompromi dengan gadis kecil tersebut. "Aku tidak mau pulang, papi sudah janji kalau kita main drama keluarga." Dengan cepat gadis kecil itu menolak ajakan dari sang papi.Shelina hanya diam tanpa berani bicara."Jika tidak mau pulang, besok papi tidak mau bawa kamu ke sini," ancam Alex. "Celine ingin merasakan seperti apa tidur bersama mami dan papi. Celine ingin merasakan tidur di tengah kemudian di peluk mami dan papi." Celine menangis. Permintaannya sangat sederhana, apakah sang papi tidak mampu mengabulkannya?Namun yang jadi masalahnya Shelina bukan mami Celine. Bahkan wanita muda itu tidak memiliki hubungan spesial dengan Alex. "Baiklah, ayo kita tidur." Shelina tersenyum dan memegang tangan Celine menuju ke kamarnya. "Papi kenapa tidak ikut?" Tanya Celine sambil memandang ke arah Alex yang masih duduk di kursi makan."S
Shelina hanya menuruti perintah gadis kecil itu. Namun jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Bahkan dia merasa jantungnya seakan ingin lepas dari tempatnya ketika mengingat ciuman pertamanya yang sudah diambil Alex. "Papi ke sini." Celine memangil Alex yang duduk di sofa sambil memainkan handphone nya."Ada apa?" tanya Alex. "Paman." Sherina terdiam ketika mendengar protes Celine."Mami kok panggil paman? Meskipun papi sudah tua, tapi papi masih sangat tampan," celoteh Celine. Mata Alex terbuka lebar mendengar putri kecilnya mengatainya tua."Oh iya lupa." Shelina tersenyum canggung."Sayang tolong ambilin piring ya." Shelina berkata dengan menundukkan kepalanya. Wajahnya sudah bersemu merah ketika memanggil Alex dengan panggilan mesra.Bohong jika Alex tidak merasakan jantungnya yang berdebar-debar. Bahkan pria dewasa Itu tampak salah tingkah ketika berhadapan dengan Shelina."Yang mana piringnya?" tanya Alex ketika sudah berdiri di rak piring."Terserah aja sayang." Alex memb
"Iya," jawab Alex dengan wajah pasrah."Ye akhirnya aku bisa merasakan punya Mami." Gadis kecil itu tampak gembira. Selama ini ia hanya mendengar kisah indah teman-temannya yang memiliki anggota keluarga yang lengkap. Mungkin karena sering mendengar cerita teman-teman di sekolah tentang ibu-ibu mereka, menimbulkan rasa iri dihati gadis kecil tersebut. Sehingga Celine ingin merasakan memiliki ibu walaupun hanya sehari. "Papi duduk di sini. "Celine menepuk kursi yang ada di samping shelina."Papi di sini saja." Alex menolak permintaan sang Putri. "Papi, sekarang kita lagi bermain drama rumah tangga. Jadi papi harus duduk di samping mami. " Celine mengingatkan peran mereka saat ini. Shelina terdiam ketika mendengar perkataan dari Celine. Bagaimana mungkin gadis kecil itu tahu tentang drama rumah tangga?"Celine, papi duduknya di sini aja, tidak apa-apa ya." Alex membujuk putri kecilnya. Karena ide Celine, ia jadi merasa gugup dan grogi ketika dekat dengan Shelina. "Papi, ayolah aku