Mobil yang dikemudikan oleh sopir pribadi Arion berhenti tepat di sebuah rumah mewah yang akan menjadi tempat tinggal Arion bersama Zahira. Sedangkan mobil yang dinaiki oleh Sebastian berhenti di rumah yang berada di sebelah rumah Arion. Melihat posisi rumah yang mereka ambil, sudah bisa ditebak bahwa paman dan keponakan ini ingin tinggal berdekatan dan menjadi tetangga."Sweet heart, sudah sampai." Arion berkata sambil mengusap pipi istrinya dengan lembut. Pria itu tersenyum ketika melihat Zahira yang tidak membuka matanya sama sekali. "Sweet heart, kita sudah sampai di rumah baru." Arion dengan sabar membangunkan sang istri. Namun lagi-lagi Zahira tidak terganggu dengan suara gangguan dari suami. "Hai nak, Momi kamu kalau tidur sangat nyenyak sekali ya sampai tidak mengetahui apa-apa." Arion mengusap menurut istrinya dan berbicara dengan anak yang masih ada di dalam perut. Pria itu kemudian menempelkan telinganya di perut Zahira. "Apa cium bibir, kalau nggak mau bangun juga dig
Setelah membawa Zahira ke ruang keluarga, Arion membawa istrinya ke ruangan yang lainnya. Di rumah ini, ruangan tidak begitu banyak, tidak sama seperti di masion. Setiap ruang dibuat dengan ukuran luas dan barang-barang furniture berkualitas tinggi dan pasti harganya tidak main-main."By Hira sangat suka." Zahira berkata sambil tersenyum."Tidak ada yang mau dirubah?" Tanya Arion. Dengan cepat Zahira menggelengkan kepalanya. "Tapi nanti kita bakal sering ke villa kan?" "Tentu saja sweet heart." Arion mencium punggung tangan istrinya. Pria itu kemudian membawa istrinya untuk melihat ke lantai 2 dan 3. Karena rumah ini terdiri dari 3 lantai. Pria itu juga menjelaskan setiap ruang yang mereka datangi."Sweet heart, rumah ini sangat besar. Jika hanya memiliki satu anak pasti tidak seru. Seharusnya kita punya banyak anak." Arion tersenyum sambil mengusap perut istrinya.Saat ini Zahira beda di lantai 3 dan menikmati keindahan alam dari atas. "Yang ini saja belum keluar by." Zahira kesa
Mata Sherina terbuka secara perlahan-lahan. Dilihatnya pemandangan yang putih bersih. Aroma disinfektan langsung terhirup di Indra penciuman nya. Otak yang sudah lama istirahat, dipaksa untuk bekerja keras sambil mengingat apa yang telah terjadi. Setelah berusaha mengingat, potongan-potongan peristiwa kembali melintas dipandangnya. Tubuhnya gemetar dengan keringat bercucuran ketika mengingat kejadian tersebut.Sherina mencoba menggerakkan jarinya. Apakah saat ini dia sudah mati? pertanyaan ini sontak muncul di kepalanya. Sebelum kesadarannya hilang Sherina merasakan pandangannya yang mulai gelap. Dia melihat sesuatu yang begitu sangat mengerikan. Apakah itu artinya malaikat pencabut nyawa sudah datang menghampirinya. "Jika sudah mati, aku tidak merasakan sakit lagi." Sherina berkata di dalam hati. Tubuhnya terasa begitu sangat lemah bahkan dia kesulitan untuk berbicara. Yang dirasakannya hanya tenggorokan yang begitu amat kering dan menginginkan air untuk diminum. "Apakah surga
Didalam kamar ini tidak ada suara apapun yang terdengar. Hanya suara hembusan napas panjang, pendek yang menjadi bukti bahwa ada seorang gadis yang sedang berbaring lemah diatas tempat tidur.Luka tusukan yang dialaminya begitu sangat parah. Satu ginjalnya harus segera dioperasi karena takut akan ada efek lain yang lebih buruk lagi. Namun dokter mengatakan bahwa operasi masih bisa menunggu hingga sampai 6 bulan mendatang. Berharap Sherina mendapatkan pendonor sebelum 6 bulan. Untuk sementara waktu, ia harus menjalani pengobatan rutin serta cuci darah.Selama dua Minggu tidak sadarkan diri, begitu banyak informasi yang tidak dia ketahui. Sherina ingin melihat berita online di ponselnya. Namun saat ini ia tidak tahu handphone nya ada dimana. Setelah sadar selama 3 hari, tidak ada satu orangpun yang datang menjenguknya. Hanya beberapa orang pihak kepolisian yang menanyakan kronologi kejadian.Terlalu sibuk dengan pikirannya hingga ia tidak menyadari keberadaan Briptu Ambri."Halo Sheri
Kesedihan yang tadi dirasakan Sherina berangsur berkurang ketika mendengar perkataan Briptu Amri. "Briptu Ambri nggak bohong kan?""Tidak, saat ini lebih baik kamu tidak muncul di depan publik." Sherina dengan cepat menganggukkan kepalanya. Sejak tadi dia memikirkan untuk bisa datang ke persidangan. Walau bagaimanapun setelah kejadian penusukan yang dilakukan oleh pembencinya, Sherina takut untuk bertemu dengan orang. "Paman Alex." Sherina tersenyum sambil menyapa Alex yang sejak tadi hanya diam dan mendengarkan obrolan antara Sherina dan Ambri."Apa kamu masih ingat wajah orang yang menusuk kamu? "Betul Amri ini kembali ke kasus Sherina. Sherina menggelengkan kepalanya. Kejadian itu begitu sangat cepat hingga dia tidak bisa mengingat dengan jelas. Namun ketika orang itu menusukkan pisau di perutnya Sherina masih sempat memandang wajahnya. Sherina kembali diam sambil terus mengingat di mana barisan orang itu berada. Sherina kembali menggelengkan kepalanya."Kamu yakin tidak ingat
"Apa kita langsung pulang ke mansion tuan Arion?" "Iya," jawab pria tampan 32 tahun itu, singkat. Beberapa minggu ini, dia sangat sibuk mengurus proyek mega triliun di kantor dan membutuhkan waktu untuk beristirahat. Dia bahkan sampai meminta asistennya untuk menggantikan rapat hari ini.Tak lama setelahnya, sang sopir pun segera mengemudikan mobil mewah keluaran Amerika milik Arion. Pria itu sedikit memandang ke belakang dari kaca spion yang tepat di atas kepalanya.Meskipun tampak tenang. Namun, jantungnya berdegup dengan cepat dengan rencana yang akan dieksekusi hari ini.Namun selama 6 bulan menjadi sopir pribadi seorang Arion Jackson, utungnya pria itu sudah sangat hafal seperti apa kebiasaan sang bos. Jadi, dia tidak banyak bertanya dan fokus dengan kemudinya.Di sisi lain, Arion mengambil botol air mineral yang terletak di dashboard penyimpanan minuman. Dibukanya botol minuman itu dan kemudian meminum air hingga lebih dari setengah bagian. Lidahnya seperti sedang mengec
"Tolong saya," rintih seorang pria berlumur darah, sambil memegang kaki Zahira.Bugh!Gadis itu jelas terkejut dan menjerit. Terlebih dia tidak bisa melihat wajah pria yang saat ini sudah mencium lantai. "Anda siapa?" tanya Zahira yang sudah tidak dijawab pria tersebut."Mengapa orang ini bisa masuk ke dalam rumahku, padahal aku hanya keluar sebentar saja." Zahira masih memegang kantong plastik yang berisi kopi dan cemilan, yang baru saja di belinya di warung dekat rumah. Dalam posisi seperti ini, ia tidak bisa melihat wajah dari pria tersebut.Zahira baru menyadari keteledorannya yang lupa mengunci pintu. Jika wanita lain melihat hal mengerikan seperti ini, sudah pasti akan ketakutan setengah mati. Namun tidak dengan Zahira, gadis cantik itu bahkan terlihat santai dalam menghadapi kasus yang begitu sangat menakutkan seperti saat ini. Saat akan masuk ke rumahnya, ia sempat melihat beberapa orang laki-laki bertubuh tinggi dan besar. Para lelaki itu, lalu lalang di depannya. Meskipun
Berulang kali Zahirah menolak panggilan telepon, hingga benda persegi panjang nan pipih itu berhenti berdering. Dengan cepat Zahira menonaktifkan ponsel yang terkena darah tersebut. Belum hilang rasa terkejut dengan nada dering, kini ia dikejutkan dengan tangan pria yang memegang pergelangan tangannya. "Siapa kamu? Ini dimana?" tanya pria itu seraya memegang luka di perutnya. Matanya terbuka lebar dan melihat ke langit-langit plafon gypsum berwarna putih tersebut."Saya yang harusnya bertanya. Bukannya kamu yang tiba-tiba berada di rumah saya." Zahira memandang pria itu dengan mengerutkan keningnya. Jika laki-laki itu berniat jahat maka Zahira akan lari. Sedang pria yang bernama Arion itu tidak akan bisa mengejarnya. Karena si lelaki tidak memakai sehelai benangpun."Auw." Rasa sakit di bagian luka saat di gerakkan, membuat pria berwajah tampan itu sedikit meringis. "Jangan bergerak, luka anda cukup parah." Zahira menahan tubuh si lelaki."Tidak. Aku harus pergi sekarang, masih ba