Didalam kamar ini tidak ada suara apapun yang terdengar. Hanya suara hembusan napas panjang, pendek yang menjadi bukti bahwa ada seorang gadis yang sedang berbaring lemah diatas tempat tidur.Luka tusukan yang dialaminya begitu sangat parah. Satu ginjalnya harus segera dioperasi karena takut akan ada efek lain yang lebih buruk lagi. Namun dokter mengatakan bahwa operasi masih bisa menunggu hingga sampai 6 bulan mendatang. Berharap Sherina mendapatkan pendonor sebelum 6 bulan. Untuk sementara waktu, ia harus menjalani pengobatan rutin serta cuci darah.Selama dua Minggu tidak sadarkan diri, begitu banyak informasi yang tidak dia ketahui. Sherina ingin melihat berita online di ponselnya. Namun saat ini ia tidak tahu handphone nya ada dimana. Setelah sadar selama 3 hari, tidak ada satu orangpun yang datang menjenguknya. Hanya beberapa orang pihak kepolisian yang menanyakan kronologi kejadian.Terlalu sibuk dengan pikirannya hingga ia tidak menyadari keberadaan Briptu Ambri."Halo Sheri
Kesedihan yang tadi dirasakan Sherina berangsur berkurang ketika mendengar perkataan Briptu Amri. "Briptu Ambri nggak bohong kan?""Tidak, saat ini lebih baik kamu tidak muncul di depan publik." Sherina dengan cepat menganggukkan kepalanya. Sejak tadi dia memikirkan untuk bisa datang ke persidangan. Walau bagaimanapun setelah kejadian penusukan yang dilakukan oleh pembencinya, Sherina takut untuk bertemu dengan orang. "Paman Alex." Sherina tersenyum sambil menyapa Alex yang sejak tadi hanya diam dan mendengarkan obrolan antara Sherina dan Ambri."Apa kamu masih ingat wajah orang yang menusuk kamu? "Betul Amri ini kembali ke kasus Sherina. Sherina menggelengkan kepalanya. Kejadian itu begitu sangat cepat hingga dia tidak bisa mengingat dengan jelas. Namun ketika orang itu menusukkan pisau di perutnya Sherina masih sempat memandang wajahnya. Sherina kembali diam sambil terus mengingat di mana barisan orang itu berada. Sherina kembali menggelengkan kepalanya."Kamu yakin tidak ingat
"Apa kita langsung pulang ke mansion tuan Arion?" "Iya," jawab pria tampan 32 tahun itu, singkat. Beberapa minggu ini, dia sangat sibuk mengurus proyek mega triliun di kantor dan membutuhkan waktu untuk beristirahat. Dia bahkan sampai meminta asistennya untuk menggantikan rapat hari ini.Tak lama setelahnya, sang sopir pun segera mengemudikan mobil mewah keluaran Amerika milik Arion. Pria itu sedikit memandang ke belakang dari kaca spion yang tepat di atas kepalanya.Meskipun tampak tenang. Namun, jantungnya berdegup dengan cepat dengan rencana yang akan dieksekusi hari ini.Namun selama 6 bulan menjadi sopir pribadi seorang Arion Jackson, utungnya pria itu sudah sangat hafal seperti apa kebiasaan sang bos. Jadi, dia tidak banyak bertanya dan fokus dengan kemudinya.Di sisi lain, Arion mengambil botol air mineral yang terletak di dashboard penyimpanan minuman. Dibukanya botol minuman itu dan kemudian meminum air hingga lebih dari setengah bagian. Lidahnya seperti sedang mengec
"Tolong saya," rintih seorang pria berlumur darah, sambil memegang kaki Zahira.Bugh!Gadis itu jelas terkejut dan menjerit. Terlebih dia tidak bisa melihat wajah pria yang saat ini sudah mencium lantai. "Anda siapa?" tanya Zahira yang sudah tidak dijawab pria tersebut."Mengapa orang ini bisa masuk ke dalam rumahku, padahal aku hanya keluar sebentar saja." Zahira masih memegang kantong plastik yang berisi kopi dan cemilan, yang baru saja di belinya di warung dekat rumah. Dalam posisi seperti ini, ia tidak bisa melihat wajah dari pria tersebut.Zahira baru menyadari keteledorannya yang lupa mengunci pintu. Jika wanita lain melihat hal mengerikan seperti ini, sudah pasti akan ketakutan setengah mati. Namun tidak dengan Zahira, gadis cantik itu bahkan terlihat santai dalam menghadapi kasus yang begitu sangat menakutkan seperti saat ini. Saat akan masuk ke rumahnya, ia sempat melihat beberapa orang laki-laki bertubuh tinggi dan besar. Para lelaki itu, lalu lalang di depannya. Meskipun
Berulang kali Zahirah menolak panggilan telepon, hingga benda persegi panjang nan pipih itu berhenti berdering. Dengan cepat Zahira menonaktifkan ponsel yang terkena darah tersebut. Belum hilang rasa terkejut dengan nada dering, kini ia dikejutkan dengan tangan pria yang memegang pergelangan tangannya. "Siapa kamu? Ini dimana?" tanya pria itu seraya memegang luka di perutnya. Matanya terbuka lebar dan melihat ke langit-langit plafon gypsum berwarna putih tersebut."Saya yang harusnya bertanya. Bukannya kamu yang tiba-tiba berada di rumah saya." Zahira memandang pria itu dengan mengerutkan keningnya. Jika laki-laki itu berniat jahat maka Zahira akan lari. Sedang pria yang bernama Arion itu tidak akan bisa mengejarnya. Karena si lelaki tidak memakai sehelai benangpun."Auw." Rasa sakit di bagian luka saat di gerakkan, membuat pria berwajah tampan itu sedikit meringis. "Jangan bergerak, luka anda cukup parah." Zahira menahan tubuh si lelaki."Tidak. Aku harus pergi sekarang, masih ba
Wajah Zahira sontak memerah menahan rasa marah dan malu. Tidak diduganya bahwa ternyata si lelaki yang baru saja diselamatkannya ini tidak punya rasa malu! Dalam kondisi sekarat saja, dia masih bisa menggodanya.Dan .... sesuatu di antara selangkangan pria itu saja bahkan masih bisa berdiri dengan sempurna! "Dasar mesum, dalam kondisi sekarat seperti ini bisa-bisanya pisang tandukmu berdiri." Zahira mengambil selimut dan melilitkan di tubuh Arion tanpa melihat area pribadi pria itu.Di sisi lain, Arion tersenyum saat melihat wajah polos Zahira yang memerah seperti kepiting rebus."Aduh tolong pelan sedikit, Kamu menekan lukaku." Pria itu pura-pura meringis.Namun, Zahira hanya diam tanpa menghiraukan pria tersebut. Arion tersenyum tipis ketika Zahira melilitkan tubuhnya dengan selimut."Ina, bantu aku berjalan?" Wajah Arion tampak menahan sakit ketika mencoba untuk berjalan. Meskipun kesal Zahira tetap membantu pria bertubuh tinggi itu berjalan. Dengan sengaja Arion memanfaatkan
"Apa ini?" Arion bertanya saat Zahira memasangkan baju untuknya."Kamu pakai bajuku dulu. Besok aku akan belikan kamu baju baru." Zahira berusaha menahan tertawanya, saat melihat wajah pria tampan nan tinggi dan tegap itu, menjadi cantik."Ini baju apa?" Tanyanya. Kening pria tampan itu berkerut memandang baju yang di pakainya. "Daster," jawab Zahira."Daster?" Arion kembali mengulang kata yang diucapkan Zahira."Iya, baju kaos kedodoran. Kamu sedang sakit dan banyak jahitan di tubuh mu. Baju ini sangat cocok untuk mu, kainnya lembut dan tidak ngepas." Zahira berbicara asal sambil membujuk si lelaki. Bersyukur pria itu tidak tahu daster, sehingga bisa membodohi si pria seperti ini.Arion hanya menganggukkan kepalanya dan percaya dengan apa yang dikatakan Zahira. "Pantas saja panjangnya sampai selutut ku." Perutnya sudah kram menahan tertawa. Bahkan sekarang wajah Zahira sudah tampak merah karena harus menahan napas dan ketawa yang siap meledak. "Tunggu sebentar, aku mau ke kamar ma
"Coba aja tadi nurut, mau pakai selimut untuk nutupin anunya, pasti nggak bakalan aku kasih daster seperti ini," batinnya. Meskipun ada rasa bersalah terhadap pria itu, namun menurutnya ini merupakan solusi terbaik."Besok, jika situasi di luar sudah aman, aku akan ke pasar untuk membelikan kamu baju dan ikan gabus." Zahira berkata sambil memotong kentang."Aku tidak suka ikan gabus." Mendengar nama ikan itu saja, sudah membuatnya ragu untuk mencoba. "Rasa ikannya sangat enak, kamu harus mencobanya dulu," bujuk Zahira. Arion hanya diam saat mendengar ucapan gadis tersebut.Zahira sudah tidak berbicara lagi. Gadis itu mulai sibuk dengan menu yang akan dimasaknya. Sebenarnya Arion ingin beranjak dari duduknya dan berdiri di samping Zahira. Dia ingin melihat secara langsung, apa yang sedang di masakan oleh gadis tersebut. Namun luka-luka ditubuhnya terasa amat sakit, perih, nyeri dan berdenyut-denyut, hingga membuat pria itu memilih untuk tetap duduk"Apa sudah selesai?" Arion memand