"Aku sangat hafal dengan aroma darah keluargaku. Karena aku sempat mengambil darah mereka dan menyapukannya ke wajahku. Pada saat itu yang terlihat olehku adalah wajahmu." Lily sengaja berkata seperti ini, hanya untuk melepaskan rasa sesak di dadanya. Heru kembali terdiam dan menundukkan kepalanya. "Kau pembunuh keluargaku." Lily mengangkat tangannya keudara. Tanpa aba-aba dia melayangkan satu pukulan di wajah Heru. Pria itu tampak terkejut bahkan dia sampai mundur beberapa langkah. "Aku sangat membencimu, terkutuk lah kau beserta seluruh anak-anak mu." Lily kembali melayangkan pukulan dan kini tepat mengenai hidung Heru. Heru menjerit kesakitan sambil menutup hidungnya yang sudah penuh dengan darah.Lily tampak begitu senang ketika melihat darah bercucuran dari hidung pria itu. Dia kembali melayangkan pukulan tepat di mulut Heru. Dan kini pun mulut pria itu bersimbah darah. Lily memandang tangannya yang menempel darah Heru. Dia kemudian mencium aroma darah tersebut. "Ini adalah
lMeskipun sudah melampiaskan semua kemarahannya, lantas tidak membuat Lily merasa puas. Wajah cantiknya masih terlihat menyeramkan dengan kilatan dendam yang menggelora."Ayo kita main-main," kata Vandra sambil mengusap kepala Lily. Saat ini mereka masih berada di parkiran kantor polisi. Vandra sudah meminta dokter terbaik untuk menangani Heru. Walau bagaimanapun pria itu harus tetap hidup sebelum di eksekusi mati.Penyelidikan atas kasus-kasus pembunuhan Heru, diungkap dengan sangat cepat. Setiap kali melakukan pembunuhan terhadap korbannya, diketahui Ema sebagai istrinya. Bahkan wanita yang terkenal lemah lembut itu, bagian dari otak tindakan kejahatan tersebut. Karena itu ia menginginkan agar keluarga pisikopat itu segera mendapatkan hukuman mati. Lily memandang pria itu dengan mengerutkan keningnya."Apa kamu tidak ingin menenangkan pikiran agar lebih fresh." Pria tampan itu tersenyum memandang Lily. Melihat kondisi Lily yang sedang bersedih, tentu saja Vandra ingin menghiburnya
Lily masuk ke dalam rumah hantu bersama dengan Vandra. Awalnya pria itu hanya menggenggam tangannya dengan erat, namun ketika melihat sosok yang melintas, pria itu langsung bersembunyi di belakang punggung Lily. Awalnya hanya bersembunyi, namun detik kemudian tangan kekar nya sudah melingkar di pinggang langsing sang gadis. "Tidak usah berlebihan, hantunya sudah kabur." Lily berkata sambil memutar kepalanya ke belakang. Dilihatnya Vandra yang sedang ketakutan. Pria itu menyembunyikan wajah tampannya dicerut leher Lily."Tidak mau, aku takut." Pria itu tetap memeluk Lily dengan erat. Lily diam dan merasakan geli ketika pria itu mengendus-endus hidung di lehernya. "Itu pocong." Dengan gerak cepat Vandra membalikan tubuh Lily hingga kini mereka saling berhadapan. Dengan otak liciknya pria itu memeluk Lily dan menyembunyikan wajahnya di bahu sang gadis. Aktingnya sungguh bagus dan terlihat seperti orang yang benar-benar ketakutan. Padahal ia tahu bahwa hantu yang ada di sini semuanya
"Masalah rumah sakit kamu tidak perlu khawatir sweet heart, aku sudah meminta Vandra untuk menghandle semuanya." Arion sudah menyiapkan semua yang terbaik untuk istrinya. Meskipun memiliki rumah sakit besar, ia tidak ingin Zahira kelelahan mengurus rumah sakit. Zahira mendengar notif di ponselnya. Dia mengambil ponsel yang terletak di nakas dan kemudian melihat notif dari SMS banking. Mata wanita muda itu terbuka lebar ketika melihat nominal yang masuk ke rekeningnya. Di sana tertulis informasi dana dari rumah sakit Zahira. "Hubby." Zahira memandang Arion dan menunjukkan nominal uang yang masuk ke rekeningnya. Rumah sakit sudah diganti nama oleh Arion. Karena itu dia memakai nama istrinya untuk rumah sakit besar tersebut. "Istri ku sudah jadi milyarder sekarang." Arion tersenyum melihat wajah istrinya yang tercengang.Zahira menutup mulutnya. Dia tidak menyangka bahwa uang dengan nominal sebesar ini ada di rekeningnya. Tak lama kemudian ponsel milik Arion berdering. Pria itu melih
Sebastian hanya diam dan menunggu Arion berbicara. "Kasus penyelidikan paman Heru sudah selesai 70 persen. Pihak kepolisian sudah berhasil mendapatkan bukti-bukti kejahatannya. Kemungkinan proses penyidikan lebih cepat dari prediksi sebelumnya." Arion menjelaskan perkembangan kasus Heru.Sebastian menganggukkan kepalanya. "Berdasarkan hasil penyelidikan, mereka terancam hukuman mati." "Apa Paman sudah tahu kalau Alina ingin bertemu dengan paman?" "Sudah." Sebastian mengambil minuman diatas meja dan kemudian meneguknya. Pria itu diam beberapa saat sambil memandang botol minuman tersebut."Kenapa?" Tanya Arion setelah melihat ekspresi wajah Sebastian."Ini minuman apa?" Sebastian kembali meneguk minuman tersebut. Dilihat dari botolnya, ia tahu bahwa harga minuman ini mencapai ratusan juta. Tapi mengapa rasanya seperti ini. Arion tersenyum memandang Sebastian. "Apa rasanya enak?""Kenapa tidak ada rasa alkoholnya?" "Isi yang asli sudah dibuang Zahira kedalam kloset. Yang didalam bo
"Kasus Heru masih dalam penyelidikan. Sebaiknya kita menunggu sampai penyelidikan selesai. Aku sarankan agar paman menemui perempuan itu setelah kasus ini diselesaikan. Aku juga ingin bertemu dengan paman Heru, namun setelah hukuman dijatuhkan." Arion tersenyum kecil memandang Sebastian. Apapun yang terjadi terhadap hidup Heru, tidak akan membuat dia merasa kasihan ataupun iba. Bahkan kalau bisa pria itu mati di depan matanya sendiri. "Aku tidak ingin bertemu dengan mereka. Karena aku tahu mereka pasti ingin meminta permintaan aneh sebelum mati. Aku malas sekali mendengar orang mengatakan, tolong kabulkan permintaan terakhirku." Sebastian berkata dengan gaya mengiba."Aku juga malas melihat pria tua itu. Jika aku melihat wajahnya, aku pasti berniat membunuhnya. Besok pagi ada rapat penting paman." Arion mengingatkan agenda penting untuk besok.Sebastian menganggukkan kepalanya. "Apa besok kita naik helikopter?" Arion tersenyum sambil mengangkat-angkat sebelah alisnya. Selama berada
Tidak ada yang bisa dilakukannya, selain bersembunyi dan menangis. Ditatapnya wajah Arion dengan penuh rasa sesal dan juga perih yang mendalam.Jika rindu, hanya ini yang bisa dilakukannya. Melihat foto tampan kakak sepupu yang tersimpan di galeri fotonya.Selama ini Sherina sangat tahu diri, Arion adalah saudara sepupu seayah dengannya, itu artinya ia tidak akan pernah bisa menjadi istri pria itu. Dengan ikhlas menerima takdir sebagai adik, yang terpenting Arion selalu menyayanginya. Bahkan Serina selalu berdoa agar sang kakak sepupu tidak pernah menikah. Dengan seperti itu dia tidak perlu takut kehilangan. Namun Heru membuat tembok tinggi yang memisahkan dirinya dengan Arion.Sherina memegang dadanya yang berdenyut nyeri. Rasanya sangat sakit sekali ketika melihat pria yang dicintai menikah dengan wanita lain. Namun lebih sakit lagi ketika menyadari Arion yang tidak perduli dan membencinya. Mungkin memang anak pembunuh sepertinya pantas untuk dibenci. Mana mungkin pria itu masih me
Arion terbangun di tengah malam. Dilihatnya Zahira yang sudah berada di atas tubuhnya."Sweet heart, aku tidak bernapas." Arion merasa sesak karena sang istri justru tidur di atas tubuhnya. "Hira sudah bangunkan hubby sejak tadi, tapi hubby gak bangun-bangun." Zahira menjawab tanpa dosa. Setelah melihat Arion bangun barulah Zahira turun dari tubuh suaminya dan duduk di tepi tempat tidur.Ulah Zahira sungguh membuat dadanya sesak. Bahkan pria itu tampak sibuk mengatur napasnya. "Sudah bangunkan sejak tadi?" Arion berusaha membuka matanya dan memandang Zahira. Rasanya ia baru saja tertidur, dan sudah harus bangun karena ulah Istri manjanya. "Iya by, masak gak terasa sih?" Zahira memandang Arion dengan kesal. Padahal sejak tadi ia sudah bersusah payah membangunkan Arion dengan berbagai cara. Mulai dari menepuk pipi, menggoncang tubuh, menarik telinga hingga mencium-cium bibir Arion dengan kesal. Namun tetap saja usahanya tidak berjalan sukses. Pada akhirnya Zahira naik ke atas tubuh s