Sebastian hanya diam dan menunggu Arion berbicara. "Kasus penyelidikan paman Heru sudah selesai 70 persen. Pihak kepolisian sudah berhasil mendapatkan bukti-bukti kejahatannya. Kemungkinan proses penyidikan lebih cepat dari prediksi sebelumnya." Arion menjelaskan perkembangan kasus Heru.Sebastian menganggukkan kepalanya. "Berdasarkan hasil penyelidikan, mereka terancam hukuman mati." "Apa Paman sudah tahu kalau Alina ingin bertemu dengan paman?" "Sudah." Sebastian mengambil minuman diatas meja dan kemudian meneguknya. Pria itu diam beberapa saat sambil memandang botol minuman tersebut."Kenapa?" Tanya Arion setelah melihat ekspresi wajah Sebastian."Ini minuman apa?" Sebastian kembali meneguk minuman tersebut. Dilihat dari botolnya, ia tahu bahwa harga minuman ini mencapai ratusan juta. Tapi mengapa rasanya seperti ini. Arion tersenyum memandang Sebastian. "Apa rasanya enak?""Kenapa tidak ada rasa alkoholnya?" "Isi yang asli sudah dibuang Zahira kedalam kloset. Yang didalam bo
"Kasus Heru masih dalam penyelidikan. Sebaiknya kita menunggu sampai penyelidikan selesai. Aku sarankan agar paman menemui perempuan itu setelah kasus ini diselesaikan. Aku juga ingin bertemu dengan paman Heru, namun setelah hukuman dijatuhkan." Arion tersenyum kecil memandang Sebastian. Apapun yang terjadi terhadap hidup Heru, tidak akan membuat dia merasa kasihan ataupun iba. Bahkan kalau bisa pria itu mati di depan matanya sendiri. "Aku tidak ingin bertemu dengan mereka. Karena aku tahu mereka pasti ingin meminta permintaan aneh sebelum mati. Aku malas sekali mendengar orang mengatakan, tolong kabulkan permintaan terakhirku." Sebastian berkata dengan gaya mengiba."Aku juga malas melihat pria tua itu. Jika aku melihat wajahnya, aku pasti berniat membunuhnya. Besok pagi ada rapat penting paman." Arion mengingatkan agenda penting untuk besok.Sebastian menganggukkan kepalanya. "Apa besok kita naik helikopter?" Arion tersenyum sambil mengangkat-angkat sebelah alisnya. Selama berada
Tidak ada yang bisa dilakukannya, selain bersembunyi dan menangis. Ditatapnya wajah Arion dengan penuh rasa sesal dan juga perih yang mendalam.Jika rindu, hanya ini yang bisa dilakukannya. Melihat foto tampan kakak sepupu yang tersimpan di galeri fotonya.Selama ini Sherina sangat tahu diri, Arion adalah saudara sepupu seayah dengannya, itu artinya ia tidak akan pernah bisa menjadi istri pria itu. Dengan ikhlas menerima takdir sebagai adik, yang terpenting Arion selalu menyayanginya. Bahkan Serina selalu berdoa agar sang kakak sepupu tidak pernah menikah. Dengan seperti itu dia tidak perlu takut kehilangan. Namun Heru membuat tembok tinggi yang memisahkan dirinya dengan Arion.Sherina memegang dadanya yang berdenyut nyeri. Rasanya sangat sakit sekali ketika melihat pria yang dicintai menikah dengan wanita lain. Namun lebih sakit lagi ketika menyadari Arion yang tidak perduli dan membencinya. Mungkin memang anak pembunuh sepertinya pantas untuk dibenci. Mana mungkin pria itu masih me
Arion terbangun di tengah malam. Dilihatnya Zahira yang sudah berada di atas tubuhnya."Sweet heart, aku tidak bernapas." Arion merasa sesak karena sang istri justru tidur di atas tubuhnya. "Hira sudah bangunkan hubby sejak tadi, tapi hubby gak bangun-bangun." Zahira menjawab tanpa dosa. Setelah melihat Arion bangun barulah Zahira turun dari tubuh suaminya dan duduk di tepi tempat tidur.Ulah Zahira sungguh membuat dadanya sesak. Bahkan pria itu tampak sibuk mengatur napasnya. "Sudah bangunkan sejak tadi?" Arion berusaha membuka matanya dan memandang Zahira. Rasanya ia baru saja tertidur, dan sudah harus bangun karena ulah Istri manjanya. "Iya by, masak gak terasa sih?" Zahira memandang Arion dengan kesal. Padahal sejak tadi ia sudah bersusah payah membangunkan Arion dengan berbagai cara. Mulai dari menepuk pipi, menggoncang tubuh, menarik telinga hingga mencium-cium bibir Arion dengan kesal. Namun tetap saja usahanya tidak berjalan sukses. Pada akhirnya Zahira naik ke atas tubuh s
Menggoreng ayam bukanlah hal yang sulit. Para art yang bertugas didapur, pasti sudah membuat stok daging ayam yang sudah dimarinasi dan diungkap. Jadi tinggal goreng saja. Lalu bagaimana dengan sambal terasi dan sayur asem?"Sweet heart, ayam goreng saja ya. Sambil terasi dan sayur asam pagi saja. Si bibi pasti sangat pandai memasaknya," bujuk Arion."Hira gak mau, Hira mau hubby yang masak," rengek Zahira"Aku tidak yakin dengan rasanya." "Hubby cukup ikuti panduan kreator, pasti sukses." Zahira tersenyum memberikan semangat untuk suaminya."Baiklah," jawab Arion yang akhirnya menurut dengan keinginan sang istri."By, Hira malas bangun, Hira tunggu di sini aja ya." Zahira yang sudah duduk kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.Arion diam memandang Zahira beberapa saat. Kalau bisa ia ingin Zahira menemani. Dengan seperti itu sang istri bisa menjadi pemandu nya ketika masak. "By, Hira tunggu di sini." Zahira kembali bersuara karena Arion hanya diam."Iya jawab Arion yang k
Meskipun yang diinginkan Zahira bukanlah menu yang sulit, namun menyiapkan ini semua bukan hal yang mudah. Bersyukur Sebastian mau membantu Arion.Kedua pria itu tersenyum manis ketika menghidangkan masakan hasil air mata dan keringat mereka."Ayo sweet heart, di makan." Arion tersenyum. Ada rasa cemas ketika ia melihat Zahira yang begitu bersemangat mencicipi sayur asamnya.Zahira mencicip masakan suaminya dengan tersenyum. Namun senyum itu memutar dalam waktu hitungan detik."Kenapa?" Tanya Arion. Jika Zahira tidak mau memakan masakannya, Arion tidak akan mempermasalahkannya. Justru dia lebih takut jika istrinya tetap memakan apa yang telah dimasaknya."Mas ksih garam berapa banyak?" Zahira baru bisa berbicara setelah meneguk satu gelas air."Setengah botol garam," jawab Arion dengan wajah sedih. "Setengah botol?" Zahira memandang ke arah bumbu dapur yang sudah berantakan."Iya, kata kreatornya masukan garam secukupnya." "Sayur asamnya asin sekali hubby." Zahira memandang Arion.
Setelah bersembunyi selama 2 bulan akhirnya Sherina memberanikan diri untuk keluar. Agar tidak menjadi perhatian orang-orang Gadis itu memakai rambut palsu dengan motel Bob Asimetris berponi. Kemudian kacamata hitam dan masker. Dengan penampilan yang seperti ini sudah pasti para wartawan dan masyarakat tidak begitu mengenalinya. Sherina keluar dari apartemen dan langsung menuju ke mobilnya. Meskipun ada rasa ragu dan takut, ia tetap mengendarai mobil menuju ke kampus. Sekian lama bersembunyi, tentu rasanya membosankan. Ada rasa senang ketika ia melihat kepadatan lalu lintas. Namun ada rasa takut ketika membayangkan seperti apa respon dari teman-teman di kampusnya nanti. Setelah menempuh perjalanan sekitar 60 menit Sherina menghentikan mobilnya di diparkiran kampusnya. Gadis itu tidak langsung keluar, namun duduk di dalam mobil sambil memandang situasi."Apa sebaiknya aku tidak melanjutkan kuliah?" Sherina bertanya sendiri. Jika keadaan seperti ini dia tidak yakin mampu dan konse
Sherina kembali ke kelas untuk mengikuti ujian selanjutnya. Di kampus ini dia masih bersyukur karena dosen-dosen berpikir secara netral. Sehingga mereka memberikan berbagai macam toleransi untuk Sherina. Terima tidak duduk di kursi yang tadi karena semua kursi di bagian depan sudah penuh dan ada satu kursi yang sengaja disisihkan dari yang lainnya dan posisi kursi itu berada tepat di paling belakang. Karena itu Sherina pun duduk di sana. "Sherina Apa kabar?" Seorang dosen wanita bertanya dengan sangat ramah. "Ya jelas baiklah Bu, malah sebentar lagi dia bakalan jadi pewaris tunggal dari harta yang didapat orang tuanya secara paksa." Sintia menyaut perkataan dari dosen tersebut. "Apa anda tidak memiliki sopan santun?" Dosen wanita itu bertanya dengan wajah marah. Cynthia terdiam mendengar pertanyaan dosennya. "Anda seorang mahasiswa, namun kenapa kelakuan Anda begitu sangat minus. Apakah pantas, saya tidak bertanya dengan anda dan anda yang menjawabnya? Jika anda tidak bisa berp