Malam ini udara begitu sangat dingin, namun Zia tidak merasakan dingin sedikitpun. Tubuhnya terasa panas hingga keningnya mulai berkeringat. Menjadi anak yang tidak diinginkan dan dibuang ketika baru lahir membuatnya tidak percaya diri. Apalagi ketika mendengar bisik-bisik para tamu yang menanyakan keluarga dari pihak permpuan karena pernikahan memakai wali hakim. Namanya juga tidak memakai binti ayah kandung melainkan Abdullah."Kenapa dari pihak permpuan tidak ada wali atau keluarganya?" Seorang wanita bernama Lina, berusia 40 tahun dengan penampilan gramor berbicara dengan tamu wanita yang lain. "Sepertinya memang tidak punya keluarga, buktinya aja gak ada satu nama pun yang tercantum. Jika seandainya ayah, ibu, paman atau tantenya sudah meninggal sekalipun tetap ditulis di undang. Ini malah gak ada," jawab istri dari salah seorang pemilik saham di perusahaan milik Arion.Iya, nama nya aja tidak memakai binti Ayah kandung, melainkan Abdullah." Wanita berusia 45 tahun itu terseny
"Sayang, kita sudah sah menjadi suami istri." Sebastian berbicara seakan meyakinkan Zia bahwa sekarang mereka sudah menjadi suami istri. Zia tidak mampu menahan tangis bahagianya. Ia sempat berpikir bahwa pernikahan ini mungkin hanya tinggal mimpi. Namun dengan nyata ia mendengar Sebastian mengucapkan ijab kabul untuknya. "Jangan nangis lagi." Sebastian mengusap air mata Zia dan kemudian mencium keningnya. Begitu banyak yang ingin diungkapkannya dengan kata-kata, namun semua kalimat tersangkut di tenggorokan tanpa bisa mengungkapkan seperti apa rasa bahagianya saat ini. Ia hanya menangis sambil memeluk Sebastian. "Aku janji akan menjadi suami yang baik untuk kamu. Mulai detik ini aku akan selalu menjaga dan melindungi kamu." Sebastian menatap wajah istrinya dan kemudian kembali mencium keningnya. Ternyata mencium kening saja tidak membuat Sebastian puas, tanpa sadar ia langsung mencium bibir istrinya.Bibir yang awalnya hanya menempel, berangsur-angsur saling menghisap. Pasangan
"Bagaimana mas Arion, Mbak Zahira, apa bisa kita mulai?" Penghulu berusia 40 tahun itu kembali bertanya ketika melihat pasangan kekasih itu berdebat panjang. "Saya mau akad nikahnya hari ini pak, namun resepsinya sesuai tanggal," jelas Arion."Tidak apa-apa jika resepsi pernikahan sesuai dengan tanggal yang sudah disepakati. Akad dilakukan malam ini meskipun secara siri namun sah menurut agama. Untuk masalah surat-menyurat serta buku nikahnya kita keluarkan di saat kalian akan melangsungkan resepsi pernikahan," kata penghulu yang didatangkan Sebastian dari Jakarta. "Apa nggak sebaiknya akad nikah dilakukan sesuai dengan tanggal yang kemarin pak?" tanya Zahira."Kondisi mas Arion sedang sakit, dia ingin yang merawatnya dokter Zahira. Jika dokter Zahira sudah menjadi istri, akan lebih baik lagi karena anda bisa fokus melakukan tugas seorang istri dan dokter untuk mas Arion. Diantar kalian sudah tidak ada lagi batasan. Hal ini yang dinginkan mas Arion. " Penghulu itu pun menjelaskan se
Jika Sebastian dan juga Zia langsung menunjukkan momen keromantisan mereka. Berbeda dengan pasangan Arion dan Zahira, mereka justru terlihat sedang berdebat panjang.Zahira sudah tidak berbicara lagi dia memilih untuk diam. Arion tersenyum dan kemudian memeluk istrinya dengan rasa bahagia.Ketika mansion diserang, ia sempat berpikir mungkin mereka tidak ditakdirkan untuk bersama. Namun walau bagaimanapun setelah kepergiannya, Zahira akan hidup dengan sangat baik. Mengingat seluruh harta kekayaan milik Arion sudah dibuat atas nama Zahira.Namun ternyata sang pencipta begitu sangat baik dan membiarkan Arion hidup bersama dengan wanita yang dia cintai. Dan mereka akan membina sebuah rumah tangga. Rumah tangga yang terasa hangat dan penuh kebahagiaan bob. Jk kehadiran anak-anak mereka. "Mas jangan buat seperti Paman Sebastian ya, malu orang rame." Zahira berbisik di daun telinga Arion. Meskipun dokter manis Itu tampak tenang namun yakinlah jantungnya sudah berdetak dengan sangat cepat
Lily memandang ke arah Sebastian. Hatinya terasa perih ketika melihat Sebastian menyuapi Zia makan.Kebahagiaan terpancar jelas di wajah Sebastian. Sedangkan Zia terlihat tersenyum malu-malu."Apakah aku terlalu bodoh karena tidak berani mengungkapkan perasaanku terhadap paman Sebastian?" Hal ini yang selalu dipertanyakan Lily. Jika ia lebih berani mengungkapkan perasaannya, mungkin Sebastian tidak akan menolaknya. Apa lagi pria itu memang tidak pernah dekat dengan wanita manapun. "Hai cantik, kenapa melamun?" Vandra sedikit mengejutkan Lily. Lily memandang Vandra dengan kesal dan kemudian mengambil cangkir kopi diatas meja dan menyeruput kopi yang masih mengepulkan asap tersebut."Bagaimana, kapan kita bertarung?" Vandra kembali mengingatkan Lily tentang pertarungan yang sudah mereka sepakati.Lily tersenyum miring memandang Vandra. Saat ini suasana hatinya sangat buruk, dia butuh tempat untuk melampiaskan kekesalannya.Melihat Vandra yang begitu bodoh dan mengajaknya bertarung,
"Sweet heart." Arion menatap Zahira dengan mata berkaca-kaca. Panggilan baru Zahira untuknya terdengar begitu sangat manis."Iya," jawab Zahira.l"Aku senang mendengar mu memanggil ku hubby." Arion tersenyum dan kemudian mencium bibir Zahira dengan lembut."By, mau apa?" Zahira mulai panik ketika Arion meraba tubuhnya. "Sweet heart, aku menginginkan mu." Arion semakin menggila dan menaikkan rok Zahira ke atas. "By, jangan sekarang." Zahira menahan tangan suaminya. "Kenapa?" Tanya Arion yang tampak kecewa. "Hubby lagi sakit." "No sweet heart, bagian ini sangat kuat dan sehat." Arion menunjuk ke arah pistol airnya. Pokoknya malam ini tidak ada penolakan dari istrinya."By, Hira gak mau melakukan hal ini disaat kondisi Hubby seperti sekarang. Hubby harus sembuh dulu." Zahira menolak tubuh suaminya. Bukan karena tidak siap, namun ia lebih mencemaskan kondisi Arion yang sedang terluka. "Sweet heart." Arion diam ketika melihat mata Zahira yang melotot. "Hira dokter, Hira tahu apa y
Zahira mengambil handuk dan melilitkan ke rambutnya. Entahlah, ia harus malu atau tidak yang pasti pakaian ini membuatnya tidak nyaman.Gaun tidur yang dipakai Zahira membuat Arion hilang konsentrasi. Bahkan ia hanya diam sambil terus menelan air ludah dan memperhatikan istrinya yang sedang duduk sambil membersihkan wajah dengan kapas kecantikan. Dari pantulan cermin, Arion dapat melihat betapa cantik dan segera wajah Zahira malam ini.Zahira meletakkan kembali krim wajah yang telah dipakainya ke atas meja. Dia kemudian berbalik dan memandang ke arah Arion yang masih duduk sambil memandangnya. "Baring!" Zahira memberi perintah ketika sudah berada di samping tempat tidur.Layaknya orang yang sedang terhipnotis Arion menurut dengan patuh. Ia kemudian berbaring di atas tempat tidur. Zahira membuka kancing kemeja suaminya satu persatu. Gerak jari lentik Zahira yang seperti sedang menggoda membuat tubuh Arion menegang dengan jantung berdebar kencang. Kalau sudah seperti ini jangan tanya
"Mereka jahat sekali." Arion berkata dengan sedih. Zahira merasa sedih ketika melihat tubuh suaminya. Dia tidak bisa membayangkan seperti apa rasa sakit yang dirasakan Arion saat itu. "Mereka mengepungku, aku melawan. Aku berhasil mengalahkan lawan. Namun lawan tidak sebanding denganku dan juga Paman. Kami hanya berdua sedangkan lawan begitu sangat banyak. Sedangkan para pengawal sudah lebih dulu mereka lumpuhkan. Mereka menangkap dan melumpuhkan ku. Kemudian menendang perutku berulang-ulang kali. Mereka berbuat sesuka hatinya dalam kondisi aku yang tidak bisa melawan." Arion berkata dengan wajah sedih. Zahira mengusap wajah suaminya dengan lembut kemudian mencium hidung mancung milik Arion. Dia sudah sangat lama ingin mencium hidung mancung Arion yang sangat disukainya."Hira meminta agar Mbak Lily membantu hobi dan juga Paman. Tapi dia nggak mau. Jika hubby tidak selamat, Hira tidak akan pernah memaafkannya." Zahira mengusap air matanya. Meskipun peristiwa Itu sudah berlalu namu
"Mas, aku gugup." Fatimah berkata sambil terus menggenggam tangan Alex. Hari ini adalah hari yang sangat ia nantikan. Dimana perban wajah dan perban mata akan dibuka. Namun entah mengapa Fatimah merasa takut dan juga gugup. Bagaimana jika operasi wajahnya gagal. Bisa saja wajahnya akan tampak menyeramkan. Atau mata yang tidak bisa melihat. "Jangan takut, operasi kamu pasti berjalan dengan sangat baik. Setelah ini kamu akan menjadi wanita tercantik." Alex paham dengan apa yang dirasakan calon istrinya. Karena itu dia menghibur calon istrinya tersebut. "Setelah buka perban, ternyata hasilnya di luar harapan. Apakah Mas masih mau dengan aku?" Fatimah berkata dengan nada sedih. Rasa cintanya sudah sangat besar untuk Alex, ia tidak akan sanggup jika kehilangan pria tersebut."Di luar harapan seperti apa maksudnya?" Alex tersenyum dan kemudian mencium punggung tangan Fatimah. "Banyak kan hasil operasi yang gagal. Misalnya saja setelah operasi wajahnya jadi aneh, atau mungkin menyeramkan
Meskipun diminta untuk beristirahat, namun Alex tidak menuruti perintah Vandra. Dengan setia ia menunggu Fatima di depan ruangan observasi. "Tuan Alex, nona Fatimah sudah sadar." Dokter yang memantau kondisi Fatimah langsung memberi tahu Alex. Mereka sangat kagum melihat cinta Alex yang begitu tulus untuk Fatimah. Didunia ini sangat langka bisa di temukan pria seperti Alex. Pria yang mencintai tanpa memandang fisik. "Benarkah? Apakah saya bisa langsung melihatnya?" Alex yang sudah tampak kelelahan, langsung bersemangat ketika mendengar kabar tentang calon istrinya."Silahkan." Dokter berkaca mata itu membersihkan Alex untuk masuk. "Jika nanti nona Fatimah meminta minum, anda berikan saja minum sedikit. Di sana sudah ada gelas minum serta takarannya. Nona Fatimah boleh minum persatu jam." Dokter berkaca mata itu menjelaskan.Dengan cepat Alex menganggukkan kepalanya. Ia langsung masuk ke ruangan operasi. Hal pertama yang dirasakannya, rasa sakit dan perih. Ia tidak bisa membayangkan
Alex menunggu di depan ruang operasi bersama dengan Arion dan Sebastian. Namun karena operasi berjalan sangat lama, Arion dan Sebastian pulang. Kini tinggal Alex seorang yang menunggu. 20 jam menunggu akhirnya lampu yang menyala di ruang operasi dipadamkan. Ini pertanda bahwa operasi telah selesai. Namun tetap saja Alex merasakan jantungnya yang berdebar dengan cepat. Bagaimana jika operasi tidak berjalan dengan baik. Hal itu rasanya tidak mungkin, mengingat tim dokter yang disediakan oleh Arion bukanlah tim Dokter sembarangan. Bahkan Arion mendatangkan dokter-dokter dari luar negeri yang memang sudah terkenal dengan kemampuan dibidangnya masing-masing. Pintu ruangan terbuka, tim Dokter pun keluar dari dalam ruangan. "Dokter Vandra, bagaimana kondisinya?" Alex langsung bertanya dengan Vandra yang merupakan ketua tim."Operasi berjalan dengan lancar namun pasien masih dalam keadaan kritis. Dalam artian kita akan menunggu selama 24 jam untuk memantau kondisi pasien. Jika kondisi pa
Arion sibuk mengganti popok putrinya yang sedang pup. Dengan sangat telaten, pria tampan itu membersihkan pantat bayinya dengan tisu basah. Setelah bersih barulah memasangkan popok yang baru. Arion sangat menikmati perannya menjadi seorang ayah. Ketika putri kecilnya menangis, ia yang bangun lebih dulu. Jika bayi cantik itu bangun karena merasa tidak nyaman dan meminta diganti pipok, Arion tidak akan membangunkan istrinya, dia yang akan menganggti sendiri."Anak Daddy sudah wangi." Arion tersenyum dan mencium pipi bulat putrinya. "Kamu sangat cantik, Mirip mommy." Arion berkata sambil memandang Zahira yang tertidur lelap. Bayi cantik itu memandang Arion dengan bibir bulat. Seakan ia sedang berbicara dengan Daddy nya. Wajah bayi cantik itu sangatlah sempurna. Hidung mancung, bibir kecil, warna kulit putih kemerahan dan rambut yang berwarna coklat. Meskipun paras wajahnya mirip Zahira, namun warna kulit, hidung, mata, Serta alis, milik sang Daddy. Sepertinya bayi cantik itu sangat p
"Paman, sudah 1 bulan aku disini. Aku bosan mencium aroma obat dan juga aroma desinfektan. Aku rindu aroma kamar. Aku rindu dengan tempat tidur yang empuk seperti di dalam kamar ku. Paman, Aku ingin pulang. Apa Paman bisa meminta izin dengan dokter?" Tanya Shelina. Alex diam beberapa saat. "Ya Paman, aku sudah tidak mau lagi merasakan seperti ini. aku ingin pulang saja. Aku sudah lelah merasakan jarum suntik yang selalu menusuk kulit ku. Aku juga sudah bosan minum obat, hingga lidah ku terasa pahit. Aku ingin menikmati hidup, makan yang banyak tanpa larangan. Minum-minum yang manis dan segar. Aku juga ingin makan bakso dengan cabe rawit." Shelina sudah seperti orang yang pasrah dan putus asa. Ia tidak ingin menghabiskan sisa umurnya di atas tempat tidur pasien. "Kamu jangan bicara seperti itu. Dokter sedang mengatur jadwal operasi kamu. Ada orang yang bersedia mendonorkan mata serta ginjalnya." Alex memberi tahu Shelina. Setelah mendengar ini, ia berharap Shelina akan bersemang
Mendengar perkataan Arion, Zahira pun menganggukkan kepalanya. Dia kembali mengejan. Satu kali, dua kali hingga 3 kali, akhirnya terdengar suara bayi memenuhi ruangan. Suaranya benar-benar ngebas dan melengking. "Bisa dipastikan bakal jadi rocker." Dokter yang membantunya berkata dengan tertawa. Bayi perempuan itu benar-benar sangat cantik dengan hidung yang mancung seperti Daddy nya. Sedangkan bibir kecil seperti mommy nya. "Ini tidak mirip dengan dokter Zahira." Dokter itu langsung memberikan penilaian sambil mengamati wajah cantik bayi tersebut."Iya, mirip dengan Daddy nya," kata suster yang satunya. "Ini mirip dokter Zahira." Suster yang sedang membersihkan bayi cantik itu ikut berbicara. "Mirip sekali dengan dokter Zahira," kata dokter anak yang sedang memeriksa detak jantung bayi. Arion dan Zahira tampak kebingungan ketika melihat tim medis yang ribut memperdebatkan masalah anak yang mirip ibu atau mirip ayahnya. "Sebaiknya kalian jangan berkelahi. Kami membuat dan saling
Didalam mobil Sebastian duduk di posisi tengah. Sedangkan Zahira di sebelah kiri dan Zia disebelah kanan. Pria itu tampak kewalahan ketika menghadapi istri, serta istri dari keponakannya. Rambutnya ditarik dari sebelah kanan dan kiri. Hingga dia harus merasakan sakit di kulit kepalanya. Mengapa kedua wanita ini begitu sangat kejam hingga menyiksanya seperti ini. Sebenarnya yang salah siapa, apakah calon anak dan juga calon keponakannya? Sebastian hanya bisa pasrah ketika rambutnya di tarik dari segala arah. Bukan hanya rambut saja yang ditarik Zahira dan Zia, tangan kiri kanan juga menjadi sasaran kesakitan kedua wanita tersebut.Selama perjalanan ke rumah sakit, Sebastian merasakan penderitaan yang luar biasa. Kedua wanita itu yang akan melahirkan, namun dia juga merasakan kesakitan yang tidak kalah hebatnya. Belum lagi Zia yang mengomel karena menganggap ini semua karena ulah Sebastian.Namun rasa kesal di hatinya mendadak hilang ketika melihat wajah Zia yang begitu sangat kesaki
Mpok Siti berlari ke rumah Sebastian tanpa memutuskan sambungan telepon dengan Arion. "Tuan Sebastian!" Empok Siti langsung memanggil Sebastian. "Ada apa mpok." Sebastian tampak sedang panik. Pria itu baru saja keluar dari kamar sambil memapah istrinya."Tuhan Sebastian, Nyonya Zahira sedang kesakitan. Sedangkan Tuan Arion sekarang di rumah sakit. Jika menunggu tuan Arion pulang, takutnya Nyonya Zahira kelamaan menahan sakitnya. Apakah tuan bisa membawa Nyonya Zahira ke rumah sakit." Mpok Siti berkata dengan tergesa-gesa. Tampak jelas bahwa wanita paruh baya itu benar-benar panik dan mencemaskan kondisi majikannya. "Zia juga sedang kesakitan mau melahirkan. Saya juga mau ke rumah sakit. Baiklah sekalian saja saya akan membawa mereka langsung ke rumah sakit," kata Sebastian "Nyonya Zia juga akan melahirkan?" Mpok Siti terkejut ketika mendengar perkataan dari Sebastian. "Iya, Mpok tolong bawakan tas ke mobil." Sebastian menunjuk tas yang sudah disiapkannya."Baik Tuan." Mpok Siti
"Paman, segera temukan orang yang menyiram Sherina dengan air keras. Aku yakin pelakunya sama dengan orang yang menikam Shelina." Arion berkata dengan wajah marah.Meskipun Heru begitu kejam terhadapnya namun ia tidak sepenuhnya membenci Shelina. Rasa sayang terhadap Shelina tidak akan pernah hilang begitu saja.Melihat Shelina sakit hingga tubuhnya kurus seperti ini saja sudah membuat dia sedih. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada yang mau mendonorkan ginjal untuk gadis malang tersebut."Baik," jawab Alex. Tanpa di perintahkan Arion, ia akan mencari orang itu sampai dapat. "Berikan perawatan terbaik untuk Sherina. Aku ingin dia ditangani oleh dokter kulit terbaik. Begitu juga dengan matanya. Jika perlu kamu boleh mendatangkan dokter dari luar negeri. "Arion berkata sambil memandang Dokter Vandra yang duduk di depannya. "Baiklah, aku memiliki teman yang merupakan dokter terbaik di dunia. Aku akan mengundangnya datang ke sini. Aku yakin dia pasti bersedia untuk memb