"Bagaimana mas Arion, Mbak Zahira, apa bisa kita mulai?" Penghulu berusia 40 tahun itu kembali bertanya ketika melihat pasangan kekasih itu berdebat panjang. "Saya mau akad nikahnya hari ini pak, namun resepsinya sesuai tanggal," jelas Arion."Tidak apa-apa jika resepsi pernikahan sesuai dengan tanggal yang sudah disepakati. Akad dilakukan malam ini meskipun secara siri namun sah menurut agama. Untuk masalah surat-menyurat serta buku nikahnya kita keluarkan di saat kalian akan melangsungkan resepsi pernikahan," kata penghulu yang didatangkan Sebastian dari Jakarta. "Apa nggak sebaiknya akad nikah dilakukan sesuai dengan tanggal yang kemarin pak?" tanya Zahira."Kondisi mas Arion sedang sakit, dia ingin yang merawatnya dokter Zahira. Jika dokter Zahira sudah menjadi istri, akan lebih baik lagi karena anda bisa fokus melakukan tugas seorang istri dan dokter untuk mas Arion. Diantar kalian sudah tidak ada lagi batasan. Hal ini yang dinginkan mas Arion. " Penghulu itu pun menjelaskan se
Jika Sebastian dan juga Zia langsung menunjukkan momen keromantisan mereka. Berbeda dengan pasangan Arion dan Zahira, mereka justru terlihat sedang berdebat panjang.Zahira sudah tidak berbicara lagi dia memilih untuk diam. Arion tersenyum dan kemudian memeluk istrinya dengan rasa bahagia.Ketika mansion diserang, ia sempat berpikir mungkin mereka tidak ditakdirkan untuk bersama. Namun walau bagaimanapun setelah kepergiannya, Zahira akan hidup dengan sangat baik. Mengingat seluruh harta kekayaan milik Arion sudah dibuat atas nama Zahira.Namun ternyata sang pencipta begitu sangat baik dan membiarkan Arion hidup bersama dengan wanita yang dia cintai. Dan mereka akan membina sebuah rumah tangga. Rumah tangga yang terasa hangat dan penuh kebahagiaan bob. Jk kehadiran anak-anak mereka. "Mas jangan buat seperti Paman Sebastian ya, malu orang rame." Zahira berbisik di daun telinga Arion. Meskipun dokter manis Itu tampak tenang namun yakinlah jantungnya sudah berdetak dengan sangat cepat
Lily memandang ke arah Sebastian. Hatinya terasa perih ketika melihat Sebastian menyuapi Zia makan.Kebahagiaan terpancar jelas di wajah Sebastian. Sedangkan Zia terlihat tersenyum malu-malu."Apakah aku terlalu bodoh karena tidak berani mengungkapkan perasaanku terhadap paman Sebastian?" Hal ini yang selalu dipertanyakan Lily. Jika ia lebih berani mengungkapkan perasaannya, mungkin Sebastian tidak akan menolaknya. Apa lagi pria itu memang tidak pernah dekat dengan wanita manapun. "Hai cantik, kenapa melamun?" Vandra sedikit mengejutkan Lily. Lily memandang Vandra dengan kesal dan kemudian mengambil cangkir kopi diatas meja dan menyeruput kopi yang masih mengepulkan asap tersebut."Bagaimana, kapan kita bertarung?" Vandra kembali mengingatkan Lily tentang pertarungan yang sudah mereka sepakati.Lily tersenyum miring memandang Vandra. Saat ini suasana hatinya sangat buruk, dia butuh tempat untuk melampiaskan kekesalannya.Melihat Vandra yang begitu bodoh dan mengajaknya bertarung,
"Sweet heart." Arion menatap Zahira dengan mata berkaca-kaca. Panggilan baru Zahira untuknya terdengar begitu sangat manis."Iya," jawab Zahira.l"Aku senang mendengar mu memanggil ku hubby." Arion tersenyum dan kemudian mencium bibir Zahira dengan lembut."By, mau apa?" Zahira mulai panik ketika Arion meraba tubuhnya. "Sweet heart, aku menginginkan mu." Arion semakin menggila dan menaikkan rok Zahira ke atas. "By, jangan sekarang." Zahira menahan tangan suaminya. "Kenapa?" Tanya Arion yang tampak kecewa. "Hubby lagi sakit." "No sweet heart, bagian ini sangat kuat dan sehat." Arion menunjuk ke arah pistol airnya. Pokoknya malam ini tidak ada penolakan dari istrinya."By, Hira gak mau melakukan hal ini disaat kondisi Hubby seperti sekarang. Hubby harus sembuh dulu." Zahira menolak tubuh suaminya. Bukan karena tidak siap, namun ia lebih mencemaskan kondisi Arion yang sedang terluka. "Sweet heart." Arion diam ketika melihat mata Zahira yang melotot. "Hira dokter, Hira tahu apa y
Zahira mengambil handuk dan melilitkan ke rambutnya. Entahlah, ia harus malu atau tidak yang pasti pakaian ini membuatnya tidak nyaman.Gaun tidur yang dipakai Zahira membuat Arion hilang konsentrasi. Bahkan ia hanya diam sambil terus menelan air ludah dan memperhatikan istrinya yang sedang duduk sambil membersihkan wajah dengan kapas kecantikan. Dari pantulan cermin, Arion dapat melihat betapa cantik dan segera wajah Zahira malam ini.Zahira meletakkan kembali krim wajah yang telah dipakainya ke atas meja. Dia kemudian berbalik dan memandang ke arah Arion yang masih duduk sambil memandangnya. "Baring!" Zahira memberi perintah ketika sudah berada di samping tempat tidur.Layaknya orang yang sedang terhipnotis Arion menurut dengan patuh. Ia kemudian berbaring di atas tempat tidur. Zahira membuka kancing kemeja suaminya satu persatu. Gerak jari lentik Zahira yang seperti sedang menggoda membuat tubuh Arion menegang dengan jantung berdebar kencang. Kalau sudah seperti ini jangan tanya
"Mereka jahat sekali." Arion berkata dengan sedih. Zahira merasa sedih ketika melihat tubuh suaminya. Dia tidak bisa membayangkan seperti apa rasa sakit yang dirasakan Arion saat itu. "Mereka mengepungku, aku melawan. Aku berhasil mengalahkan lawan. Namun lawan tidak sebanding denganku dan juga Paman. Kami hanya berdua sedangkan lawan begitu sangat banyak. Sedangkan para pengawal sudah lebih dulu mereka lumpuhkan. Mereka menangkap dan melumpuhkan ku. Kemudian menendang perutku berulang-ulang kali. Mereka berbuat sesuka hatinya dalam kondisi aku yang tidak bisa melawan." Arion berkata dengan wajah sedih. Zahira mengusap wajah suaminya dengan lembut kemudian mencium hidung mancung milik Arion. Dia sudah sangat lama ingin mencium hidung mancung Arion yang sangat disukainya."Hira meminta agar Mbak Lily membantu hobi dan juga Paman. Tapi dia nggak mau. Jika hubby tidak selamat, Hira tidak akan pernah memaafkannya." Zahira mengusap air matanya. Meskipun peristiwa Itu sudah berlalu namu
Zahira mulai dilema apakah harus menerima permintaan suaminya atau tetap terus menolak. Melihat Arion yang begitu sangat menginginkannya membuatnya tidak tega. "Sweet heart boleh ya?" Arion meminta sambil memohon. Zahira diam tanpa menjawab. Tampaknya dia masih memikirkan keputusan yang harus diambil. Melihat respon tubuh istrinya, Arion semakin senang. Ia mencium setiap inci di permukaan kulit Zahira. Mulai dari bibir, telinga, leher dada dan hingga sampai ke bawah perut. Zahira mulai larut dalam permainan. Bahkan dia mulai mengeluarkan suara halus dari bibirnya. "Sweet heart, boleh ya." Arion berkata ketika dia tahu bahwa Zahira sudah dalam kuasa kendalinya."Hubby, kalau sakit jangan dilanjutin ya, stop saja. Kita bisa melakukannya ketika hubby sudah benar-benar sehat." Zahira berkata dengan nafas tersengal-sengal. Suaminya begitu sangat pintar sehingga membuatnya tak berdaya.Bahkan Zahira menginginkan hal yang lebih .Arion tersenyum mendengar perkataan Zahira. Istrinya meman
Zahira terbangun ketika mendengar Arion mengigau. Dipandangnya wajah Arion yang memucat. "Hubby." Zahira memanggil Arion sambil meletakkan punggung tangannya di kening Arion. "Ya ampun, panas sekali." Zahira terkejut ketika merasakan suhu tubuh Arion yang sangat panas. Zahira beranjak dari duduknya dan berjalan untuk mengambil tas medis yang disimpan di dalam lemari. "Duh pedih sekali." Zahira berdiri beberapa saat untuk menetralkan rasa sakit di bagian intinya. Setelah rasa perih sedikit berkurang ia berjalan menuju ke lemari dan mengambil tas medisnya."Mi, aku rindu." Zahira mendengar Arion memanggil ibunya.Dengan cepat Zahira memeriksa suhu tubuh suaminya dengan termometer. "41,7." Zahira terkejut ketika melihat suhu tubuh Arion. "Mami, papi, aku rindu kalian." Arion tersenyum dengan mata tertutup rapat. Terlihat jelas bahwa pria itu sangat bahagia."Kalian sudah bisa tenang sekarang. Mereka akan membayar perbuatannya dengan hukuman yang setimpal. Aku mau mereka dihukum ma
Setelah selesai menjenguk sang Papi, Shelina berpindah ke lapas perempuan. Ia di kursi tunggu sambil menunggu kedatangan sang Mami dan juga Kakaknya. Shelina tersenyum ketika melihat Ema dan Alina datang secara bersama. "Mami, Shelin bahwa dimsum." Dengan senyum ceria Shelina memeluk Ema. Setelah seluruh keluarganya ditahan, Shelina kehilangan semangat dalam hidupnya. Ia juga tidak bisa bebas keluar, karena pembencinya yang begitu banyak. Dimanapun Shelina berada, Jika berjumpa dengan masyarakat, pasti langsung di hujat. Tak jarang juga, ia dipukul dan dipermalukan di depan umum. Karena statusnya anak seorang pembunuh. Naman Irwan yang melekat di belakang namanya, membuat Shelina tidak bisa bekerja di manapun. Namun walau seperti kondisinya, Shelina tetap tidak mengeluh dan menyalakan orang tuanya."Wah enak sekali, apa ini Shelin yang masak?" Ema langsung membuka kotak makanan dan mencicipi masakan yang dibawakan Shelina."Iya dong mi," jawab Shelina dengan bangga."Enak sekali k
Shelina tidak kuasa menahan tangisnya ketika melihat berita. Pemberitaan diberitahukan bahwa tanggal eksekusi mati untuk 3 orang terpidana pembunuhan sadis sudah di tetapkan. Tanggal 25 Januari 2025, tiga orang terpidana akan dieksekusi. Terpidana itu adalah Heru Irawan 50 tahun, Ema Sari 47 tahun, Alina Irawan, 25 tahun. Itu artinya hanya satu Minggu lagi. Seharusnya Heru sudah di hukum mati sejak tanggal 10 November 2024. Namun ternyata diundang hingga tanggal 25 Januari. Shelina duduk termenung sambil memandang foto keluarga. Foto ini diambil ketika Alina baru kembali dari Paris. Ia tidak menduga bahwa inilah foto terakhirnya bersama keluarga. Kuat tidak kuat, ia harus tetap menghadapinya dan mencoba untuk iklas menerima kematian orang-orang yang disayanginya dengan cara seperti ini. Mungkin dengan cara kematian seperti ini dosa-dosa mereka dapat sedikit terampuni. Tubuh Shelina semakin lama semakin lemah. Kesehatannya juga semakin memburuk. Seharusnya dia sudah menjalani operasi
"Apa?"tanya Jhon. Pria itu terlalu polos dan tidak bisa memikirkan hal yang menarik seperti Arion."Balas dendam terbaik dengan menjadikan Mereka manusia sampah. Dipandang hina dan menjijikan. Hidup segan mati tak mau," bisik Arion "Maksudmu?" tanya Jhon yang masih tidak paham. "Kau bisa memotong kedua tangan mereka. Memotong kaki, cungkil juga matanya. Jika tidak ingin mereka berbicara dan bernyanyi, potong lidahnya juga," kata Arion.Tubuh Agus dan tiga orang rekannya yang lain langsung gemetar bahkan sampai kencing di celana. Meskipun anggota tubuhnya masih utuh, namun dia sudah bisa membayangkan jika tidak memiliki kaki. Lalu bagaimana dengan nasib anak istrinya.Jhon menganggukkan kepalanya tanda setuju. Bahkan pria itu terlihat sangat bersemangat. Apa yang dikatakan Arion benar-benar menarik. "Aku akan potong tangan, kaki, congkel mata dan potong pisangnya juga." Ha... Ha .... Suara tertawa Jhon memenuhi seisi ruangan tersebut. "Kau suruh orang gila bertindak?" Sebastian yan
"Kau tidak dengar apa yang aku katakan." Arion meninju perut Agus dengan keras. Hingga pria itu menjerit kesakitan."Aku." Agus ingin berbicara namun tidak bisa. Kakinya sudah gemetar lebih dulu. Bahkan ia sangat ketakutan untuk mengakui semua perbuatan bejatnya terhadap Cecilia.Setelah peristiwa itu, Cecilia menjadi gila. Itu artinya tidak ada yang akan mengetahui apa sebenarnya yang terjadi terhadap wanita itu. Ia sangat yakin bahwa perbuatannya tidak akan pernah diketahui oleh siapapun. Terbukti selama 7 tahun ini ia bisa hidup nyaman tanpa ada yang mengetahui apa yang telah dilakukannya di masa lalu. Agus juga memiliki istri serta dua orang anak. Bisa dikatakan hidupnya sangat bahagia. "Jelaskan apa maksudmu." John sudah mulai marah. Kepalanya pusing ketika menebak apa yang sebenarnya terjadi."Kau tidak bisa jelaskan?" Arion menunjuk wajah pria itu dengan keras. "Barang milik mu ini sudah menghancurkan hidup seorang gadis, hingga dia gila dan bahkan melahirkan anak. Apa kau ta
"Kau devil, setelah apa yang kau lakukan terhadap adikku, kau katakan tidak mengenalinya?" John begitu sangat marah dan ingin meninju Arion. Namun sayang Arion tak bernyali melawannya. Bahkan sengaja mengingat tangan serta kakinya. "Aku tidak pernah mengelak dengan apa yang telah kulakukan. Aku memang dulunya sering melakukan hal seperti itu dengan para wanita. Namun asal kau tahu, aku tidak pernah memperlakukan wanita dengan cara menjijikan seperti itu. Perbuatan yang seperti itu bukan aku banget. Pada umumnya para wanita bodoh yang menyerahkan tubuhnya secara sukarela. Dan mereka juga melakukannya dalam keadaan sadar. Mereka juga yang memaksaku untuk menyentuhnya. Jadi aku tidak pernah membuat hal memalukan seperti itu. Aku juga tidak pernah meminta lawan main ku untuk menutup mata seperti sedang bermain Lu-lu China buta." Tak ada ekspresi apapun dari raut wajahnya. Dan hal ini yang membuat John semakin marah."Kau tidak perlu berbohong?" Jangan tersenyum mengejek. Kondisinya saat
Alex beserta anak buahnya sudah berada di parkiran mobil. Saat ini mereka berada di perusahaan milik John. Sesuai jadwal, pria dengan rambut plontos itu keluar dari kantornya dan langsung ke parkiran mobil. John berjalan dengan santai menuju ke parkiran. Jika dilihat gaya serta gerak-geriknya tidak ada sedikitpun mencerminkan bahwa dia salah seorang pembunuh yang ikut serta dalam misi Heru. Tempat parkiran khusus untuk pemilik perusahaan ini memang termasuk sepi, karena hanya ada satu mobilnya yang terparkir di sana. Kondisi seperti ini dimanfaatkan Alex dengan baik. Dalam waktu singkat mereka sudah berhasil melumpuhkan John. Pria bertubuh tinggi itu tidak sadarkan diri ketika tekuk lehernya dipukul dengan keras. Alex meminta kepada anak buahnya untuk memasukkan John ke dalam mobil. Setelah itu mengikat tangan serta kaki pria tersebut dan membawanya ke markas yang sudah ditentukan oleh Arion. Didalam markas ini sudah ada 4 orang pria yang merupakan Agus beserta 3 orang rekannya.
"Mungkin kau bisa ingat ketika melihat fotonya." Sebastian menunjukkan foto seorang gadis yang disimpannya di galeri. Arion memandang foto itu dengan serius namun tetap menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak mengingat gadis itu. "Apa benar dia pernah tidur denganku? Aku saja baru melihat wajahnya.""Kau tidak mengingatnya?""Sama sekali tidak paman. Jika si John itu bekerja sama dengan paman Heru sejak 6 tahun terakhir, kemungkinan aku mengenal adiknya lebih dari 6 tahun."Sebastian menganggukkan kepalanya. "6, 7 bahkan 10 tahun yang lalu sekalipun, aku bukanlah pria brengsek. Aku baru menjadi seperti itu sejak 5 tahun terakhir, dan tobat setelah mengenal Zahira." Arion mengingat kembali dosa masa lalunya."Ya mana aku tahu kalau masalah di atas ranjang kau," jawab Sebastian.Arion menggelengkan kepalanya. "Apa benar dia tidur denganku?"Sebastian mengambil handphonenya dan menghubungi orang yang selama ini diperintahkan nya menyelidiki tentang Jhon. "Coba kau selidiki kapa
"Aku merasa menjadi anak yang durhaka, paman. Mereka yang sudah membunuh papi, mami serta calon adikku. Namun aku justru menjadi dia raja. Aku beri saham yang cukup tinggi. Dengan tujuan dia, istri dan anak-anaknya hidup serba berkecukupan. Aku beri dia jabatan yang tinggi, agar semua orang menghormatinya." Arion tertawa sumbang. Meskipun hukuman mati sudah di tentukan untuk mengakhiri hidup Heru berserta keluarganya, tetap saja Arion merasakan sakit yang luar biasa. Bahkan dia tidak akan pernah memaafkan orang itu. Jangankan untuk memaafkan, melihat wajahnya pun tak sudi."Ya sudahlah kalau kau tidak mau berjumpa dengan orang itu. Aku hanya menyampaikan pesan Briptu Ambri. Jika aku jadi kau, aku juga tidak akan mau berjumpa dengan dia." Sebastian mengangkat kedua bahunya dan dengan gaya acuh tak acuh. Sudah berulang kali Heru meminta untuk berjumpa dengannya. Namun Arion tidak mau menerima bertemu dengan pria bejat tersebut. Ia juga tidak tertarik untuk mendengar drama kesedihan He
Arion sibuk dengan handphone ditangannya, sedangkan mata melirik ke arah Zahira yang sedang memakai baju. Perut istrinya itu sudah semakin besar, namun mengapa Zahira terlihat semakin menggoda. Bobot berat tubuhnya bertambah hingga 15 kg, membuat tubuhnya terlihat berisi dan semok. "Hubby, tolongin." Zahira berkata ketika kesulitan memasukkan kakinya ke dalam kaki celana. "Tolong apa?" Arion berpura-pura sibuk dengan handphone nya sehingga tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Zahira. "Hobi, Hira susah pakai celana," kata Zahira dengan kesal."Kalau begitu tidak usah dipakai sweet heart. Arion melepaskan handphone di tangannya dan langsung mendekati istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur. "Hobi mau ngapain?" Zahira memandang Arion dengan mata terbelalak. "Kata dokter agar pembukaan cepat maka si botak harus sering-sering lihat anak." Arion tersenyum mesum memandang perut buncit Zahira. Sebagai seorang dokter, Zahira tidak bisa membantah Perkataan suaminya. "Iya, t