"Sweet heart." Arion menatap Zahira dengan mata berkaca-kaca. Panggilan baru Zahira untuknya terdengar begitu sangat manis."Iya," jawab Zahira.l"Aku senang mendengar mu memanggil ku hubby." Arion tersenyum dan kemudian mencium bibir Zahira dengan lembut."By, mau apa?" Zahira mulai panik ketika Arion meraba tubuhnya. "Sweet heart, aku menginginkan mu." Arion semakin menggila dan menaikkan rok Zahira ke atas. "By, jangan sekarang." Zahira menahan tangan suaminya. "Kenapa?" Tanya Arion yang tampak kecewa. "Hubby lagi sakit." "No sweet heart, bagian ini sangat kuat dan sehat." Arion menunjuk ke arah pistol airnya. Pokoknya malam ini tidak ada penolakan dari istrinya."By, Hira gak mau melakukan hal ini disaat kondisi Hubby seperti sekarang. Hubby harus sembuh dulu." Zahira menolak tubuh suaminya. Bukan karena tidak siap, namun ia lebih mencemaskan kondisi Arion yang sedang terluka. "Sweet heart." Arion diam ketika melihat mata Zahira yang melotot. "Hira dokter, Hira tahu apa y
Zahira mengambil handuk dan melilitkan ke rambutnya. Entahlah, ia harus malu atau tidak yang pasti pakaian ini membuatnya tidak nyaman.Gaun tidur yang dipakai Zahira membuat Arion hilang konsentrasi. Bahkan ia hanya diam sambil terus menelan air ludah dan memperhatikan istrinya yang sedang duduk sambil membersihkan wajah dengan kapas kecantikan. Dari pantulan cermin, Arion dapat melihat betapa cantik dan segera wajah Zahira malam ini.Zahira meletakkan kembali krim wajah yang telah dipakainya ke atas meja. Dia kemudian berbalik dan memandang ke arah Arion yang masih duduk sambil memandangnya. "Baring!" Zahira memberi perintah ketika sudah berada di samping tempat tidur.Layaknya orang yang sedang terhipnotis Arion menurut dengan patuh. Ia kemudian berbaring di atas tempat tidur. Zahira membuka kancing kemeja suaminya satu persatu. Gerak jari lentik Zahira yang seperti sedang menggoda membuat tubuh Arion menegang dengan jantung berdebar kencang. Kalau sudah seperti ini jangan tanya
"Mereka jahat sekali." Arion berkata dengan sedih. Zahira merasa sedih ketika melihat tubuh suaminya. Dia tidak bisa membayangkan seperti apa rasa sakit yang dirasakan Arion saat itu. "Mereka mengepungku, aku melawan. Aku berhasil mengalahkan lawan. Namun lawan tidak sebanding denganku dan juga Paman. Kami hanya berdua sedangkan lawan begitu sangat banyak. Sedangkan para pengawal sudah lebih dulu mereka lumpuhkan. Mereka menangkap dan melumpuhkan ku. Kemudian menendang perutku berulang-ulang kali. Mereka berbuat sesuka hatinya dalam kondisi aku yang tidak bisa melawan." Arion berkata dengan wajah sedih. Zahira mengusap wajah suaminya dengan lembut kemudian mencium hidung mancung milik Arion. Dia sudah sangat lama ingin mencium hidung mancung Arion yang sangat disukainya."Hira meminta agar Mbak Lily membantu hobi dan juga Paman. Tapi dia nggak mau. Jika hubby tidak selamat, Hira tidak akan pernah memaafkannya." Zahira mengusap air matanya. Meskipun peristiwa Itu sudah berlalu namu
Zahira mulai dilema apakah harus menerima permintaan suaminya atau tetap terus menolak. Melihat Arion yang begitu sangat menginginkannya membuatnya tidak tega. "Sweet heart boleh ya?" Arion meminta sambil memohon. Zahira diam tanpa menjawab. Tampaknya dia masih memikirkan keputusan yang harus diambil. Melihat respon tubuh istrinya, Arion semakin senang. Ia mencium setiap inci di permukaan kulit Zahira. Mulai dari bibir, telinga, leher dada dan hingga sampai ke bawah perut. Zahira mulai larut dalam permainan. Bahkan dia mulai mengeluarkan suara halus dari bibirnya. "Sweet heart, boleh ya." Arion berkata ketika dia tahu bahwa Zahira sudah dalam kuasa kendalinya."Hubby, kalau sakit jangan dilanjutin ya, stop saja. Kita bisa melakukannya ketika hubby sudah benar-benar sehat." Zahira berkata dengan nafas tersengal-sengal. Suaminya begitu sangat pintar sehingga membuatnya tak berdaya.Bahkan Zahira menginginkan hal yang lebih .Arion tersenyum mendengar perkataan Zahira. Istrinya meman
Zahira terbangun ketika mendengar Arion mengigau. Dipandangnya wajah Arion yang memucat. "Hubby." Zahira memanggil Arion sambil meletakkan punggung tangannya di kening Arion. "Ya ampun, panas sekali." Zahira terkejut ketika merasakan suhu tubuh Arion yang sangat panas. Zahira beranjak dari duduknya dan berjalan untuk mengambil tas medis yang disimpan di dalam lemari. "Duh pedih sekali." Zahira berdiri beberapa saat untuk menetralkan rasa sakit di bagian intinya. Setelah rasa perih sedikit berkurang ia berjalan menuju ke lemari dan mengambil tas medisnya."Mi, aku rindu." Zahira mendengar Arion memanggil ibunya.Dengan cepat Zahira memeriksa suhu tubuh suaminya dengan termometer. "41,7." Zahira terkejut ketika melihat suhu tubuh Arion. "Mami, papi, aku rindu kalian." Arion tersenyum dengan mata tertutup rapat. Terlihat jelas bahwa pria itu sangat bahagia."Kalian sudah bisa tenang sekarang. Mereka akan membayar perbuatannya dengan hukuman yang setimpal. Aku mau mereka dihukum ma
Kesempatan ini tidak boleh dilewatkan. Meskipun tubuhnya sangat lemah namun ia tetap berusaha berjalan. Ia tidak ingin dipenjara dan menerima hukuman mati. Jika seandainya anak yang dikandungnya masih hidup, Alina bisa bebas dari hukuman mati. Namun sayangnya janin itu lebih dulu pergi meninggalkannya.Alina memutar gagang pintu dan membuka pintu berwarna putih tersebut. Jantungnya seakan mau lepas ketika melihat 4 orang polisi ternyata sudah berada di luar ruangan."Nona Alina, anda sudah sadar?" Tanya petugas kepolisian itu sekedar basa-basi. "Silakan ikut kami ke kantor polisi," kata salah seorang pria berseragam coklat tersebut.Alina menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau." "Anda harus ikut bersama dengan kami." Salah seorang petugas kepolisian itu memegang tangannya. Namun Alina mencoba untuk menarik tangannya agar terlepas.Tenaga pria itu sangat kuat sehingga Alina tidak mampu melepaskan tangannya. Wajahnya semakin pucat ketika borgol melingkar di pergelangan tangannya.
"Bibi ini bagaimana?" Zahira panik ketika mendengar perkataan Zia. Dirampasnya ponsel dari tangan Zia, kemudian bercermin dengan menggunakan kamera ponsel. "Ada apa?" Tanya Lily yang baru saja datang ke dapur."Mbak Lily jangan dekat." Zahira langsung menjauh. Jangan sampai penyakit ini menular ke yang lainnya. Karena itu ia akan mengkarantina dirinya sendiri."Kenapa?" Tanya Lily yang menghentikan langkahnya. Padahal ia berencana untuk membuat coklat hangat. Karena di villa ini terasa sangat dingin."Kami terkenal penyakit menular." Zia berkata sambil menangis.Sebastian dan Arion yang baru saja turun ke bawah dan mencari istri-istri mereka langsung ke dapur ketika mendengar keributan."Ada apa?" Tanya Vandra."Kenapa ribut?" Tanya Alex.Keempat pria itu berdiri tidak jauh dari tempat Zahira, Zia dan Lily."Dokter Vandra, apa bisa periksa nona Zahira dan bibi Zia?" Lily berjalan mendekat ke arah Sebastian."Apa kalian sakit?" Tanya Vandra.Zia dan Zahira menganggukkan kepalanya."
Wajah Vandra yang tadinya serius berubah menjadi masam ketika mengetahui apa yang diributkan dua orang wanita cantik tersebut.Pada akhirnya dokter berwajah tampan itu memilih diam dan menonton adegan romantis yang diperankan Arion, Zahira, Sebastian dan Zia."By, maaf ya Hira gak bisa rawat hubby." Zahira semakin menjauh dari Arion."Sweet heart, kamu tidak perlu takut." Arion menarik tangan Zahira dan kemudian memeluknya. "Hira sakit by." Zahira berkata dengan suara lirih. Kepalanya mendadak pusing memikirkan nasibnya. Bagaimana jika penyakit ini merupakan virus baru yang belum ada obatnya."Tadi malam aku mencium leher kamu, kamu sampai menjerit." Arion berbisik di telinga Zahira.Wajah Zahira memerah ketika Arion mengingatkan peristiwa panas semalam."Itu jejak percintaan kita semalam, Aku yang membuatnya." Arion tersenyum kecil ketika melihat wajah polos istrinya.Mata Zahira terbuka lebar mendengar perkataan suaminya. "Kenapa bibi juga ada?" Rasanya tidak mungkin mereka sama-sa
"Mas, aku gugup." Fatimah berkata sambil terus menggenggam tangan Alex. Hari ini adalah hari yang sangat ia nantikan. Dimana perban wajah dan perban mata akan dibuka. Namun entah mengapa Fatimah merasa takut dan juga gugup. Bagaimana jika operasi wajahnya gagal. Bisa saja wajahnya akan tampak menyeramkan. Atau mata yang tidak bisa melihat. "Jangan takut, operasi kamu pasti berjalan dengan sangat baik. Setelah ini kamu akan menjadi wanita tercantik." Alex paham dengan apa yang dirasakan calon istrinya. Karena itu dia menghibur calon istrinya tersebut. "Setelah buka perban, ternyata hasilnya di luar harapan. Apakah Mas masih mau dengan aku?" Fatimah berkata dengan nada sedih. Rasa cintanya sudah sangat besar untuk Alex, ia tidak akan sanggup jika kehilangan pria tersebut."Di luar harapan seperti apa maksudnya?" Alex tersenyum dan kemudian mencium punggung tangan Fatimah. "Banyak kan hasil operasi yang gagal. Misalnya saja setelah operasi wajahnya jadi aneh, atau mungkin menyeramkan
Meskipun diminta untuk beristirahat, namun Alex tidak menuruti perintah Vandra. Dengan setia ia menunggu Fatima di depan ruangan observasi. "Tuan Alex, nona Fatimah sudah sadar." Dokter yang memantau kondisi Fatimah langsung memberi tahu Alex. Mereka sangat kagum melihat cinta Alex yang begitu tulus untuk Fatimah. Didunia ini sangat langka bisa di temukan pria seperti Alex. Pria yang mencintai tanpa memandang fisik. "Benarkah? Apakah saya bisa langsung melihatnya?" Alex yang sudah tampak kelelahan, langsung bersemangat ketika mendengar kabar tentang calon istrinya."Silahkan." Dokter berkaca mata itu membersihkan Alex untuk masuk. "Jika nanti nona Fatimah meminta minum, anda berikan saja minum sedikit. Di sana sudah ada gelas minum serta takarannya. Nona Fatimah boleh minum persatu jam." Dokter berkaca mata itu menjelaskan.Dengan cepat Alex menganggukkan kepalanya. Ia langsung masuk ke ruangan operasi. Hal pertama yang dirasakannya, rasa sakit dan perih. Ia tidak bisa membayangkan
Alex menunggu di depan ruang operasi bersama dengan Arion dan Sebastian. Namun karena operasi berjalan sangat lama, Arion dan Sebastian pulang. Kini tinggal Alex seorang yang menunggu. 20 jam menunggu akhirnya lampu yang menyala di ruang operasi dipadamkan. Ini pertanda bahwa operasi telah selesai. Namun tetap saja Alex merasakan jantungnya yang berdebar dengan cepat. Bagaimana jika operasi tidak berjalan dengan baik. Hal itu rasanya tidak mungkin, mengingat tim dokter yang disediakan oleh Arion bukanlah tim Dokter sembarangan. Bahkan Arion mendatangkan dokter-dokter dari luar negeri yang memang sudah terkenal dengan kemampuan dibidangnya masing-masing. Pintu ruangan terbuka, tim Dokter pun keluar dari dalam ruangan. "Dokter Vandra, bagaimana kondisinya?" Alex langsung bertanya dengan Vandra yang merupakan ketua tim."Operasi berjalan dengan lancar namun pasien masih dalam keadaan kritis. Dalam artian kita akan menunggu selama 24 jam untuk memantau kondisi pasien. Jika kondisi pa
Arion sibuk mengganti popok putrinya yang sedang pup. Dengan sangat telaten, pria tampan itu membersihkan pantat bayinya dengan tisu basah. Setelah bersih barulah memasangkan popok yang baru. Arion sangat menikmati perannya menjadi seorang ayah. Ketika putri kecilnya menangis, ia yang bangun lebih dulu. Jika bayi cantik itu bangun karena merasa tidak nyaman dan meminta diganti pipok, Arion tidak akan membangunkan istrinya, dia yang akan menganggti sendiri."Anak Daddy sudah wangi." Arion tersenyum dan mencium pipi bulat putrinya. "Kamu sangat cantik, Mirip mommy." Arion berkata sambil memandang Zahira yang tertidur lelap. Bayi cantik itu memandang Arion dengan bibir bulat. Seakan ia sedang berbicara dengan Daddy nya. Wajah bayi cantik itu sangatlah sempurna. Hidung mancung, bibir kecil, warna kulit putih kemerahan dan rambut yang berwarna coklat. Meskipun paras wajahnya mirip Zahira, namun warna kulit, hidung, mata, Serta alis, milik sang Daddy. Sepertinya bayi cantik itu sangat p
"Paman, sudah 1 bulan aku disini. Aku bosan mencium aroma obat dan juga aroma desinfektan. Aku rindu aroma kamar. Aku rindu dengan tempat tidur yang empuk seperti di dalam kamar ku. Paman, Aku ingin pulang. Apa Paman bisa meminta izin dengan dokter?" Tanya Shelina. Alex diam beberapa saat. "Ya Paman, aku sudah tidak mau lagi merasakan seperti ini. aku ingin pulang saja. Aku sudah lelah merasakan jarum suntik yang selalu menusuk kulit ku. Aku juga sudah bosan minum obat, hingga lidah ku terasa pahit. Aku ingin menikmati hidup, makan yang banyak tanpa larangan. Minum-minum yang manis dan segar. Aku juga ingin makan bakso dengan cabe rawit." Shelina sudah seperti orang yang pasrah dan putus asa. Ia tidak ingin menghabiskan sisa umurnya di atas tempat tidur pasien. "Kamu jangan bicara seperti itu. Dokter sedang mengatur jadwal operasi kamu. Ada orang yang bersedia mendonorkan mata serta ginjalnya." Alex memberi tahu Shelina. Setelah mendengar ini, ia berharap Shelina akan bersemang
Mendengar perkataan Arion, Zahira pun menganggukkan kepalanya. Dia kembali mengejan. Satu kali, dua kali hingga 3 kali, akhirnya terdengar suara bayi memenuhi ruangan. Suaranya benar-benar ngebas dan melengking. "Bisa dipastikan bakal jadi rocker." Dokter yang membantunya berkata dengan tertawa. Bayi perempuan itu benar-benar sangat cantik dengan hidung yang mancung seperti Daddy nya. Sedangkan bibir kecil seperti mommy nya. "Ini tidak mirip dengan dokter Zahira." Dokter itu langsung memberikan penilaian sambil mengamati wajah cantik bayi tersebut."Iya, mirip dengan Daddy nya," kata suster yang satunya. "Ini mirip dokter Zahira." Suster yang sedang membersihkan bayi cantik itu ikut berbicara. "Mirip sekali dengan dokter Zahira," kata dokter anak yang sedang memeriksa detak jantung bayi. Arion dan Zahira tampak kebingungan ketika melihat tim medis yang ribut memperdebatkan masalah anak yang mirip ibu atau mirip ayahnya. "Sebaiknya kalian jangan berkelahi. Kami membuat dan saling
Didalam mobil Sebastian duduk di posisi tengah. Sedangkan Zahira di sebelah kiri dan Zia disebelah kanan. Pria itu tampak kewalahan ketika menghadapi istri, serta istri dari keponakannya. Rambutnya ditarik dari sebelah kanan dan kiri. Hingga dia harus merasakan sakit di kulit kepalanya. Mengapa kedua wanita ini begitu sangat kejam hingga menyiksanya seperti ini. Sebenarnya yang salah siapa, apakah calon anak dan juga calon keponakannya? Sebastian hanya bisa pasrah ketika rambutnya di tarik dari segala arah. Bukan hanya rambut saja yang ditarik Zahira dan Zia, tangan kiri kanan juga menjadi sasaran kesakitan kedua wanita tersebut.Selama perjalanan ke rumah sakit, Sebastian merasakan penderitaan yang luar biasa. Kedua wanita itu yang akan melahirkan, namun dia juga merasakan kesakitan yang tidak kalah hebatnya. Belum lagi Zia yang mengomel karena menganggap ini semua karena ulah Sebastian.Namun rasa kesal di hatinya mendadak hilang ketika melihat wajah Zia yang begitu sangat kesaki
Mpok Siti berlari ke rumah Sebastian tanpa memutuskan sambungan telepon dengan Arion. "Tuan Sebastian!" Empok Siti langsung memanggil Sebastian. "Ada apa mpok." Sebastian tampak sedang panik. Pria itu baru saja keluar dari kamar sambil memapah istrinya."Tuhan Sebastian, Nyonya Zahira sedang kesakitan. Sedangkan Tuan Arion sekarang di rumah sakit. Jika menunggu tuan Arion pulang, takutnya Nyonya Zahira kelamaan menahan sakitnya. Apakah tuan bisa membawa Nyonya Zahira ke rumah sakit." Mpok Siti berkata dengan tergesa-gesa. Tampak jelas bahwa wanita paruh baya itu benar-benar panik dan mencemaskan kondisi majikannya. "Zia juga sedang kesakitan mau melahirkan. Saya juga mau ke rumah sakit. Baiklah sekalian saja saya akan membawa mereka langsung ke rumah sakit," kata Sebastian "Nyonya Zia juga akan melahirkan?" Mpok Siti terkejut ketika mendengar perkataan dari Sebastian. "Iya, Mpok tolong bawakan tas ke mobil." Sebastian menunjuk tas yang sudah disiapkannya."Baik Tuan." Mpok Siti
"Paman, segera temukan orang yang menyiram Sherina dengan air keras. Aku yakin pelakunya sama dengan orang yang menikam Shelina." Arion berkata dengan wajah marah.Meskipun Heru begitu kejam terhadapnya namun ia tidak sepenuhnya membenci Shelina. Rasa sayang terhadap Shelina tidak akan pernah hilang begitu saja.Melihat Shelina sakit hingga tubuhnya kurus seperti ini saja sudah membuat dia sedih. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada yang mau mendonorkan ginjal untuk gadis malang tersebut."Baik," jawab Alex. Tanpa di perintahkan Arion, ia akan mencari orang itu sampai dapat. "Berikan perawatan terbaik untuk Sherina. Aku ingin dia ditangani oleh dokter kulit terbaik. Begitu juga dengan matanya. Jika perlu kamu boleh mendatangkan dokter dari luar negeri. "Arion berkata sambil memandang Dokter Vandra yang duduk di depannya. "Baiklah, aku memiliki teman yang merupakan dokter terbaik di dunia. Aku akan mengundangnya datang ke sini. Aku yakin dia pasti bersedia untuk memb