Zahira menatap kosong ke depan dengan punggung bersandar lemah ke jok mobil. Apa yang baru saja terjadi membuatnya shock. Apalagi membayangkan bagaimana nasib Arion.Menyesal, Zahira sangat menyesal. Mengapa ia begitu gengsian dan tidak mau mengungkapkan cintanya untuk pria berwajah tampan tersebut. Zahira menangis ketika mengingat senyum Arion untuk terakhir kalinya. Ternyata rasanya sangat sakit ketika melihat orang yang ia cintai berada di ambang kematian."Aku yakin dia akan baik-baik saja. Dia tidak akan mati dengan mudah." Zahira bergumam pelan. Bayangan ketika berjumpa Arion untuk pertama kalinya kembali bermain dipelupuk matanya. Pada waktu itu Arion sekarat namun dia bisa selamat. Begitu juga dengan hari ini, pria itu pasti selamat. Zahira mencoba untuk menghibur dirinya sendiri.Zahira menoleh ke arah Lily, wanita itu fokus menatap ke depan sambil mengendarai mobil. "Kenapa kita tidak menyelamatkan mereka. Jika mbak Lily takut mati, kenapa tidak membiarkan aku turun dan
"Aku tidak ingin bersembunyi di sini. Aku bukan pecundang dan juga penakut," teriak Ziarah. "Nona, Aku harap nona bisa memahami situasi saat ini. Nona datang ke sana akan membuat mereka semakin sulit." Lily memandang Zahira dengan sorot mata yang tajam."Kita hidup di negara hukum, apa tidak bisa menghubungi polisi untuk meminta perlindungan? Apa tidak bisa memberitahu polisi bahwa saat ini di sana seperti apa kondisinya?Mereka sedang bertaruh antar hidup dan mati. Setiap detik sangat berharga. Jika terlambat sedikit saja mereka akan terbunuh." Zahira berkata dengan napas ngos-ngosan dan dada turun naik.Zahira benar-benar benar-benar dan kesal terhadap Lily. "Nona beristirahatlah Saya akan mengurus semuanya." Lily menutup pintu kamar ketika Zahira duduk di atas tempat tidur.Lily keluar dari dalam kamar. Kakinya terasa amat lemas hingga ia berdiri sambil bersandar di dinding. Air mata yang berusaha untuk ditahannya kini mengalir dengan sendirinya. Mau seperti apapun dibentuk, Lil
Kaki Arion bagian belakang ditendang hingga pria itu terduduk sambil berlutut. Begitu juga dengan Sebastian. Mereka dipaksa untuk berlutut."Tuan Sebastian, saya terlalu mengagumi Anda. Saya beranggapan bahwa anda orang yang begitu sangat hebat. Awalnya saya takut untuk mengambil pekerjaan ini karena terlalu beresiko. Namun setelah menjalaninya, saya baru sadar anda hanyalah orang yang tidak memiliki kelebihan apapun." Berbisik di daun telinga Sebastian dan kemudian tertawa sambil menepuk-nepuk pipi Sebastian.Apakah yang dikatakan pria itu benar, tidak sulit untuk mengalahkan Sebastian."Kita lihat sampai berapa lama kau bisa tertawa." Sebastian tersenyum samar. Meskipun saat ini nyawanya sedang terancam namun tidak terlihat ketakutan di mata Sebastian. "Aku akan tertawa lebih keras lagi jika kau mati." Boy sudah tidak sabar untuk menyingkirkan Sebastian. Pria itu begitu sangat berambisi untuk menguasai bisnis bawah tanah milik Sebastian. "Anda tidak perlu khawatir, bisnis senjat
"Kenapa hanya diam, cepat tandatangani surat ini." Heru kesal karena Arion hanya diam memandangnya."Apa karena harta, paman melakukan ini semua?" Arion memandang Heru dengan penuh kekecewaan.Mengelola sebuah perusahaan besar, dan menjadi direktur utama. Merupakan suatu hal yang begitu sangat menguntungkan untuk Heru. Bahkan karena kebaikan Arion, Heru beserta keluarganya bisa menikmati hidup mewah seperti saat ini. Namun yang namanya sifat, iri dan dengkik tidak akan pernah puas dengan apa yang dia miliki. Tidak akan pernah menghargai kebaikan orang lain. "Tidak kusangka ternyata keponakanku selain polos juga bodoh. Tentu saja aku melakukan ini semua demi harta. Aku ingin harta keluarga Jackson dan juga harta milik Sebastian menjadi milik ku." Heru tertawa lepas. Kesempatan seperti ini sudah berpuluh-puluh tahun dinantikannya dan akhirnya ia bisa mendapatkan kekayaan keluarga Jackson dengan sangat mudah. "20 tahun yang lalu, kedua orang tuamu meninggal karena dirampok. Polisi m
"Papi, aku tidak ingin melewatkan momen penting ini. Aku ingin melihat bagaimana pria sombong ini mati." Alina memandang Sebastian dengan penuh kemarahan. Sebastian mengangkat kepalanya dan memandang Alina. Mata wanita itu sembab yang pertanda bahwa dia terlalu banyak menangis. Prak!"Berani sekali kau menolak Putri kesayanganku." Heru menendang bahu Sebastian dengan keras. "Untuk apa aku menerima Alina menjadi istriku, karena nyatanya dia hanya menjadi istriku sebentar saja dan setelah itu akan menyandang status janda." Sebastian berkata dengan senyum mengejek.Alina benar-benar marah. Bayangan ketika Sebastian menolaknya membuat dadanya sakit dan juga sesak.Plak!Plak!Plak!Alina menampar Sebastian berulang-ulang kali. "Kau pikir, kau terlalu tampan, sehingga aku menyukaimu. Aku ingin menikah denganmu hanya untuk menguasai hartamu. Bahkan saat ini aku sedang hamil dan aku akan mengatakan anak yang ku kandung adalah anakmu. Itu artinya seluruh harta milikmu akan jatuh ke tanga
Heru terdiam mendengar perkataan Arion. Ia memandang surat yang sudah dibuatnya."Aku juga sudah memberikan surat kuasa ke pengacara serta notaris. Yang mana Aku menyerahkan harta kekayaanku seluruhnya untuk Zia, jika aku meninggal. Namun jika kami berdua meninggal, maka seluruh hartaku akan kuserahkan ke panti asuhan." Sebastian mengungkapkan perihal harta yang dimilikinya. Kedua pria itu tidak hanya menggertak Heru. Arion dan Sebastian sudah membuat surat ahli waris sejak 1 Minggu yang lalu. Sebastian dan Arion tersenyum mengejek kebodohan Heru. Di zaman sekarang tingkat keamanan sudah sangat tinggi. Merampas harta milik orang lain bukanlah perkara yang mudah. Mungkin Heru dan Ema suka menonton film drama rumah tangga. Yang mana orang dengan mudahnya mengambil harta milik orang lain hanya dengan menandatangani selembar surat.Heru benar-benar kesal sekaligus marah ketika mendengar pengakuan dari Sebastian dan juga Arion. Ia beranggapan bahwa mendapatkan harta milik kedua pria itu
Posisi Heru yang begitu dekat dengan Sebastian membuat pria itu terdiam sesaat dan wajahnya pun menjadi pucat ketika Sebastian tiba-tiba saja menunjuk bagian hidungnya. Darah segar bercucuran dari hidung Heru hingga membuat pria itu kesakitan. Arion, dengan cepat merasa senjata milik Anto. Dengan keras ia memukul bagian tekuk leher Anto hingga terjatuh ke lantai."Apa yang kalian lakukan tangkap dia, pukul dia," teriak Heru sambil menutup hidungnya yang bercucuran darah.Heru kesal ketika anak buahnya hanya diam. Padahal dia sudah membayar dengan harga yang sangat mahal."Apa kalian tidak dengar yang aku katakan?" Heru berkata dengan wajah pucat. Langkah kakinya semakin mundur kebelakang ketika Sebastian maju dan semakin mendekatinya.Heru merasa aneh ketika tidak merasakan pergerakan sedikitpun dari anak buahnya. Apakah mereka tidak mendengarkan perintah yang dikatakannya. "Mengapa kalian hanya diam. "Heru memandang ke belakang. Heru baru menyadari bahwa seluruh anak buahnya suda
Sebastian memandang Arion lalu bertanya, "apakah kau mau mereka dimasukkan ke kolam buaya?"Wajah Heru, Ema dan juga Alina pucat pasih ketika mendengar pertanyaan dari Sebastian. Pria itu tidak pernah merasa kasihan terhadap musuhnya. Termasuk memasukkan para lawan ke dalam kolam buaya atau kandang harimau."Aku tidak akan membiarkan paman, bibi serta adik sepupu ku ini mati dengan cara menyedihkan." Arion menepuk-nepuk pipi Haru. Heru tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya diam dengan wajah memucat. Setidaknya jawaban Arion membuatnya merasa lega."Si pecundang berani keluar ketika musuhnya sudah tidak berdaya. Namun sayangnya ini hanyalah cara agar kau mau menunjukkan wujud aslimu," kata Sebastian. Apa yang telah dilakukan Heru terhadap kakak dan juga abang iparnya akan dibalasnya secara tunai."Lepaskan papiku." Alina berteriak.Sebastian memandang wanita yang begitu sangat menjijikkan. Demi mendapatkan harta, perempuan gila itu rela mengandung anak, pria lain dan mengatakan bahwa a