"Kenapa hanya diam, cepat tandatangani surat ini." Heru kesal karena Arion hanya diam memandangnya."Apa karena harta, paman melakukan ini semua?" Arion memandang Heru dengan penuh kekecewaan.Mengelola sebuah perusahaan besar, dan menjadi direktur utama. Merupakan suatu hal yang begitu sangat menguntungkan untuk Heru. Bahkan karena kebaikan Arion, Heru beserta keluarganya bisa menikmati hidup mewah seperti saat ini. Namun yang namanya sifat, iri dan dengkik tidak akan pernah puas dengan apa yang dia miliki. Tidak akan pernah menghargai kebaikan orang lain. "Tidak kusangka ternyata keponakanku selain polos juga bodoh. Tentu saja aku melakukan ini semua demi harta. Aku ingin harta keluarga Jackson dan juga harta milik Sebastian menjadi milik ku." Heru tertawa lepas. Kesempatan seperti ini sudah berpuluh-puluh tahun dinantikannya dan akhirnya ia bisa mendapatkan kekayaan keluarga Jackson dengan sangat mudah. "20 tahun yang lalu, kedua orang tuamu meninggal karena dirampok. Polisi m
"Papi, aku tidak ingin melewatkan momen penting ini. Aku ingin melihat bagaimana pria sombong ini mati." Alina memandang Sebastian dengan penuh kemarahan. Sebastian mengangkat kepalanya dan memandang Alina. Mata wanita itu sembab yang pertanda bahwa dia terlalu banyak menangis. Prak!"Berani sekali kau menolak Putri kesayanganku." Heru menendang bahu Sebastian dengan keras. "Untuk apa aku menerima Alina menjadi istriku, karena nyatanya dia hanya menjadi istriku sebentar saja dan setelah itu akan menyandang status janda." Sebastian berkata dengan senyum mengejek.Alina benar-benar marah. Bayangan ketika Sebastian menolaknya membuat dadanya sakit dan juga sesak.Plak!Plak!Plak!Alina menampar Sebastian berulang-ulang kali. "Kau pikir, kau terlalu tampan, sehingga aku menyukaimu. Aku ingin menikah denganmu hanya untuk menguasai hartamu. Bahkan saat ini aku sedang hamil dan aku akan mengatakan anak yang ku kandung adalah anakmu. Itu artinya seluruh harta milikmu akan jatuh ke tanga
Heru terdiam mendengar perkataan Arion. Ia memandang surat yang sudah dibuatnya."Aku juga sudah memberikan surat kuasa ke pengacara serta notaris. Yang mana Aku menyerahkan harta kekayaanku seluruhnya untuk Zia, jika aku meninggal. Namun jika kami berdua meninggal, maka seluruh hartaku akan kuserahkan ke panti asuhan." Sebastian mengungkapkan perihal harta yang dimilikinya. Kedua pria itu tidak hanya menggertak Heru. Arion dan Sebastian sudah membuat surat ahli waris sejak 1 Minggu yang lalu. Sebastian dan Arion tersenyum mengejek kebodohan Heru. Di zaman sekarang tingkat keamanan sudah sangat tinggi. Merampas harta milik orang lain bukanlah perkara yang mudah. Mungkin Heru dan Ema suka menonton film drama rumah tangga. Yang mana orang dengan mudahnya mengambil harta milik orang lain hanya dengan menandatangani selembar surat.Heru benar-benar kesal sekaligus marah ketika mendengar pengakuan dari Sebastian dan juga Arion. Ia beranggapan bahwa mendapatkan harta milik kedua pria itu
Posisi Heru yang begitu dekat dengan Sebastian membuat pria itu terdiam sesaat dan wajahnya pun menjadi pucat ketika Sebastian tiba-tiba saja menunjuk bagian hidungnya. Darah segar bercucuran dari hidung Heru hingga membuat pria itu kesakitan. Arion, dengan cepat merasa senjata milik Anto. Dengan keras ia memukul bagian tekuk leher Anto hingga terjatuh ke lantai."Apa yang kalian lakukan tangkap dia, pukul dia," teriak Heru sambil menutup hidungnya yang bercucuran darah.Heru kesal ketika anak buahnya hanya diam. Padahal dia sudah membayar dengan harga yang sangat mahal."Apa kalian tidak dengar yang aku katakan?" Heru berkata dengan wajah pucat. Langkah kakinya semakin mundur kebelakang ketika Sebastian maju dan semakin mendekatinya.Heru merasa aneh ketika tidak merasakan pergerakan sedikitpun dari anak buahnya. Apakah mereka tidak mendengarkan perintah yang dikatakannya. "Mengapa kalian hanya diam. "Heru memandang ke belakang. Heru baru menyadari bahwa seluruh anak buahnya suda
Sebastian memandang Arion lalu bertanya, "apakah kau mau mereka dimasukkan ke kolam buaya?"Wajah Heru, Ema dan juga Alina pucat pasih ketika mendengar pertanyaan dari Sebastian. Pria itu tidak pernah merasa kasihan terhadap musuhnya. Termasuk memasukkan para lawan ke dalam kolam buaya atau kandang harimau."Aku tidak akan membiarkan paman, bibi serta adik sepupu ku ini mati dengan cara menyedihkan." Arion menepuk-nepuk pipi Haru. Heru tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya diam dengan wajah memucat. Setidaknya jawaban Arion membuatnya merasa lega."Si pecundang berani keluar ketika musuhnya sudah tidak berdaya. Namun sayangnya ini hanyalah cara agar kau mau menunjukkan wujud aslimu," kata Sebastian. Apa yang telah dilakukan Heru terhadap kakak dan juga abang iparnya akan dibalasnya secara tunai."Lepaskan papiku." Alina berteriak.Sebastian memandang wanita yang begitu sangat menjijikkan. Demi mendapatkan harta, perempuan gila itu rela mengandung anak, pria lain dan mengatakan bahwa a
"Apa kau sudah memeriksa orang-orang kita?" Sebastian memandang Alex. Peristiwa penyerangan ini membuat anak buahnya banyak yang terluka dan juga meninggal."Sudah, yang masih hidup sudah dilarikan ke rumah sakit. Yang meninggal sudah dipindahkan ke dalam ruangan," jelas Alex. Dari 15 orang pengawal yang menjaga masion hanya ada 4 orang yang selamat dengan luka berat. Para pelayan dan petugas kebersihan juga menjadi korban."Apa yang akan kalian lakukan terhadapnya?" Alex memandang Heru. Pria itu berharap Sebastian dan juga Arion tidak bermain-main lagi. Mengingat mereka harus menyelesaikan masalah ini dengan cepat. Kemudian melanjutkan acara pernikahan Sebastian. "Bawakan alat-alat ku ke sini." Sebastian tersenyum memandang Heru. Senyum yang terlihat begitu sangat mengerikan. Bahkan Heru sampai gemetar karena rasa takut yang luar biasa. Jika seandainya menang, Heru sudah menyiapkan rencana untuk kematian Arion dan Sebastian. Setelah mengambil seluruh harta kekayaan Arion dan Sebas
"Kalian tidak boleh memperlakukan suamiku seperti ini, aku akan menuntut kalian." Ema bersuara dengan keras. "Menuntutku, tidak semudah itu wanita jahanam. Aku menyesal karena telah menghargai mu. Ternyata kau hanya iblis." Arion kembali menampar pipi wanita itu itu hingga Ema berhenti berbicara.Arion tersenyum sinis dan mulai menjepitkan tang di kuku Heru. Ia mencabut kuku dari jari jempol. Namun tidak mencabut secara langsung melainkan menarik secara perlahan-lahan. Hingga membuat Heru semakin menjerit kesakitan.Arion tersenyum puas setelah mencabut satu buah kuku milik Heru. "Kuku ini nanti akan aku kuburkan bersama dengan kuburanmu, jadi jangan panik." Arion memasukkan kuku yang berdarah kedalam wadah yang sudah di siapkan.Heru sudah tidak berkata apa-apa lagi. Tubuh pria itu gemetar menahan rasa sakit yang luar biasa."Ini baru jari jempol paman, Bagaimana dengan mata orang-orang yang sudah kau congkel. Bagaimana dengan tangan mereka yang kau potong?" Arion memandang Heru de
Zia sadar diri pingsannya ketika mencium aroma minyak kayu. Berlahan-lahan ia melihat ke sekeliling kamar yang saat ini ditempatinya. Tiba-tiba saja ia teringat kejadian beberapa jam yang lalu. Gadis itu panik dan langsung duduk."Ini di mana?" Zia memandang Zahira yang saat ini duduk di samping tempat tidurnya. Sedangkan Lily berdiri sambil menyandarkan punggungnya di dinding."Kita di puncak," jawab Zahira. "Ngapain kita ke sini?" Tiba-tiba saja air matanya menetes dengan sendirinya. Bayangan wajah Sebastian ketika mobil meninggalkan mansion masih terlihat jelas dipelupuk matanya."Melarikan diri," jawab Zahira dengan wajah sedih.Zahira bukan gadis lemah seperti Zia, yang hanya bisa menangis dan menunggu. Ia bisa melakukan banyak cara untuk menyelamatkan Arion dan Sebastian. Namun Lily justru mengurungnya di sini layaknya orang bodoh.Di sini Zahira bisa berbaring, menonton televisi dan menikmati udara yang begitu sangat segar. Apalagi pemandangan di villa ini sangat indah. Namu
Sherina tersenyum memandang pria yang sudah berdiri di depan apartemennya. Kali ini pria itu datang tidak sendiri namun dengan seorang gadis kecil. "Paman sudah pulang dari luar kota ya?" Tanya Sherina dengan tersenyum manis. Sudah satu minggu ia tidak bertemu dengan Alex. Ada rasa rindu ketika tidak melihat pria tersebut. Mungkin karena hanya Alex, satu-satunya orang yang perduli dan mau dekat dengannya. "Ya baru saja," jawab Alex dengan sedikit tersenyum.Pria berwajah tampan itu tidak datang sendiri. Kali ini ia datang bersama dengan gadis kecilnya yang cerewet."Sebenarnya papi sangat lelah, tapi aku yang memaksanya untuk datang ke sini. Aku ingin bertemu dengan kak Sherin," celoteh gadis kecil berusia 5 tahun tersebut.Sherina gemas melihat Celine bercerita. Apa lagi bibirnya yang yang tipis maju hingga beberapa centi. Shelina menundukkan tubuhnya. Kemudian menyapa gadis kecil memakai bando berwarna merah tersebut. "Hai cewek cantik."Celine memandang Sherina dengan tersenyum
Satu bulan sudah Sherina berapa di rumah sakit. Hari ini dia sudah diperbolehkan pulang. Tidak ada sahabat atau kerabat yang menjemputnya. Karena itu ia akan pulang sendiri. Sebenarnya Alex sudah berjanji untuk menjemputnya dari rumah sakit. Namun ternyata pria itu mendadak di tugaskan ke luar kota selama 1 Minggu.Saat ini ia memakai masker, kaca mata hitam serta topi. Sherina tidak ingin ada orang yang mengenalinya. Sherina mengambil barang-barangnya yang hanya tas kuliah dan satu buah tas kecil yang berisi pakaian dalam, beberapa baju dan barang-barang keperluan wanita. Semua barang ini Alex yang memberikannya. Selama berada di rumah sakit, pria itu selalu menemani Sherina. Bahkan Alex menemani ketika Sherina cuci darah untuk yang pertama kalinya. Efek dari penusukan yang dialaminya, Sherina menderita gagal ginjal. Karena itu ia harus cuci darah 1 kali dalam seminggu.Kasus penikaman terhadapnya tidak dilanjutkan karena tidak ada bukti. Sherina juga meminta pihak kepolisian menut
Sherina hanya bisa menangis ketika melihat persidangan kedua orang tua beserta kakaknya lewat televisi. Mengapa harus seperti ini akhir dari keluarganya. Hanya pertanyaan ini yang selalu dipertanyakan Sherina. Setelah kasus kejahatan orang tuanya terungkap tidak ada lagi kebahagiaan. Dunianya gelap dan berkabut."Jujur aku tidak sanggup." kalimat itu yang keluar dari bibir pucat Sherina. Masalah seberat ini, ia harus memukulnya sendiri. Dengan kondisi tubuh yang lemah, mental tidak stabil, bagaimana mungkin Sherina bisa menjadi sosok yang kuat untuk keluarganya.Dengan perasaan yang bercampur aduk, ia menonton berita persidangan tersebut. Sherina seperti tidak mengenali sosok Heru Ema beserta Alina ketika semua perbuatan mereka di bacakan oleh jaksa penuntut. Ia berharap papi, mami dan juga Alina menolak tuduhan demi tuduhan. Namun ternyata tidak, mereka mengakui semua perbuatan yang telah mereka lakukan. Ia baru menyadari bahwa apa yang selama ini yang dimakan nya berasal dari cuc
Lily merasakan sakit yang luar biasa ketika Heru memaparkan perbuatan yang telah dilakukannya terhadap Basri. Sebagai seorang anak dia ingin orang itu mati di tangannya. Namun ia harus menepati janji terhadap Sebastian."Kamu tidak boleh bersedih. Kedua orang tua beserta adik kamu sudah bahagia dan tenang disana. Kamu sudah berjuang menuntut keadilan untuk mereka. Heru beserta keluarganya akan membayar semuanya." Vandra yang duduk di sebelah Lily berusaha untuk menenangkan gadis cantik tersebut. Di mata orang, Lily merupakan gadis yang sangat kuat. Namun nyatanya tidak, dia hanyalah wanita biasa yang menjadikan air mata sebagai simbol kesedihan."Ya aku juga tahu hal itu, hanya saja hukuman yang mereka dapatkan belum sebanding dengan apa yang telah mereka lakukan. Nyawa mereka tidak sepadan dengan nyawa kedua orang tua beserta adikku."Lily berkata dengan wajah merah. "Di dunia saja mereka sudah mendapatkan balasan yang sangat pedih. Apalagi di akhirat nanti. Mereka akan meninggalkan
Wanita paruh baya itu duduk dengan menundukkan kepalanya. Air mata bentuk penyesalan tak henti-hentinya menetes ketika jaksa penuntut membacakan semua kejahatan yang dia lakukan. Setiap kejahatan yang dilakukannya di masa lalu diuraikan satu persatu oleh jaksa penuntut. Jika dulu ia akan merasa puas dan bangga karena apa yang direncanakan berjalan dengan sempurna. Setiap kali melakukan tindakan pembunuhan, tidak ada satu orangpun pihak kepolisian berhasil mengungkap pelakunya. Hal ini yang membuat Ema semakin bangga dengan kejeniusan yang dia miliki.Namun kini ia merasa ketakutan setiap kali mendengar jaksa penuntut membacakan semua bukti kejahatannya. Tubuhnya bergetar hebat ketika jaksa menuntut membacakan secara rinci bagaimana para korban meregang nyawa.Ema memang jenius, dia berada di belakang Heru. Setiap ide yang diberikannya selalu berjalan dengan sempurna. Namun sayang kelebihan yang diberikan sang pencipta digunakan untuk berbuat hal yang buruk. "Saudari Ema, peristiwa p
"Paman Sebastian, sudah siap berangkat ke pengadilan?" Tanya Zahira dengan tersenyum dan kemudian duduk di kursi makan yang sudah di sediakan Arion. "Iya, kita akan pergi bersama-sama," jawab Sebastian dengan tersenyum hangat. "Kalau begitu kita sarapan dulu." Zahira memandang 4 porsi nasi goreng yang sudah disediakan Mpok Siti. Ternyata ART nya sangat hafal dengan kebiasaan pemilik rumah berserta tetangganya yang selalu datang sarapan pagi tanpa pernah absen. "Iya Bibi juga sudah sangat lapar." Zia tersenyum dan mulai memasukkan goreng ke mulutnya. "Paman apakah di rumahmu tidak ada sarapan?" Arion berbisik di dekat daun telinga Sebastian. "Ada," jawab Sebastian dengan santai sambil menyantap nasi gorengnya. "Terus kenapa setiap kali sarapan, makan siang dan makan malam, selalu datang ke rumahku?" "Aku juga malu melakukan ini semua, hanya saja Bibi mu yang tidak tahu malu. Setiap kali mau makan dia pasti akan meminta untuk makan di sini. Kau tenang saja, untuk masalah dapu
Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Ini merupakan momen pertama Arion berjumpa dengan Heru. Setelah peristiwa berdarah di mansion.Entah mengapa ia memiliki firasat bahwa pengikut Heru masih ada di lingkungannya. Kekayaan yang Heru miliki, tidaklah fantastis. Tidak mungkin jika dia sanggup mendanai semua aksi kejahatannya. Setelah Heru tertangkap, Arion belum benar-benar tenang. Tidak mungkin jika pamannya itu bergerak sendiri. Nyali Heru tidak sekuat ini, terkecuali ada orang kuat dan hebat berdiri di belakangnya. Heru hanya pion, yang diimingi menjadi raja. Arion masih terus memantau setiap gerak-gerik orang-orang yang berada di dekatnya. Apakah itu di kantor ataupun orang-orang yang masih diberinya kepercayaan. Meskipun nasib Heru sudah jelas, belum tentu orang itu bisa diam. Bisa saja orang yang selama ini membantu Heru, memanfaatkan situasi dan mencari keuntungan. "Hubby." Zahira menggenggam erat tangan suaminya. Suara Zahira, sentuhan lembut tangannya, menarik kesadaran Ar
Kesedihan yang tadi dirasakan Sherina berangsur berkurang ketika mendengar perkataan Briptu Amri. "Briptu Ambri nggak bohong kan?""Tidak, saat ini lebih baik kamu tidak muncul di depan publik." Sherina dengan cepat menganggukkan kepalanya. Sejak tadi dia memikirkan untuk bisa datang ke persidangan. Walau bagaimanapun setelah kejadian penusukan yang dilakukan oleh pembencinya, Sherina takut untuk bertemu dengan orang. "Paman Alex." Sherina tersenyum sambil menyapa Alex yang sejak tadi hanya diam dan mendengarkan obrolan antara Sherina dan Ambri."Apa kamu masih ingat wajah orang yang menusuk kamu? "Betul Amri ini kembali ke kasus Sherina. Sherina menggelengkan kepalanya. Kejadian itu begitu sangat cepat hingga dia tidak bisa mengingat dengan jelas. Namun ketika orang itu menusukkan pisau di perutnya Sherina masih sempat memandang wajahnya. Sherina kembali diam sambil terus mengingat di mana barisan orang itu berada. Sherina kembali menggelengkan kepalanya."Kamu yakin tidak ingat
Didalam kamar ini tidak ada suara apapun yang terdengar. Hanya suara hembusan napas panjang, pendek yang menjadi bukti bahwa ada seorang gadis yang sedang berbaring lemah diatas tempat tidur.Luka tusukan yang dialaminya begitu sangat parah. Satu ginjalnya harus segera dioperasi karena takut akan ada efek lain yang lebih buruk lagi. Namun dokter mengatakan bahwa operasi masih bisa menunggu hingga sampai 6 bulan mendatang. Berharap Sherina mendapatkan pendonor sebelum 6 bulan. Untuk sementara waktu, ia harus menjalani pengobatan rutin serta cuci darah.Selama dua Minggu tidak sadarkan diri, begitu banyak informasi yang tidak dia ketahui. Sherina ingin melihat berita online di ponselnya. Namun saat ini ia tidak tahu handphone nya ada dimana. Setelah sadar selama 3 hari, tidak ada satu orangpun yang datang menjenguknya. Hanya beberapa orang pihak kepolisian yang menanyakan kronologi kejadian.Terlalu sibuk dengan pikirannya hingga ia tidak menyadari keberadaan Briptu Ambri."Halo Sheri