Share

Bab 316

Penulis: Hazel
Begitu mendengar ucapan Tirta, amarah Bima makin memuncak. Dia membentak, "Dasar kurang ajar!"

Saat berikutnya, Bima menyerbu ke arah Tirta. Danang dan keluarganya tentu merasa senang saat melihat pertarungan telah dimulai. Hati mereka dipenuhi penantian.

Asalkan Bima berhasil membunuh Tirta, bukan hanya amarah Danang dan keluarganya yang akan terlampiaskan, tetapi mereka juga akan mendapat uang.

Namun, kejadian selanjutnya membuat mereka terperangah. Mereka bahkan kesulitan memercayai kenyataan ini.

Tirta menatap Bima yang menerjang ke arahnya dengan sorot mata merendahkan. Begitu Bima mendekat, Tirta sontak melayangkan tendangan ke dadanya dan membuatnya terhempas jauh. Kecepatan yang luar biasa ini membuat semua orang tidak bisa melihat gerakan Tirta dengan jelas.

"Gi ... gimana mungkin?" Bima sungguh tercengang sekarang. Bagaimana bisa pemuda seperti Tirta memiliki kemampuan sehebat ini?

Namun, Bima tidak sempat memikirkan itu untuk sekarang. Dia tidak boleh mengakui kekalahannya a
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
hans
***** seru ceritanya lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 317

    Ketika melihat beberapa orang itu mundur ketakutan, Tirta menyeringai sinis dan berkata, "Tadi kalian bilang yang kalah harus berlutut minta maaf dan membayar kompensasi sebesar 20 miliar. Sekarang waktunya kalian menepati janji, 'kan?"Begitu mendengarnya, Elvi sekeluarga sontak tidak bisa berkata-kata. Dari mana mereka punya uang sebanyak itu? Jangankan 20 miliar, 10 miliar saja mereka tidak punya!Setelah melihat ekspresi masam orang-orang itu, Bima sungguh cemas. Kini, dia sangat takut pada Tirta. Jika Danang tidak bisa membayar ganti rugi, apa yang akan dilakukan Tirta terhadapnya?Setelah memikirkan ini, Bima tidak sempat memedulikan hal lain lagi. Dengan ekspresi yang makin panik, dia berkata, "Cepat berlutut minta maaf dan bayar kompensasi! Kalau nggak, aku yang hajar kalian nanti!"Begitu ucapan ini dilontarkan, ekspresi Elvi sekeluarga menjadi makin masam. Namun, mereka tahu kehebatan Bima. Sementara itu, Tirta berhasil mengalahkan Bima dengan mudah, yang berarti Tirta bisa m

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 318

    "Tirta, ini semua uang kami. Totalnya 300 juta. Kumohon, ampuni kami," pinta Elvi. Meskipun merasa enggan, Danang dan Pandu hanya bisa berlutut. Penghinaan semacam ini hampir membuat mereka kehilangan akal sehat.Amarah Tirta mulai mereda. Dia mendengus, lalu menerima kartu bank itu dan melemparkannya ke dalam waduk."Aku nggak butuh uang sesedikit itu. Sebaiknya kalian jangan mengusikku lagi mulai sekarang. Kalau berani mencari masalah lagi, aku nggak akan berbelaskasihan. Angkat kaki kalian dari sini!" bentak Tirta.Setelah mendengarnya, Elvi sekeluarga pun merasa lega. Kemudian, mereka hendak melarikan diri. Jika terus berada di sini, mereka hanya akan terus dipermalukan.Tiba-tiba, terdengar suara Bima. "Danang, mulai hari ini kamu bukan muridku lagi. Aku nggak punya murid sepertimu!"Begitu mendengarnya, Danang pun terkejut dan hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat. Meskipun demikian, dia tidak berlama-lama dan bergegas pergi.Adapun Bima, dia tiba-tiba menghampiri Tirta da

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 319

    "Cih, kamu pasti berniat jahat!" Nabila merangkul lengan Tirta dengan wajah tersipu.Setibanya di klinik, Arum yang sedang memasak sontak terkejut melihat Tirta. Dia menyapa dengan penuh semangat, "Tirta, kamu sudah pulang! Syukurlah!"Arum tidak tahu harus mengatakan apa lagi untuk mengungkapkan kegembiraannya. Tirta pun menghampiri dengan tersenyum, lalu berkata, "Kak Arum, aku sudah pulang. Kamu nggak perlu mencemaskanku lagi."Arum menyahut dengan tenang, "Baguslah. Istirahat dulu, aku akan menyiapkan makanan untukmu. Nanti kita semua makan bersama."Sejam kemudian, Tirta makan dengan lahap. Dia merasa sangat bersyukur karena bisa pulang. Kalau sampai dirinya mati, Ayu dan lainnya pasti akan sangat sedih.Selesai makan, mereka bersiap-siap untuk tidur. Namun, Nabila tiba-tiba menarik Tirta ke mobil dengan wajah tersipu."Nabila ini memang nakal ...." Ayu dan Melati tentu melihat semua ini. Mereka merasa agak getir. Bagaimanapun, mereka sangat mencemaskan Tirta belakangan ini. Merek

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 320

    Ketika langit hampir terang, mobil baru berhenti bergoyang. Nabila tampak kelelahan, tetapi juga memperoleh kepuasan. Kemudian, keduanya tidur sampai siang hari.Siang harinya, Arum yang sudah selesai memasak membangunkan mereka. "Nabila, Tirta, sudah waktunya makan."Nabila dan Tirta membuka pintu mobil dan masuk ke klinik. Tirta merasa kasihan pada Nabila. Dia memenangkan pertempuran semalam, tetapi Nabila terlihat sangat lelah karena tidak beristirahat.Namun, begitu melihat kantong mata Ayu dan Melati yang hitam, Tirta pun terkesiap. Dia bertanya, "Bi, Kak, kenapa kantong mata kalian hitam sekali?"Tirta jelas-jelas tidak mengganggu mereka semalam. Lantas, mengapa mereka tidak tidur nyenyak semalam?Ketika Tirta masih kebingungan, kedua wanita itu tak kuasa mengerlingkan mata. Semalam, mereka terus mendengar suara Nabila. Gadis ini seperti ingin menyombongkan diri bahwa dirinya bercinta dengan Tirta semalaman.Suara itu tentu tidak bisa membuat mereka tidur. Terutama setelah merasa

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 321

    "Oh ya? Sepertinya Kak Arum yang terlalu sensitif." Melihat Arum mengernyit, Tirta sontak merasa bersalah. Dia buru-buru membuka jendela mobil dan menginjak pedal gas agar angin berembus masuk. Gawat kalau sampai Arum menyadari sesuatu!"Kak Arum, sebaiknya kita cepat pulang. Selain beli benih, kita masih bisa beli beberapa sayuran. Kalau nggak, nanti nggak dapat sayuran yang segar!" ujar Tirta mencari-cari alasan."Ya, persediaan sayuran di rumah memang tinggal sedikit." Arum hanya mengangguk tanpa berpikir terlalu jauh.Tirta baru menghela napas lega melihat hal itu. Kurang dari setengah jam kemudian, mereka tiba pasar kota."Tirta, kalau nggak, kamu beli beberapa perlengkapan bertani saja dulu untuk tanam sayuran. Aku bisa beli sayur dan benihnya sendiri. Jadi kita nggak menghabiskan terlalu banyak waktu," usul Arum setelah turun dari mobil."Boleh juga. Kalau begitu, aku pergi duluan ya Kak." Mendengar usul Arum, Tirta langsung menyetujuinya tanpa ragu-ragu. Setelah turun dari mobi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 322

    "Entah siapa pun ayahmu, aku harus mewakilinya memberi pelajaran padamu!" Setelah berkata demikian, Tirta langsung menyerbu ke arah preman itu lagi. Kini dia benar-benar marah, sehingga dia tidak akan segan-segan lagi terhadap mereka.Kurang dari lima menit kemudian, para preman itu berteriak histeris dengan air mata dan darah yang melumuri wajah mereka."Bos dipukul!" seru beberapa preman lainnya yang terkejut. Mereka tidak menyangka bos mereka akan berakhir seperti ini. Perlu diketahui bahwa ayah dari bos mereka yang bernama Herman ini adalah camat!Namun, saat ini para preman itu juga tidak sempat memikirkan mengapa pria di hadapan mereka ini berani bersikap sekasar ini. Mereka langsung mengeluarkan ponsel untuk menelepon. Jika sampai terjadi sesuatu pada Herman, mereka juga akan bernasib sial!Di saat Tirta sedang asyik memukuli pria itu, awalnya kerumunan yang menyaksikan hal itu juga tampak senang. Akan tetapi, begitu melihat para preman itu menelepon seseorang, mereka langsung t

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 323

    "Apa katamu?!" Herman semakin emosional saat mendengar ucapan Tirta. Sejak kecil, dia telah terbiasa dimanjakan. Belum pernah ada seorang pun yang membuatnya semarah ini sebelumnya."Kubilang, memangnya kamu pantas kuberi nama? Bocah nggak tahu aturan!" Melihat ekspresi Herman yang merasa kesal, Tirta kembali menerjang ke arah Herman dan memukulnya. Herman bahkan tidak sanggup melawan saat dipukuli Tirta.Pada saat ini, terdengar sebuah suara yang penuh kemarahan dari kejauhan, "Hentikan! Besar sekali nyalimu!""Beraninya kamu memukul orang di depan umum! Nggak ada hukum lagi ya? Kulihat kamu ini sepertinya sudah bosan hidup!"Tirta yang mendengar suara itu langsung menoleh. Terlihat seorang pria paruh baya yang menatap Tirta dengan sorot mata penuh amarah. Di belakangnya tampak beberapa pria kekar yang baru turun dari mobil sambil memelototi Tirta dengan beringas."To ... Tora sudah datang!" Melihat adegan ini, para penjual sayuran di sekitar mereka semakin ketakutan. Mereka langsung

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 324

    Tora menatap Tirta dengan pandangan penuh penghinaan. "Berani-beraninya kamu mengkritikku? Sebaiknya kamu khawatirkan dulu dirimu sendiri ...."Namun sebelum Tora selesai berbicara, dia tiba-tiba terkejut dan membuka mulutnya lebar-lebar. Saat ini, Tirta sudah menerobos masuk ke kerumunan. Meskipun para preman itu memegang tongkat besi di tangan mereka, senjata tersebut tidak ada gunanya di hadapan Tirta.Tirta menyerbu ke kerumunan bagaikan serigala yang masuk ke kawanan domba. Dalam waktu singkat, dia telah berhasil menjatuhkan semua preman itu. Melihat kejadian ini, warga di sekitarnya bertepuk tangan dengan gembira. Sementara itu, Tirta berjalan mendekati Tora dengan senyuman sinis.Pada saat ini, keangkuhan dan kesombongan Tora sudah lenyap, digantikan oleh ketakutan di matanya. Dengan keringat dingin mengalir di dahinya, dia bertanya, "A ... apa maumu?"Mendengar pertanyaan itu, Tirta mendengus. "Aku mau apa? Tentu saja mau memberimu pelajaran!"Melihat tinju Tirta mengarah padan

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1395

    Tirta baru menyadari bahwa kejadian tadi hanyalah sebuah kesalahpahaman!Awalnya, dia berniat untuk mengejar Marila dan menjelaskan semuanya atau mungkin meminta bantuan untuk mencari bahan obat atau jarum perak, lalu benar-benar memberikan perawatan pembesaran dada seperti yang diminta.Namun, saat dia melihat Marila berbalik dan masuk ke ruangan lain, lalu menutup pintu, Tirta pun tidak mengejar lagi."Hais .... Memalukan sekali. Semoga Marila bisa melupakan kejadian ini. Kalau nggak, pasti akan canggung setiap kali kami bertemu." Setelah merasakan kemanisan tadi, Tirta kembali ke kamar tempat Susanti beristirahat untuk melihatnya.Tentu saja, Tirta sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, jadi dia merasa cukup tenang.Di sisi lain, saat Marila kembali ke kamarnya dengan penuh rasa malu, dia baru menyadari bahwa celananya ternyata sudah basah."Kapan ini terjadi? Kenapa aku nggak sadar? Gawat, Pak Tirta pasti menyadarinya! Gimana aku bisa menghadapi Pak Tirta sekarang ...." Marila

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1394

    Saat itu, hati Tirta dipenuhi kebingungan dan detak jantungnya juga tak terkendali. Meskipun dada Marila datar, dia tetaplah seorang wanita!Perut putih mulusnya datar, kulitnya sehalus giok, ekspresinya yang malu-malu tampak menggoda. Semuanya membuat hati Tirta bergetar tanpa bisa dikendalikan!"Pak Tirta, tentu saja maksudku ... maksudku ...." Melihat Tirta hanya bengong tanpa melakukan apa-apa, bahkan menatapnya dengan heran, wajah Marila semakin merah. Namun, dia benar-benar malu untuk mengatakan permintaannya secara langsung.Jadi, dia hanya melirik pelan ke arah dadanya, berharap Tirta bisa mengerti maksudnya."Bu Marila, kamu ingin aku bantu ... bantu ... apa ya?" Tirta salah paham dan cukup kaget. Pikirannya mulai liar. Bukannya Marila itu tipe yang kalem? Masa iya wanita ini memintanya memijat dadanya? Mungkin dia merasa kurang nyaman jika melakukannya sendiri?"Benar, Pak Tirta. Aku memang ingin kamu bantu aku .... Tolong segera dimulai ya ...." Melihat Tirta tampak ragu, Ma

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1393

    "Ada apa sih, Kak? Kok suaramu kayak lagi ngumpet-ngumpet gitu? Jangan-jangan Paman nggak dengarin nasihat Kakek lagi ya?" Suara ceria Shinta terdengar dari seberang telepon, dengan nada penuh rasa penasaran."Bukan soal Paman ...." Marila menahan rasa gugup dan malu dalam dirinya, lalu berbisik pelan, "Aku cuma mau tanya, waktu itu gimana caranya kamu buat Pak Tirta bantuin kamu besarin payudara?""Apa? Kakak bicara apa sih? Suaramu kecil banget, aku nggak dengar jelas ...." Shinta terdengar makin bingung.Wajah Marila pun langsung merah padam. Dia terpaksa mengulangi ucapannya dengan suara lebih keras, meskipun merasa malu. "Aku bilang, aku mau tanya, gimana caranya kamu bisa buat Pak Tirta bantu kamu besarin payudara ....""Hahaha! Wah, kamu ini ya! Aku benar-benar nggak nyangka! Waktu itu kamu marahin aku habis-habisan, sekarang kamu malah mau besarin juga!""Yah ... sebenarnya sih aku bisa saja kasih tahu, tapi kamu harus minta maaf dulu sama aku. Kalau suasana hatiku baik, aku bi

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1392

    Ternyata setelah Shinta kembali ke ibu kota, Marila mulai menyadari ada yang aneh dengan perubahan di tubuh adiknya itu, khususnya di area payudara.Meskipun biasanya tertutupi pakaian dan tidak mudah terlihat oleh orang luar, Marila dan Shinta adalah kakak beradik. Tentu saja mereka kerap bersentuhan secara fisik.Suatu kali, Marila tanpa sengaja menyentuh tubuh Shinta dan terkejut mendapati payudara adiknya yang dulu rata telah berubah menjadi seperti buah pir besar!Karena itu, Marila curiga bahwa Shinta diam-diam melakukan operasi pembesaran payudara. Dia langsung memarahi sang adik habis-habisan.Shinta yang masih berjiwa muda dan sensitif, tentu tidak terima dituduh macam-macam tanpa alasan. Akhirnya, mereka bertengkar. Dalam perdebatan itu, Shinta keceplosan.Dari situ, Marila baru tahu bahwa Tirta memiliki kemampuan medis yang begitu ajaib! Melihat adiknya kini justru lebih "berisi" dibanding dirinya, Marila langsung merasa tertekan dan minder.Dia pun bertekad, kalau suatu har

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1391

    Marila takut Tirta kehabisan kesabaran, jadi dia menunjuk ke arah sebuah gedung tinggi di pusat kota."Maaf sudah merepotkanmu. Oh ya, sebelumnya kamu sempat bilang ingin minta bantuanku, 'kan? Nanti setelah aku selesai menenangkan Susanti, aku pasti bantu kamu ...."Tirta melirik Susanti yang sedang tertidur di pelukannya, lalu mengangguk pelan. Dia seperti teringat sesuatu dan menoleh ke arah Marila. Namun, sebelum Tirta selesai bicara, Marila segera menyela dengan ekspresi agak canggung."Pak Tirta, urusanku nggak mendesak! Kamu bisa fokus dulu merawat Bu Susanti. Kalau nanti benar-benar sudah ada waktu luang, baru cari aku."Saat mengatakan itu, Marila tanpa sadar menunduk. Wajahnya pun terlihat agak malu dan pipinya sedikit memerah."Ya sudah kalau begitu." Melihat reaksi Marila, Tirta pun tak memperpanjang pembicaraan. Dia berkata ingin beristirahat sebentar, padahal sebenarnya dia masuk dalam kondisi meditasi untuk berbicara dengan Genta.'Kak Genta, lihat deh, pemandangan di Pr

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1390

    Namun, tentu saja semua pertanyaan itu tidak diucapkan oleh Selina. Yang dia ingin tahu hanyalah keberadaan Tirta."Bu Selina, jangan khawatir! Pak Tirta baik-baik saja. Tapi, sepertinya Bu Susanti syok berat. Tadi Pak Tirta sudah membawa Bu Susanti naik helikopter untuk kembali ke kota dan istirahat dulu.""Sebelum pergi, beliau secara khusus memintaku untuk menunggumu di sini. Tunggu sebentar ya. Setelah menjemput orang tua Bu Susanti, aku akan mengajak kalian semua menemui Pak Tirta!"Idris yang jeli dalam mengamati bisa menangkap nada penuh kekhawatiran dari suara Selina. Dia pun bisa menebak bahwa hubungan antara Selina dan Tirta pasti tidak sederhana, makanya dia bersikap semakin sopan dan ramah.Tak lama kemudian, dia memerintahkan Vendi dan Sutomo untuk pergi ke Desa Benad, menjemput Anton dan Yuli."Baiklah, aku akan menunggu di sini." Mendengar ucapan Idris, Selina pun merasa lebih lega dan mengangguk setuju.Dalam hati, Selina berpikir, 'Ternyata Tirta masih pikirin aku, sam

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1389

    Dia bersikeras ingin bertemu dengan Tirta, bahkan tidak peduli pada Idris. Tidak peduli bagaimana Sutomo dan Vendi mencoba menghentikannya, dia tetap bersikeras ingin masuk ke Desa Benad."Apa sih yang dia omongin? Dewa? Mana ada dewa di dunia ini ...." Idris melihat si sopir paruh baya melantur, jadi langsung tidak menggubrisnya dan merasa muak.Dia ingin menyuruh Sutomo dan Vendi untuk mengusir si sopir secara paksa, tetapi tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. Bukankah barusan Sutomo dan Vendi juga bilang Tirta itu seperti dewa?Menyadari hal itu, Idris langsung melupakan perbedaan status dan melangkah cepat ke arah sopir taksi itu, mencoba memastikan."Tunggu sebentar, Pak. Apa dewa yang kamu sebut itu adalah seorang pemuda? Rambutnya lurus ke atas, bajunya compang-camping?""Ini Pak Gubernur ya? Ya, benar, orang yang kumaksud memang masih muda. Tapi, bajunya sama sekali nggak sobek, rambutnya juga nggak berdiri seperti yang kamu bilang. Sepertinya kita nggak ngomongin orang yang s

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1388

    "Ini ... ini nggak mungkin!"Ketika Idris sampai di gerbang Desa Benad dengan perasaan cemas dan gelisah, dia melihat pemandangan mengerikan. Puluhan tubuh bersimbah darah, bagian tubuh berserakan di mana-mana. Jantungnya seakan-akan berhenti sejenak karena terkejut!Dia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana cara Tirta menjatuhkan puluhan bawahan Hafiz dengan tangan kosong! Padahal, mereka semua memiliki senjata api!Yang lebih gila lagi, Tirta bahkan masih memeluk seseorang di dalam pelukannya saat itu! Jadi, apakah artinya dia menghabisi semua orang ini hanya dengan satu tangan? Itu benar-benar mustahil!"To ... tolong bunuh aku .... Kumohon, bunuh saja aku ...." Di tengah genangan darah, Bayu yang masih hidup melihat kedatangan Idris dan para bawahannya. Dia langsung menyeret tubuhnya yang penuh luka, berusaha merangkak mendekat. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya hanya ingin mati demi bebas."Cepat! Kalian berdua hentikan pendarahannya! Aku harus tanya sendiri, apa yang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1387

    Tentu saja, Tirta tidak lupa menjelaskan asal mula kejadian tersebut, mengapa semua itu bisa terjadi. Dia juga sengaja memberi kesan bahwa dirinya hanya membela diri, meskipun sedikit berlebihan."Oh, jadi memang begitu ya? Vendi, Sutomo, cepat pergi periksa, lihat apa masih ada yang selamat!"Mendengar penjelasan dari Tirta, Idris sebenarnya tidak terlalu percaya bahwa Tirta bisa mengalahkan mereka seorang diri, bahkan membunuh puluhan anak buah Hafiz yang semuanya adalah preman berbahaya.Namun, karena mempertimbangkan Keluarga Dinata, Idris tidak memperlihatkan keraguannya secara langsung, melainkan segera memberi instruksi kepada dua pemuda yang bersamanya."Bu Marila, yang perlu kukatakan sudah kukatakan semua. Tolong bawa aku ke tempat yang tenang. Aku harus menenangkan kondisi Susanti.""Tentu saja, kalau nanti ada yang perlu kubantu atau butuh klarifikasi lebih lanjut, Pak Idris bisa langsung mencariku." Tirta bisa melihat dengan jelas bahwa Idris tidak sepenuhnya percaya padan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status