Share

Bab 315

Penulis: Hazel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-19 18:00:00
"Tirta, kamu sendiri yang mengatakan ini. Kalau begitu, jangan menyesal ya. Asal kamu tahu, Pak Bima bahkan pernah mengalahkan harimau dan beruang. Sebagian besar sekolah bela diri di kota dipimpin oleh guruku! Kamu pasti kalah darinya!" seru Danang.

Pujian Danang ini tentu membuat Bima merasa bangga. Yang dikatakan Danang memang benar. Banyak bos besar yang ingin mempekerjakannya sebagai pengawal pribadi, bahkan menawarkannya gaji tinggi.

Namun, setelah mendengarnya, tebersit kekesalan pada sorot mata Tirta. Dia melambaikan tangan seperti mengusir lalat, lalu berkata, "Sudah, sudah. Cepat maju kalau mau bertarung. Jangan basa-basi begini. Lagian, dia sudah tua."

"Apa katamu?" Bima sontak murka. Tirta bukan hanya memukul muridnya, tetapi juga merendahkan dirinya. Dia bertekad akan memberi Tirta pelajaran hari ini.

Ketika melihat tatapan Tirta yang sinis, Bima pun maju dan membentak, "Bocah, harus kuakui kalau kamu pemberani. Kalau begitu, aku nggak akan berbelaskasihan padamu!"

Saat be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Deddy Sultan
Novel dengan BAB terpendek yg pernah saya baca.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 316

    Begitu mendengar ucapan Tirta, amarah Bima makin memuncak. Dia membentak, "Dasar kurang ajar!"Saat berikutnya, Bima menyerbu ke arah Tirta. Danang dan keluarganya tentu merasa senang saat melihat pertarungan telah dimulai. Hati mereka dipenuhi penantian.Asalkan Bima berhasil membunuh Tirta, bukan hanya amarah Danang dan keluarganya yang akan terlampiaskan, tetapi mereka juga akan mendapat uang.Namun, kejadian selanjutnya membuat mereka terperangah. Mereka bahkan kesulitan memercayai kenyataan ini.Tirta menatap Bima yang menerjang ke arahnya dengan sorot mata merendahkan. Begitu Bima mendekat, Tirta sontak melayangkan tendangan ke dadanya dan membuatnya terhempas jauh. Kecepatan yang luar biasa ini membuat semua orang tidak bisa melihat gerakan Tirta dengan jelas."Gi ... gimana mungkin?" Bima sungguh tercengang sekarang. Bagaimana bisa pemuda seperti Tirta memiliki kemampuan sehebat ini?Namun, Bima tidak sempat memikirkan itu untuk sekarang. Dia tidak boleh mengakui kekalahannya a

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 317

    Ketika melihat beberapa orang itu mundur ketakutan, Tirta menyeringai sinis dan berkata, "Tadi kalian bilang yang kalah harus berlutut minta maaf dan membayar kompensasi sebesar 20 miliar. Sekarang waktunya kalian menepati janji, 'kan?"Begitu mendengarnya, Elvi sekeluarga sontak tidak bisa berkata-kata. Dari mana mereka punya uang sebanyak itu? Jangankan 20 miliar, 10 miliar saja mereka tidak punya!Setelah melihat ekspresi masam orang-orang itu, Bima sungguh cemas. Kini, dia sangat takut pada Tirta. Jika Danang tidak bisa membayar ganti rugi, apa yang akan dilakukan Tirta terhadapnya?Setelah memikirkan ini, Bima tidak sempat memedulikan hal lain lagi. Dengan ekspresi yang makin panik, dia berkata, "Cepat berlutut minta maaf dan bayar kompensasi! Kalau nggak, aku yang hajar kalian nanti!"Begitu ucapan ini dilontarkan, ekspresi Elvi sekeluarga menjadi makin masam. Namun, mereka tahu kehebatan Bima. Sementara itu, Tirta berhasil mengalahkan Bima dengan mudah, yang berarti Tirta bisa m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 318

    "Tirta, ini semua uang kami. Totalnya 300 juta. Kumohon, ampuni kami," pinta Elvi. Meskipun merasa enggan, Danang dan Pandu hanya bisa berlutut. Penghinaan semacam ini hampir membuat mereka kehilangan akal sehat.Amarah Tirta mulai mereda. Dia mendengus, lalu menerima kartu bank itu dan melemparkannya ke dalam waduk."Aku nggak butuh uang sesedikit itu. Sebaiknya kalian jangan mengusikku lagi mulai sekarang. Kalau berani mencari masalah lagi, aku nggak akan berbelaskasihan. Angkat kaki kalian dari sini!" bentak Tirta.Setelah mendengarnya, Elvi sekeluarga pun merasa lega. Kemudian, mereka hendak melarikan diri. Jika terus berada di sini, mereka hanya akan terus dipermalukan.Tiba-tiba, terdengar suara Bima. "Danang, mulai hari ini kamu bukan muridku lagi. Aku nggak punya murid sepertimu!"Begitu mendengarnya, Danang pun terkejut dan hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat. Meskipun demikian, dia tidak berlama-lama dan bergegas pergi.Adapun Bima, dia tiba-tiba menghampiri Tirta da

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 319

    "Cih, kamu pasti berniat jahat!" Nabila merangkul lengan Tirta dengan wajah tersipu.Setibanya di klinik, Arum yang sedang memasak sontak terkejut melihat Tirta. Dia menyapa dengan penuh semangat, "Tirta, kamu sudah pulang! Syukurlah!"Arum tidak tahu harus mengatakan apa lagi untuk mengungkapkan kegembiraannya. Tirta pun menghampiri dengan tersenyum, lalu berkata, "Kak Arum, aku sudah pulang. Kamu nggak perlu mencemaskanku lagi."Arum menyahut dengan tenang, "Baguslah. Istirahat dulu, aku akan menyiapkan makanan untukmu. Nanti kita semua makan bersama."Sejam kemudian, Tirta makan dengan lahap. Dia merasa sangat bersyukur karena bisa pulang. Kalau sampai dirinya mati, Ayu dan lainnya pasti akan sangat sedih.Selesai makan, mereka bersiap-siap untuk tidur. Namun, Nabila tiba-tiba menarik Tirta ke mobil dengan wajah tersipu."Nabila ini memang nakal ...." Ayu dan Melati tentu melihat semua ini. Mereka merasa agak getir. Bagaimanapun, mereka sangat mencemaskan Tirta belakangan ini. Merek

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 320

    Ketika langit hampir terang, mobil baru berhenti bergoyang. Nabila tampak kelelahan, tetapi juga memperoleh kepuasan. Kemudian, keduanya tidur sampai siang hari.Siang harinya, Arum yang sudah selesai memasak membangunkan mereka. "Nabila, Tirta, sudah waktunya makan."Nabila dan Tirta membuka pintu mobil dan masuk ke klinik. Tirta merasa kasihan pada Nabila. Dia memenangkan pertempuran semalam, tetapi Nabila terlihat sangat lelah karena tidak beristirahat.Namun, begitu melihat kantong mata Ayu dan Melati yang hitam, Tirta pun terkesiap. Dia bertanya, "Bi, Kak, kenapa kantong mata kalian hitam sekali?"Tirta jelas-jelas tidak mengganggu mereka semalam. Lantas, mengapa mereka tidak tidur nyenyak semalam?Ketika Tirta masih kebingungan, kedua wanita itu tak kuasa mengerlingkan mata. Semalam, mereka terus mendengar suara Nabila. Gadis ini seperti ingin menyombongkan diri bahwa dirinya bercinta dengan Tirta semalaman.Suara itu tentu tidak bisa membuat mereka tidur. Terutama setelah merasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 321

    "Oh ya? Sepertinya Kak Arum yang terlalu sensitif." Melihat Arum mengernyit, Tirta sontak merasa bersalah. Dia buru-buru membuka jendela mobil dan menginjak pedal gas agar angin berembus masuk. Gawat kalau sampai Arum menyadari sesuatu!"Kak Arum, sebaiknya kita cepat pulang. Selain beli benih, kita masih bisa beli beberapa sayuran. Kalau nggak, nanti nggak dapat sayuran yang segar!" ujar Tirta mencari-cari alasan."Ya, persediaan sayuran di rumah memang tinggal sedikit." Arum hanya mengangguk tanpa berpikir terlalu jauh.Tirta baru menghela napas lega melihat hal itu. Kurang dari setengah jam kemudian, mereka tiba pasar kota."Tirta, kalau nggak, kamu beli beberapa perlengkapan bertani saja dulu untuk tanam sayuran. Aku bisa beli sayur dan benihnya sendiri. Jadi kita nggak menghabiskan terlalu banyak waktu," usul Arum setelah turun dari mobil."Boleh juga. Kalau begitu, aku pergi duluan ya Kak." Mendengar usul Arum, Tirta langsung menyetujuinya tanpa ragu-ragu. Setelah turun dari mobi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 322

    "Entah siapa pun ayahmu, aku harus mewakilinya memberi pelajaran padamu!" Setelah berkata demikian, Tirta langsung menyerbu ke arah preman itu lagi. Kini dia benar-benar marah, sehingga dia tidak akan segan-segan lagi terhadap mereka.Kurang dari lima menit kemudian, para preman itu berteriak histeris dengan air mata dan darah yang melumuri wajah mereka."Bos dipukul!" seru beberapa preman lainnya yang terkejut. Mereka tidak menyangka bos mereka akan berakhir seperti ini. Perlu diketahui bahwa ayah dari bos mereka yang bernama Herman ini adalah camat!Namun, saat ini para preman itu juga tidak sempat memikirkan mengapa pria di hadapan mereka ini berani bersikap sekasar ini. Mereka langsung mengeluarkan ponsel untuk menelepon. Jika sampai terjadi sesuatu pada Herman, mereka juga akan bernasib sial!Di saat Tirta sedang asyik memukuli pria itu, awalnya kerumunan yang menyaksikan hal itu juga tampak senang. Akan tetapi, begitu melihat para preman itu menelepon seseorang, mereka langsung t

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 323

    "Apa katamu?!" Herman semakin emosional saat mendengar ucapan Tirta. Sejak kecil, dia telah terbiasa dimanjakan. Belum pernah ada seorang pun yang membuatnya semarah ini sebelumnya."Kubilang, memangnya kamu pantas kuberi nama? Bocah nggak tahu aturan!" Melihat ekspresi Herman yang merasa kesal, Tirta kembali menerjang ke arah Herman dan memukulnya. Herman bahkan tidak sanggup melawan saat dipukuli Tirta.Pada saat ini, terdengar sebuah suara yang penuh kemarahan dari kejauhan, "Hentikan! Besar sekali nyalimu!""Beraninya kamu memukul orang di depan umum! Nggak ada hukum lagi ya? Kulihat kamu ini sepertinya sudah bosan hidup!"Tirta yang mendengar suara itu langsung menoleh. Terlihat seorang pria paruh baya yang menatap Tirta dengan sorot mata penuh amarah. Di belakangnya tampak beberapa pria kekar yang baru turun dari mobil sambil memelototi Tirta dengan beringas."To ... Tora sudah datang!" Melihat adegan ini, para penjual sayuran di sekitar mereka semakin ketakutan. Mereka langsung

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-21

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 953

    Melihat respons Lutfi, Shinta tertawa dan mengomentari, "Kak Lutfi, apa Kak Tirta lebih hebat darimu?"Lutfi menyahut, "Bukan cuma lebih hebat dariku. Bahkan, guruku juga nggak berhasil melatih Tinju Harimau Ganas seperti Tirta."Lutfi yang penasaran bertanya, "Tirta, katakan dengan jujur, apa sebelumnya kamu sudah pernah berlatih Tinju Harimau Ganas? Aku baru saja memberimu buku-buku itu."Tirta yang merasa antusias menjawab, "Kak Lutfi, kamu salah paham. Sebelum kamu memberiku buku-buku itu, aku nggak pernah berlatih ilmu bela diri. Kemarin aku cuma melihatnya sekilas, aku juga nggak menyangka bisa menguasainya. Apa aku benar-benar lebih hebat dari gurumu?"Lutfi menanggapi dengan ekspresi kaget, "Kamu cuma melihatnya sekilas? Tirta, sepertinya kamu itu memang genius langka dalam dunia bela diri. Tinju Harimau Ganas ini memang terdengar biasa saja. Tapi, dibandingkan teknik lain dari buku-buku yang kuberikan padamu, Tinju Harimau Ganas paling sulit dilatih."Lutfi meneruskan, "Guruku

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 952

    Sebelum Niko sempat bicara, Lutfi menunjuk Karsa sambil marah-marah, "Sepertinya kamu masih nggak menyesali perbuatanmu! Awalnya kamu cuma dijatuhi hukuman tembak mati! Kalau kamu nggak takut mati, aku rasa lebih baik kamu dipenjara seumur hidup seperti dia!"Tindakan Lutfi sudah melanggar perintah Saba, tetapi seharusnya Saba tidak akan menyalahkan Lutfi. Sementara itu, Pinot sudah gila. Dia baru berusia 40-an tahun, tetapi harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara.Ekspresi Ladim menjadi masam setelah mendengar ucapan Lutfi. Dia berseru, "Apa? Aku nggak mau dihukum seperti dia! Aku mohon, bunuh aku!"Jika tahu dirinya akan berakhir tragis, tadi Ladim pasti tidak akan berbicara. Sayangnya, semua sudah terlambat.Akhirnya, Ladim dan lainnya pun dipenjara. Niko baru tertawa terbahak-bahak, lalu pergi ke kantor Susanti.Setelah mendengar laporan Niko, Susanti tersenyum dan menanggapi, "Mereka memang pantas dihukum! Kalau mereka itu pemimpin yang memedulikan rakyat, mereka nggak akan be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 951

    Biasanya Saba memang terlihat ramah, tetapi dia tidak akan memaafkan orang-orang seperti Ladim dan lainnya yang melakukan perbuatan keji.Begitu Saba melontarkan ucapannya, Ladim dan lainnya sangat terpukul. Biarpun mereka terus memohon kepada Saba, Lutfi juga tidak peduli. Dia memimpin anggotanya untuk membawa Ladim dan lainnya keluar dari klinik."Mereka memang pantas dihukum!" celetuk Tirta. Dia yang merasa puas memandang Saba sembari bertanya, "Kak Saba, sebenarnya ada yang mau kutanyakan."Saba kembali tersenyum. Dia menyahut, "Tirta, kamu langsung bilang saja. Nggak usah sungkan."Tirta mengungkapkan kebingungannya, "Bukannya kemarin kamu bilang sudah pensiun dan nggak punya jabatan apa pun lagi? Kenapa sekarang aku merasa kamu tetap berkuasa? Kamu nggak kelihatan seperti kehilangan jabatan."Saba tertawa, lalu menjelaskan, "Tirta, ini semua berkat kamu. Sebenarnya aku nggak berniat memberitahumu. Tapi, aku akan bicara jujur karena kamu sudah bertanya."Saba meneruskan, "Awalnya

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 950

    Ladim sungguh emosional sekarang. Dia menerjang ke arah Karsa dan menghajarnya. Dia ingin sekali menembak mati Karsa sekarang juga!"Karsa, akan kuhabisi kamu! Matilah kamu! Beraninya kamu menipuku untuk melawan teman Pak Saba! Kamu harus mati!"Pinot yang murka dan takut juga menyerbu ke arah Karsa dan menghajarnya habis-habisan."Ah ... ah .... Tolong berhenti! Aku nggak tahu dia teman Pak Saba!" teriak Karsa dengan kesakitan. Bagaimanapun, dia masih belum pulih dari cedera sebelumnya. Dia hampir tewas dibuat Ladim dan Pinot."Bagus, bagus sekali." Tirta menonton dengan seru, bahkan bertepuk tangan."Sialan! Kalau nggak ada Pak Saba, kamu bukan siapa-siapa!" Karsa memelototi Tirta dengan tatapan penuh kebencian dan keengganan."Kamu benar, kamu hebat. Tapi, asal kamu tahu, kalau bukan karena ada hukum di negara ini, kamu pasti sudah kubunuh kemarin. Kamu kira aku takut padamu?" sahut Tirta dengan suara rendah sambil maju. Tatapannya terlihat dingin.Seketika, jantung Karsa seperti be

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 949

    "Hehe, jadi kamu Tirta ya? Masih muda dan cuma rakyat jelata, tapi berani menyuruhku masuk untuk menemuimu? Benar-benar nggak tahu diri!" Setelah memasuki klinik, Pinot menatap Tirta dengan tatapan tajam. Sikapnya terlihat seperti pejabat tinggi yang penuh wibawa."Ayah Angkat, dia Tirta. Jangan lepaskan dia begitu saja! Tirta, ayah angkatku sudah datang. Kamu akan berakhir tragis. Setahun lagi akan menjadi hari peringatan kematianmu!" Karsa yang dibawa masuk langsung dipenuhi api kebencian setelah melihat Tirta. Setelah berbicara kepada Pinot, dia berteriak dengan marah kepada Tirta."Kamu ayah angkat Karsa? Huh, sudah tua dan mau mati, tapi masih saja bodoh. Pendiri negara, Pak Saba, ada di sini. Kamu malah berani sesombong ini?" Tirta sama sekali tidak peduli dengan Karsa, melainkan menatap Pinot dan tersenyum dingin."Pak Saba? Saba Dinata? Hahaha, kenapa nggak bilang dia raja saja? Kamu ini cuma orang kampung yang picik. Atas dasar apa kamu mengenal orang sehebat Pak Saba?" Pinot

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 948

    "Bu ... buset! Me ... mereka punya pistol!" Begitu melihat perubahan situasi yang mendadak, orang-orang itu pun terkesiap.Apalagi, aura yang dipancarkan oleh para pengawal Nagamas itu dipenuhi niat membunuh. Mereka ketakutan hingga memucat dan sekujur tubuh gemetar. Seketika, tidak ada yang berani bergerak.Saat ini, terdengar suara santai seseorang. "Aku Tirta. Beri tahu bos kalian, kalau mau menemuiku, suruh dia masuk sendiri. Mau aku yang keluar? Dia nggak pantas!"Tirta menyesap tehnya, lalu menyunggingkan senyuman meremehkan."Ya, cuma wali kota rendahan. Atas dasar apa dia menyuruh Kak Tirta keluar menemuinya? Dia saja yang merangkak masuk!" ucap Shinta yang memeluk anak harimau."Kita keluar!" Para bawahan itu tidak berani membantah karena mereka dibidik dengan pistol. Mereka berlari keluar dengan ketakutan."Hm? Aku suruh kalian bawa Tirta keluar. Kenapa kalian malah keluar secepat ini?" tanya Pinot dengan kesal saat melihat bawahannya keluar dengan tangan kosong."Ayah Angkat

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 947

    Semua orang mengikuti arah pandang Pinot. Begitu melihatnya, mereka semua terkejut. Bagaimana bisa mobil dengan plat nomor ibu kota muncul di tempat terpencil seperti ini?Bahkan, mobil yang berada di paling depan punya plat nomor yang begitu istimewa, A99999! Jelas, pemilik mobil ini bukan orang biasa!"Pak Pinot, aku rasa kamu berlebihan. Orang-orang di ibu kota itu nggak mungkin datang ke tempat jelek seperti ini. Ini nggak masuk akal. Mungkin saja, ini rekayasa Tirta. Jangan menakuti diri sendiri," ucap Ladim sambil tersenyum tipis setelah terpikir akan kemungkinan ini."Masuk akal. Kalau Tirta kenal tokoh besar di ibu kota, mana mungkin dia masih tinggal di tempat bobrok seperti ini?""Ayah Angkat, dia mungkin tahu kita bakal kemari untuk balas dendam. Dia takut, makanya ingin menakuti kita dengan cara seperti ini. Kamu jangan tertipu," ujar Karsa yang ingin sekali membalas dendam."Seharusnya begitu. Huh! Bocah ini licik juga! Kalian semua, masuk dan tangkap dia!" Setelah menghel

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 946

    "Pak Ladim, kalau kamu suka, kita bisa pindahkan dia ke Kota Lais supaya lebih dekat. Setelah kamu menundukkannya, jangan lupa kirim ke tempatku.""Ya, aku memang punya rencana seperti itu." Ladim tertawa terbahak-bahak.Saat ini, tenaga Karsa telah pulih banyak. Tatapannya dipenuhi kebencian. Dia mengertakkan gigi sambil berkata dengan susah payah, "Ayah Angkat, akhirnya kamu datang. Aku jadi cacat gara-gara mereka. Gimana aku bisa berbakti padamu di kemudian hari?""Kamu harus membantuku membalas dendam! Kalau nggak, aku nggak bakal bisa tenang seumur hidup!""Sebenarnya siapa yang membuatmu jadi begini? Kejam sekali." Pinot baru memperhatikan penampilan tragis Karsa. Bukan hanya patah tangan dan kaki, tetapi kelima jari di tangan kiri juga putus.Pinot tak kuasa menarik napas dalam-dalam saking terkejutnya. Kondisi Harto juga sama tragisnya."Nama bocah itu Tirta! Kami bertemu di kota kecil sekitar. Bukan cuma aku, tapi adikku juga! Ayah Angkat, Pak Ladim, kalian harus membalaskan d

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 945

    Di sisi lain, di dalam kantor polisi.Wali Kota Hamza, Pinot, bersama dengan kepala kepolisian, Ladim, duduk dengan santai di aula utama. Mereka mulai bertanya kepala polisi yang berjaga di depan, Niko."Kapan atasan kalian keluar? Cuma menyerahkan penjahat, sepertinya nggak perlu terlalu lama, 'kan?" Yang berbicara adalah Ladim. Dia menerima banyak hadiah dari Karsa. Ketika ada masalah, dia tentu harus turun tangan."Huh, Bu Susanti sedang sibuk dan nggak punya waktu untuk bertemu dengan kalian. Kalian bisa kembali saja. Lagian, para penjahat itu ditangkap di wilayah kami. Tanpa izin dari Bu Susanti, aku nggak akan melepaskan mereka!"Niko jelas bisa merasakan bahwa mereka datang dengan niat buruk. Makanya, dia mendengus dan berkata dengan kesal."Hehe, memang benar kalian yang tangkap, tapi mereka semua berasal dari Kota Hamza. Jadi, sudah seharusnya diserahkan ke Kepolisian Kota Hamza untuk diproses. Kalian nggak punya hak untuk bernegosiasi denganku. Suruh atasan kalian keluar dan

DMCA.com Protection Status