Paula tidak tahan mendengar hinaan mereka lagi. Dia berusaha untuk meninggalkan tempat itu. Namun, mereka terus mendekati Paula dan aura mereka yang mengintimidasi membuat Paula merasa sesak.Paula mendengar seseorang tertawa dan berkata, "Haha, kita sudah lama nggak bertemu. Kamu masih begitu humoris."Paula membuka mata. Akhirnya, dia terbangun dari mimpi buruknya. Paula memegang dahinya yang berkeringat.Suara yang familier terdengar lagi. "Aku nggak menyangka kita akan bertemu dengan cara begini."Suara orang itu membuat Paula sepenuhnya sadar. Dia memandang ke arah suara dan melihat Darwin sudah meninggalkan tempat duduknya. Darwin duduk di bagian kanan depan.Sementara itu, seorang wanita yang berpakaian formal duduk di samping Darwin. Auranya mirip dengan Darwin, mereka sama-sama orang pintar.Perbincangan mereka dimulai dari basa-basi hingga ilmu kedokteran yang tidak dipahami Paula. Saat ini, Paula menyadari ekspresi Darwin tidak terlihat dingin lagi. Sebaliknya, Darwin terlih
"Ada apa?" tanya Darwin berusaha memelankan suaranya. Dia hendak menunduk untuk melihat ekspresi Paula, tetapi Paula memalingkan wajah dan tidak ingin Darwin melihatnya."Kalau kamu nggak mau pulang ke ibu kota ...," ucap Darwin. Dia menduga apakah Paula menangis karena enggan meninggalkan Pedro. Dugaan ini membuat perasaannya tidak nyaman."Siapa yang nggak mau pulang ke ibu kota?" balas Paula yang tiba-tiba mendongak. Dia menunjukkan semua kekhawatirannya di dalam mimpi melalui ekspresinya.Paula melanjutkan dengan suara yang terdengar sedih, "Tenang saja. Setelah pulang, aku nggak akan mengganggumu."Sekalipun Darwin ingin bersama teman SMA atau teman kuliahnya, Paula tidak akan mengganggu Darwin!"Kamu benar-benar nggak berpikir nggak mau pulang ke ibu kota?" tanya Darwin untuk memastikan. Raut wajahnya yang tegang seketika tampak lebih tenang.Paula menggigit bibirnya. Air mata menetes dari matanya yang memerah. Dia tampak seperti diintimidasi oleh Darwin. Melihat ini, Darwin mera
"Maaf mengganggu, ini camilan yang dipesan Nona di sana untuk kalian." Suara pramugari menginterupsi atmosfer intens di antara Paula dan Darwin.Di belakang, Wilson terus mengedipkan mata pada si pramugari, mengisyaratkannya agar segera pergi. Pramugari itu meletakkan camilan tadi di meja, lalu buru-buru pergi dengan ekspresi canggung.Si pramugari diam-diam mengeluh, 'Apa orang-orang kaya ini bisa berhenti melibatkanku dalam permainan mereka? Kalau ingin merebut suami orang, lakukan saja terang-terangan. Mengapa harus menjadikanku sebagai pion, sih!'Begitu Paula membuka mata, dia langsung berhadapan dengan ekspresi jengkel pramugari itu. Darwin yang akhirnya berbaikan dengan Paula merasa kesal karena diganggu. Dia berniat mengajukan keluhan terhadap si pramugari.Paula segera menahan tangan Darwin dan berbisik padanya, "Dia nggak melakukannya dengan sengaja."Melihat wajah merona Paula yang sudah kembali ceria, suasana hati Darwin sedikit membaik. Dia melirik camilan di meja dan meny
Mobil Darwin melaju melewati Givela. Givela tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya, seolah-olah menunjukkan bahwa dia tidak mengerti mengapa Darwin bersikap seperti ini hanya demi seorang wanita.Paula bisa membaca apa yang tersirat di sorot mata Givela. Dia berucap dengan frustrasi, "Aku benar-benar tulus ingin memberinya tumpangan."Paula tidak pernah berniat untuk memonopoli Darwin dan melarangnya berinteraksi dengan wanita lain.Darwin menggenggam tangan Paula dan tersenyum lembut seraya berkata, "Aku tahu, akulah yang nggak mau memberinya tumpangan. Kita jarang-jarang bisa bersama, aku nggak mau diganggu."Darwin tidak terbebani dengan situasi ini. Menurutnya, dia sudah melakukan hal yang baik dengan mengatur mobil untuk Givela. Mengapa dia harus mengambil risiko membuat kekasihnya kesal hanya untuk mengantar Givela pulang?"Kalian mengobrol dengan seru di pesawat, tapi sekarang kamu bahkan nggak mau memberinya tumpangan. Rasanya tega sekali, 'kan?" ucap Paula."Sepertinya
"Panggil lagi sekali, boleh?" bisik Darwin dengan nada menggoda di telinga Paula.Pikiran Paula sudah mulai kacau. Apa yang ada di benaknya hanyalah mata Darwin yang berbinar. Dengan suara manja, dia akhirnya memanggil, "Sayang."Darwin merasa sangat puas sehingga memberikan kecupan ringan di bibirnya. Kemudian, dia bertanya, "Sayang, kamu mau makan apa lagi?""Apa pun yang kamu beli, aku akan makan," jawab Paula. Namun, dia segera menyadari perubahan kecil di tubuh Darwin yang menindihnya. Segera, dia mendorongnya pergi.Setelah penerbangan semalaman, Paula sudah sangat lelah. Jika mereka terus seperti ini, dia khawatir anak-anak mereka akan menderita.Darwin sebenarnya tidak berniat mengganggunya lagi. Melihat Paula berkata tidak tetapi matanya berbinar penuh kebahagiaan, dia akhirnya berdiri dan menelepon hotel bintang lima terdekat untuk memesan makanan.Setelah itu, Darwin mengambil handuk hangat dan mengelap wajah Paula. Pria itu berujar, "Lap dulu, nanti tidurnya lebih nyaman."
Darwin ingin membuka kunci ponsel Paula menggunakan sidik jari, tetapi melihat wajahnya yang tertidur, dia tiba-tiba ragu. Dalam hubungan, jika tidak ada kepercayaan dasar, bagaimana bisa melanjutkan ke depan?Tepat saat itu, bel pintu berbunyi. Itu menandakan bahwa pesanan makanan telah tiba. Darwin meletakkan ponsel dan berdiri untuk mengambil pesanan.Paula terbangun dan memeriksa ponselnya. Jika dia tidak salah, Darwin tadi mencoba membuka ponselnya untuk melihat sesuatu.Apa yang ada di ponselnya hingga membuat Darwin ingin melihatnya? Mungkinkah ... itu pesan dari Pedro?Mereka bahkan tidak berbicara banyak saat di Swiza. Kenapa dia mengirim pesan dari jarak jauh? Paula pun mengernyit dan membuka ponsel."Sudah bangun? Ayo, cuci tangan dan makan," ujar Darwin sambil membuka kemasan makanan ketika melihat Paula duduk.Paula memalingkan wajah, lalu meminta Darwin untuk menggendongnya dengan mengulurkan tangan. Dia berucap, "Gendong aku."Darwin tersenyum dan berjalan menuju Paula.
Paula duduk begitu dekat dengan Darwin hingga hampir bersandar seutuhnya ke pelukannya. Dia menyuapi pria itu seraya berkata, "Pendukung yang baru kukenal selama tiga hari nggak mungkin bisa dibandingkan dengan kamu."Nada lembut Paula menggelitik hati Darwin. Dia menunduk dan memegang dagunya sambil berkata, "Makan yang benar." Jika Paula terus menggodanya, dia tidak bisa jamin wanita itu bisa menghabiskan makanannya."Aku makan dengan benar, kok," balas Paula sambil mengedipkan matanya. Dia mengambil sepotong rebung lagi dan menyuapi Darwin.Darwin menggigit rebung itu sambil menatapnya lekat-lekat. Ketika Paula hendak menaruh lauk ke mangkuknya lagi, dia menangkap tangannya dan berbalik menyuapi wanita itu."Mau makan sendiri atau aku suapi?" tanya Darwin dengan lembut.Darwin tentu saja tidak akan menyuapi Paula seperti cara wanita itu menyuapinya. Paula menatap jakun seksi pria itu selama beberapa detik, lalu menelan ludah dan segera menyuap makanannya."Pelan-pelan, memangnya kam
Raut wajah Darwin sontak berubah muram. Dia masih mengingat jelas siapa Doris.Waktu itu, Doris diam-diam mencari tahu nama dan informasi kontak Darwin dari manajemen properti. Dia juga memaksa untuk menjodohkan putrinya dengan Darwin dan terus mengusiknya untuk beberapa lama.Kemarin, Darwin memilih vila kecil ini karena lingkungannya tenang dan lokasinya dekat perusahaan Paula. Selain itu, Rhea tidak tahu tentang properti ini sehingga dia tidak perlu takut gadis itu akan mengganggu waktunya dengan Paula. Namun, dia melupakan keberadaan Doris."Dia istriku," jawab Darwin dengan dingin.Doris sedikit gentar dengan aura Darwin. Namun, tak lama kemudian dia kembali ke sikap tidak tahu malunya. "Aku nggak pernah dengar kamu sudah menikah. Hm, jangan-jangan dia simpananmu?" gumam Doris."Sudah kubilang, dia istriku. Kalau kamu bicara sembarangan lagi, aku akan menuntutmu atas tuduhan pencemaran nama baik," ucap Darwin dengan wajah marah.Doris refleks membawa anjingnya mundur. Kemudian, d