Paula duduk begitu dekat dengan Darwin hingga hampir bersandar seutuhnya ke pelukannya. Dia menyuapi pria itu seraya berkata, "Pendukung yang baru kukenal selama tiga hari nggak mungkin bisa dibandingkan dengan kamu."Nada lembut Paula menggelitik hati Darwin. Dia menunduk dan memegang dagunya sambil berkata, "Makan yang benar." Jika Paula terus menggodanya, dia tidak bisa jamin wanita itu bisa menghabiskan makanannya."Aku makan dengan benar, kok," balas Paula sambil mengedipkan matanya. Dia mengambil sepotong rebung lagi dan menyuapi Darwin.Darwin menggigit rebung itu sambil menatapnya lekat-lekat. Ketika Paula hendak menaruh lauk ke mangkuknya lagi, dia menangkap tangannya dan berbalik menyuapi wanita itu."Mau makan sendiri atau aku suapi?" tanya Darwin dengan lembut.Darwin tentu saja tidak akan menyuapi Paula seperti cara wanita itu menyuapinya. Paula menatap jakun seksi pria itu selama beberapa detik, lalu menelan ludah dan segera menyuap makanannya."Pelan-pelan, memangnya kam
Raut wajah Darwin sontak berubah muram. Dia masih mengingat jelas siapa Doris.Waktu itu, Doris diam-diam mencari tahu nama dan informasi kontak Darwin dari manajemen properti. Dia juga memaksa untuk menjodohkan putrinya dengan Darwin dan terus mengusiknya untuk beberapa lama.Kemarin, Darwin memilih vila kecil ini karena lingkungannya tenang dan lokasinya dekat perusahaan Paula. Selain itu, Rhea tidak tahu tentang properti ini sehingga dia tidak perlu takut gadis itu akan mengganggu waktunya dengan Paula. Namun, dia melupakan keberadaan Doris."Dia istriku," jawab Darwin dengan dingin.Doris sedikit gentar dengan aura Darwin. Namun, tak lama kemudian dia kembali ke sikap tidak tahu malunya. "Aku nggak pernah dengar kamu sudah menikah. Hm, jangan-jangan dia simpananmu?" gumam Doris."Sudah kubilang, dia istriku. Kalau kamu bicara sembarangan lagi, aku akan menuntutmu atas tuduhan pencemaran nama baik," ucap Darwin dengan wajah marah.Doris refleks membawa anjingnya mundur. Kemudian, d
"Semuanya, cepat lihat! Wanita simpanan itu melukai anjingku! Dia menyuruh pacarnya menendang anjingku!" tuduh Doris pada Paula.Melihat makin banyak orang yang datang, Paula segera bersembunyi di pelukan Darwin. Dia tidak ingin diekspos di internet dan berakhir dihakimi netizen.Paula tidak ingin mendengar mereka berkata bahwa dia tidak layak untuk Darwin atau sindiran bahwa Darwin buta dengan memilihnya.Darwin memeluknya dengan raut muram dan menatap dingin orang-orang di sekitar. Meskipun kompleks vila ini tidak terlalu mewah, warga yang tinggal di sini cukup kaya dan punya status. Jadi, berbeda dengan Doris, mereka tentu tahu siapa Darwin."Semuanya, dengar baik-baik. Pria ini berjalan bersama simpanannya di depanku. Anjingku nggak mengganggu mereka, tapi dia tiba-tiba menendang anjingku!" seru Doris.Sebelum orang-orang berkerumun, Doris mengikat kembali anjingnya dan sengaja mengacak-acak rambutnya sendiri agar terkesan menyedihkan.Jika yang dituduhnya itu orang lain, semua ora
"Sampaikan langsung pada pengacaraku," ucap Darwin sambil melirik pengacara dan pengawalnya yang buru-buru mendekat. Kemudian, dia membawa Paula kembali ke vila.Tadinya mereka hanya ingin berjalan santai setelah makan. Siapa sangka, mereka akan mengalami hal tidak menyenangkan.Bahkan setelah pintu vila ditutup, suara teriakan Doris di luar masih terdengar, "Apa hak kalian menangkap kami? Apa kalian tahu berapa banyak penggemar yang putriku miliki? Begitu kami mengunggah hal ini ke internet, tamat hidup kalian!"Namun, suara Doris segera menghilang. Pasti pengawal dan manajemen properti telah membawanya pergi.Paula menatap ekspresi muram Darwin. Dia lalu menggoyang lengan pria itu dan berucap sambil tersenyum, "Sepertinya kita memang harus tidur awal hari ini.""Ya, mandi dulu sana," balas Darwin sambil mengelus wajah wanitanya dengan lembut.Paula menguap dan berjalan ke kamar. Dia yakin Darwin hendak memerintah anak buahnya untuk menangani masalah tadi dengan baik, terutama untuk m
Dua garis biru .... Dia benar-benar hamil ....Paula Ignasius menggenggam tespek sambil duduk di kloset dengan terbengong-bengong. Dia mengenakan gaun panjang untuk acara pertunangannya. Lantaran terkejut, dia sampai tidak tahu ujung gaunnya basah terkena air.Saat ini, wajahnya pucat pasi, kedua kakinya lemas sampai dia tidak bisa berdiri. Hari ini adalah hari pertunangannya dengan Richie Antoro!Akan tetapi, anak ini bukan darah daging Richie. Paula tidak berani membayangkan seperti apa konsekuensi yang akan diterimanya jika keluarganya dan Richie tahu dirinya hamil."Kak! Kak! Kamu lagi apa? Kak Richie sudah datang untuk menjemputmu!" Terdengar suara adiknya, Aurel Ignasius, dari luar.Suara ini seketika menyadarkan Paula kembali. Paula segera menyingkirkan ekspresi paniknya dan hendak menyembunyikan tespek, tetapi semua sudah terlambat.Aurel yang mengenakan gaun merah muda sudah menerobos masuk. Faktanya, Aurel tidak memiliki hubungan darah dengan Paula. Aurel adalah putri kandung
Paula menegakkan tubuhnya dan menolak. "Ayah dan Ibu nggak bakal setuju! Tanpa aku, Keluarga Ignasius nggak mungkin bisa seperti sekarang ini!"Aurel mendekatinya selangkah demi selangkah, lalu memeluknya erat-erat seolah-olah merasa tidak rela. Namun, ketika Richie tidak memperhatikan, dia tersenyum dingin sembari berbisik, "Kenapa nggak setuju? Masa kamu nggak sadar mereka belum muncul sampai sekarang? Terima realita ini! Mereka nggak menginginkanmu lagi sejak awal!""Setelah kamu keluar dari rumah ini, Ayah akan langsung mengumumkan bahwa kamu nggak punya hubungan dengan keluarga ini lagi!" Begitu mendengarnya, wajah Paula sontak memucat. Ketika dia masih larut dalam keterkejutan, Aurel sontak mendorongnya seperti orang yang telah membulatkan tekad."Bawa kakakku keluar!" perintah Aurel kepada para pelayan. Para pelayan segera menghampiri, lalu mendorong Paula sambil mengusir. "Keluar sana! Cepat!"Pada akhirnya, Paula diangkat dan dilempar ke luar. Saat berikutnya, semua barangnya
Nada bicaranya terdengar tidak acuh, tetapi suaranya terdengar sangat menggoda. Jadi, pria ini yang bersamanya malam itu?Meskipun malam itu seperti mimpi, Paula tidak bisa melupakan betapa gila dan nakalnya pria itu, bahkan terlihat seperti ingin melahapnya hidup-hidup, jauh berbeda dari penampilan dinginnya ini.Rhea merasa dirinya telah mendapatkan persetujuan dari Darwin. Dia buru-buru membawa Paula ke lantai atas sambil berkata, "Terima kasih, Paman. Aku bawa Paula ke atas dulu."Ketika mereka berpapasan, langkah kaki Darwin sontak terhenti. Dia mengernyit, lalu menatap gaun Paula dan bertanya dengan dingin, "Kenapa bisa ada darah?"Rhea segera menjelaskan, "Paula nggak sengaja terjatuh, makanya terluka. Aku akan membantunya mengoleskan obat nanti."Setelah mengatakan itu, Rhea langsung membawa Paula pergi. Tangga agak sempit, jadi Paula bisa mencium aroma segar tubuh Darwin. Paula pun berusaha untuk menghindar, tetapi tubuhnya tetap bergesekan dengan jubah mandi Darwin. Tekstur y
Bahu lebar dan tubuh tegap menghalangi pintu kamar mandi. Darwin menatap Paula sembari merangkul pinggangnya, lalu menariknya ke pelukan untuk bertanya, "Mau kabur ke mana? Kamu wanita malam itu, 'kan?"Suara serak Darwin sungguh menggoda, sampai-sampai sekujur tubuh Paula menegang. Meskipun begitu, dia tetap berusaha tenang saat bertanya balik, "Paman, apa maksudmu? Aku nggak ngerti."Jari Darwin yang dingin mengangkat dagu Paula. Dia memicingkan matanya sambil membalas, "Apa aku perlu menjelaskannya secara rinci kepadamu? Aku meninggalkan nomor teleponku di nakas, kenapa nggak menghubungiku?"Darwin mengelus tahi lalat di ujung mata Paula. Malam itu, dia tergoda dengan pesona Paula dan memberi bantuan yang tidak seharusnya. Paula masih muda, dia pasti takut jika bertemu bahaya.Ketika wanita ini mendesah dan menjeratnya, pertahanan Darwin pun hancur. Dia awalnya berniat untuk menunggu Paula bangun dan bertanggung jawab, tetapi tiba-tiba ada urusan sehingga harus pergi. Dia meninggalk